Anda di halaman 1dari 22

Clinical Science Session

KRISIS HIPERTENSI
Oleh:
Eka Realita History

Pembimbing:
dr. H. Jufri Makmur,Sp.PD,
FINASIM
Pendahuluan

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh


kedalam keadaan gawat darurat.
Krisis hipertensi merupakan salah satu kegawatan dibidang
kardiovaskular yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat, ditandai
oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan akan
timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target
Istilah “Krisis Hipertensi” merupakan suatu sindroma klinis yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah mendadak pada penderita
hipertensi
TINJAUAN PUSTAKA

Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah


yang mendadak sistolik ≥ 180 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥ 120 mmHg, juga ditandai oleh kemungkinan akan timbulnya
atau telah terjadi kelainan organ target.
Epidemiologi
• Studi di Amerika berdasarkan data kunjungan di IGD pasien dewasa
tahun 2006-2013 didapatkan sebanyak 809 juta kasus emergensi. Dari
809 juta, ternyata sebanyak 2.4 juta merupakan hipertensi akut. Dari
2.4 juta hipertensi akut diperoleh sebanyak 900 ribu mengalami
kerusakan organ target (hipertensi emergensi).

• Menurut Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian


Kesehatan Departemen Kesehatan R.I tahun 2009, prevalensi
hipertensi di Indonesia meningkat mencapai 32,2%
Klasifikasi
• Hipertensi Emergensi ( Hipertensi Darurat)
Hipertensi Emergensi adalah peningkatan secara mendadak tekanan darah
sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 120 mmHg disertai
dengan adanya kerusakan organ target.

• Hipertensi Urgensi (Hipertensi Mendesak)


Hipertensi Urgensi adalah peningkatan secara mendadak tekanan darah
sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 120 mmHg tanpa disertai
kerusakan organ target
Patofisiologi
Faktor Resiko Krisis Hipertensi

· Penderita hipertensi yang tidak meminum obat atau minum obat antihipertensi
tidak teratur.
· Kehamilan.
· Penggunaan NAPZA.
· Penderita dengan rangsangan simpatis yang tinggi seperti luka bakar berat,
penyakit kolagen, penyakit vaskuler, trauma kepala.
· Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
Faktor Presipitasi

• Kenaikan tekanan darah tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis primer.


• Hipertensi renovascular.
• Glomerulusnefritis akut.
• Cedera kepala dan ruda paksa pada susunan saraf pusat.
• Renin-sekretin tumor.
• Pemakaian prekusor katekolamin pada pasien yang mendapat MAO Inhibitor.
• Penyakit parenkim ginjal.
• Pengaruh obat : kontrasepsi oral, anti depresan trisiklik, simpatomimetik (pil
diet sejenis amfetamin), kortikosteroid, NSAID.
• Luka bakar.
Manifestasi Klinis

Sakit kepala, kacau, gangguan kesadaran, kejang

Funduskopi berupa perdarahan retina, mata kabur,


eksudat retina, edema papil.
Manifestasi Klinis

Denyut jelas, Nyeri dada, diseksi aorta

Uremia, proteinuria, gagal ginjal akut


pada gangguan ginjal
Diagnosis
Anamnesis

1. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya


2. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya
3. Usia
4. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas )
5. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )
6. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan
oedem paru, nyeri dada )
7. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis dan penyakit sistemik
lain
8. Riwayat kehamilan, tanda- tanda  eklampsi
 
Diagnosis
Pemeriksaan fisik

Pengukuran tekanan darah pada kedua lengan, perabaan


denyut nadi perifer (raba nadi radialis kedua lengan dan
kemungkinan adanya selisih dengan nadi femoral, radial-
femoral pulse leg ),

Lihat adanya papil edema, pendarahan


dan eksudat
Pemeriksaan fisik

Palpasi adanya pergeseran apeks, dengarkan


adanya bunyi jantung S3 dan S4 serta adanya
murmur

perhatikan adanya ronki basal yang


mengindikasikan CHF

pendekatan pada status mental dan perhatikan


adanya defisit neurologik fokal. Periksa tingkat
kesadarannya dan refleks fisiologis dan patologis
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis (proteinuria dan


hematuri), Hb, Ht, ureum( ), kreatinin( ), gula darah dan  elektrolit.

Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thorak

Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,


ekokardiogram, ultrasonogram
Tatalaksana
Autoregulasi
Autoregulasi adalah penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap
kebutuhan dan pasokan darah, dengan mengadakan perubahan pada resistensi
terhadap aliran darah dengan berbagai tingkatan perubahan kontriksi/dilatasi
pembuluh darah.

Pengobatan hipertensi mendesak cukup dengan obat oral yang bekerja


cepat sehingga menurunkan tekanan darah dalam beberapa jam.

Hipertensi darurat memerlukan obat yang segera menurunkan tekanan


darah dalam menit-jam sehingga umumnya bersifat parenteral
Tatalaksana
Parameter Hipertensi Mendesak (urgency) Hipertensi Darurat (emergency)

Biasa Mendesak

Tekanan darah (mmHg) > 180/110 > 180/110 > 220/140

Gejala Sakit kepala, kecemasan; sering  kali Sakit kepala hebat, sesak napas Sesak napas, nyeri dada, nokturia,,
tanpa gejala kelemahan, kesadaran menurun

Pemeriksaan Tidak ada kerusakan organ target, Kerusakan organ target; muncul klinis Ensefalopati, edema paru,
tidak ada penyakit kardiovaskular penyakit kardiovaskuler, stabil insufisiensi ginjal, iskemia jantung

Terapi Awasi 1-3 jam; memulai/teruskan obat Awasi 3-6 jam; obat oral berjangka Pasang jalur IV, periksa
oral, naikkan  dosis kerja pendek laboratorium standar, terapi obat IV

Rencana Periksa ulang dalam 3 hari Periksa ulang dalam 24 jam Rawat ruangan/ICU
Obat Antihipertensi Intravena pada Hipertensi Emergensi
Obat Antihipertensi Oral pada Hipertensi Urgensi
Obat Antihipertensi Oral pada Hipertensi Urgensi
Obat Hipertensi darurat dengan komplikasi
Kesimpulan
Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan dibidang kardiovaskular yang sering
dijumpai di instalasi gawat darurat.

Hipertensi emergensi (darurat), yaitu peningkatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau
diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ terget. Managemen
tekanan darah dilakukan dengan obat-obatan parenteral secara tepat dan cepat Pasien harus
berada di dalam ruangan ICU agar monitoring tekanan darah bisa dikontrol dengan
pemantauan yang tepat. Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal
dan 15% pada 2 – 3 jam berikutnya

Hipertensi urgensi (mendesak), yaitu peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi
emergensi namun tanpa disertai kerusakan organ target. Manajenem penurunan tekanan
darah dengan pemberian obat-obatan oral aksi cepat akan memberi manfaat untuk
menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal (Mean Arterial Pressure (MAP) dapat
diturunkan tidak lebih dari 25%).

Anda mungkin juga menyukai