Anda di halaman 1dari 23

Pernyataan

Persetujuan Negara
Untuk Mengikatkan
Diri
Leni Widi Mulyani
Pengikatan Diri
Bila pembuatan perjanjian sudah sampai pada
tahap pengikatan diri, haruslah dibedakan
ketentuan-ketentuan internasional dan ketentuan-
ketentuan menurut hukum nasional.
Hukum internasional hanya menyebutkan
keharusan dan cara-cara pernyataan persetujuan
negara.
Tahapan perjanjian

01 02 03
Penandatanganan Pengesahan Ratifikasi
Posisi hukum nasional
Hukum nasional yang harus menentukan
kekuasaan-kekuasaan negara yang
berwenang untuk memberikan
persetujuan tersebut dan yang mengatur
prosedurnya.
01
Ketentuan-ketentuan
Internasional
Dalam perjanjian
Pernyataan persetujuan

Pernyataan persetujuan negara untuk mengikatkan diri


pada perjanjian internasional dapat diberikan dalam
bermacam cara tergantung pada permufakatan pada pihak
pada waktu mengadakan perjanjian.
Cara untuk pernyataan persetujuan adalah :
Penandatanganan (signature)
Pengesahan (ratification)
Penandatanganan
Executive agreement : suatu perjanjian
dapat secara definitif mengikat negara
segera sesudah penandatanganan,
namun banyak negara memilih untuk
ratifikasi.
Apabila para peserta perjanjian sepakat
bahwa perjanjian berlaku tanpa
pengesahan maka kesepakatan
demikian dapat dicantumkan dalam
perjanjian itu sendiri atau para peserta
bersepakat perjanjian itu akan berlaku
setelah ditandatangani tanpa ratifikasi.
Konvensi Wina Pasal 12
Persetujuan negara untuk diikat suatu perjanjian dapat
dinyatakan dalam bentuk tandatangan wakil negara
tersebut;
Bila perjanjian itu sendiri yang menyatakan;
Bila terbukti bahwa negara-negara yang ikut berunding
menyetujuinya demikian;
Bila full powers wakil-wakil negara meneyebutkan demikian
atau dinyatakan dengan jelas waktu perundingan.
Konvensi Wina Pasal 12
Paraf suatu naskah dapat berarti tanda tangan bila terbukti
bahwa negara-negara yang ikut berunding menginginkan
demikian;
Tanda tangan ad-referendum juga dapat diberikan oleh
wakil-wakil negara, bila tanda tangan tersebut
dikonfirmasikan kemudian oleh negara yang
bersangkutan.
Konvensi Wina Pasal 12
Suatu perjanjian melalui prosedur ad-referendum mulai
berlaku bukan waktu dikonfirmasikannya perjanjian
tersebut, tetapi berlaku surut pada waktu ditandatangani
semula. Perjanjian yang demikian berlakunya menikuti
kehendak para peserta :
Sejak saat ditandatanganinya;
Pada tanggal yang ditentukan dalam perjanjian.
Pengesahan
Penandatanganan suatu perjanjanjian belum menciptakan
ikatan hukum bagi para pihaknya. Bagi perjanjian yang
demikian penandatanganan perjanjian tersebut harus
disahkan oleh badan yang berwenang di negaranya.
Pengesahan demikian dinamakan ratifikasi.
Ratifikasi
Ratifikasi dimulai pada abad ke XIX. Sebelumnya utusan
yang diberi kekuasaan penuh oleh raja dapat
menandatangani perjanjian dan langsung mengikat negara
secara definitif.
Menurut Grotius, tanda tangan saja sudah cukup,
kemudian dengan mundurnya monarki absolut dan
berkembangnya prinsip-prinsip demokrasi dirasakan perlu
dilihat lagi perjanjian yang ditandatangani oleh utusan raja
tsb.
Selanjutnya tandatangan saja tidak cukup untk mengikat
negara.Sesudah itu harus ada ratifikasi dan barulah
sesudah ratifikasi itu negara dapat diikat secara definitif
oleh suatu perjanjian.
Kongres Berlin 1878 :
Kongres menganggap ratifikasilah dan bukan hanya
tandatangan yang memberikan kekuatan hukum pada
perjanjian-perjanjian.
Ratifikasi dianggap perlu dan penting karena :

Perjanjian itu umumnya menyangkut kepentingan &


mengikat masa depan negara dlm hal tertentu, krn itu
harus disyahkan oleh kekuasaan negara tertinggi.
Untuk menghindarkan kontroversi antara utusan-utusan yg
berunding dg pemerintah yg mengutus mereka.
Perlu adanya waktu agar instansi ybs dpt mempelajari
naskah yg diterima.
Pengaruh rezim parlementer yg mempunyai wewenang utk
mengawasi kegiatan-kegiatan eksekutif
Pasal 14 Konvensi
Wina
Perjanjian itu sendiri mengharuskan supaya
persetujuan diberikan dalam bentuk ratifikasi;
Bila terbukti bahwa negara-negara yang ikut
berunding setuju untuk mengadakan ratifikasi;
Bila utusan-utusan negara menandatangai
perjanjian tsb dg syarat untuk meratifikasinya
kemudian, atau
Full powers delegasi itu sendiri menyatakan
bahwa ratifikasi diharuskan demikian.
Hak menolak ratifikasi

Did You Walaupun suatu negara


telah menandatangani
Know This? suatu perjanjian, negara itu
secara hukum tidak dapat
diwajibkan untuk
meratifikasi perjanjian
tersebut
Jenis-jenis Perjanjian

Tertutup Terbuka
terbatas bagi negara negara-negara yang tidak ikut
yang ikut membuat membuat suatu perjanjian
suatu perjanjian dan dapat menjadi pihak pada
menandatanganinya. perjanjian tersebut dikemudian
hari
Kewajiban Negara dalam Proses Ratifikasi
Perjanjian Internasional: Memastikan
Keselarasan dengan Konstitusi dan
Mentransformasikan ke Hukum
Nasional.
Kewajiban transformasi ini, terutama pada
perjanjian internasional yang memiliki substansi
“law making treaties”, dilakukan untuk
mengubah ketentuan yang berlaku dalam suatu
negara, dalam hal ini berarti perlu
penerjemahan ketentuan dalam perjanjian
internasional ke dalam peraturan perundang-
undangan suatu negara.
Process

Step 01 Step 03
Penandatanganan
Step 02 Ratifikasi Step 04
Hukum
Pengesahan
NAsional
Pasal 11 UUD 1945
Pernyataan
setuju

Presiden DPR Berlaku

Anda mungkin juga menyukai