Anda di halaman 1dari 22

MASALAH

LANSIA
DENGAN GIZI
Pengertian

Gizi kurang adalah rendahnya kandungan zat


gizi, baik mikro maupun makro, di dalam tubuh
seseorang.
Penyebab

a. Penurunan atau kehilangan sensitivitas indra


pengecap dan penciuman.
b. Penyakit periodental (terjadi 80% lansia) atau
kehilangan gigi.
c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim
pencernaan.
d. Penurunan mobilitas saluran pencernaan
makanan.
e. Penggunaan obat-obatan jangka panjang.
f. Gangguan kemampuan motorik.
g. Kurang bersosialisasi, kesepian.
h. Pendapatan yang menurun (pensiun).
i. Penyakit infeksi kronis.
j. Penyakit ganas.
Patofisiologi
 Proses menua :
a. Penurunan/kehilangan indra pengecap dan
penciuman.
b. Penyakit periodental dan kehilangan gigi.
c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim
pencernaan.
d. Gangguan kemampuan motorik.
e. Tulang kehilangan densitasnya dan rapuh.
f. Tendon mengerut dan atropi serabut otot.
g. Penurunan mobilitas saluran pencernaan/peristaltik
melemah.
 Akibat :
a. Anorexia.
b. Kesulitan makan.
c. Mengganggu penyerapan Ca, Fe, Protein,
Lemak, dan Vitamin.
d. Susah BAB, wasir.
e. Nafsu makan menurun.
f. Kerusakan kartilago dan tulang.
g. Inflamasi sendi synovial.
 Asupan makanan kurang.
 Osteoporosis.
 Sublukasi/dislokasi

 Diagnosis keperawatan :
a. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan.
b. Risiko tinggi infeksi.
c. Kerusakan mobilitas fisik.
d. Nyeri.
e. Risiko cidera.
ASUHAN
KEPERAWATAN
DENGAN GIZI
1. Pengkajian

a. Fisiologis/fisik
1) Status gizi
IMT = kg BB Normal laki-laki = 18-25
(TB)^2 wanita = 17-23
2) Intake cairan dalam 24 jam.
3) Kondisi kulit.
4) Kondisi bibir, mukosamulut, gigi.
5)Riwayat pengobatan, alkohol, zat adiktif lainnya.
6) Evaluasi kemampuan penglihatan, pendengaran,
dan mobilitas.
7) Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi :
gangguan sistem digestif, nafsu makan, makanan
yang disukai dan tidak disukai, dan aroma.
8) Kebiasaan waktu makan (2-3 x sehari, snack, dan
lain-lain).
b. Psikososial/afektif
1) Kebiasaan saat makan
2) Situasi lingkungan.
3) Sosiokultural yang berlaku yang memengaruhi
pola nutrisi dan eliminasi.
4) Kondisi depresi yang dapat mengganggu
pemenuhan nutrisi.
c. Pemeriksaan tambahan/laborat
1) Analisis darah.
2) Kreatinin : indeks massa otot.
3) Serum protein, khususnya untuk sintesis antibodi
dan limfosit, dalam kekebalan seluler, enzim,
hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan.
2. Diagnosis Keperawatan

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan: asupan


nutrisi yang tidak adekuat akibat anorexia.
b. Risiko tinggi infeksi : penurunan asupan kalori
dan protein.
c. Kerusakan mobilitas fisik : deformitas skeletal,
nyeri, intoleransi aktivitas.
d. Nyeri.
e. Risiko cedera (dislokasi otot).
3. Rencana Asuhan Keperawatan
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan :
asuhan nutrisi kurang adekuat akibat anorexia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
secara adekuat.
Kriteria : - Meningkatkan masukan oral.
- Menunjukkan peningkatan BB.
Intervensi :
1) Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi
harian yang adekuat
2) Timbangan setiap hari, pantau hasil pemeriksaan
laboratorium.
3) Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat.
4) Ajarkan individu menggunakkan penyedap rasa
(seperti bumbu).
5) Beri dorongan individu untuk makan bersama
orang lain.
6) Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat
gigi) sebelum dan sesudah mengunyah makanan.
7) Anjurkan makan dengan porsi yang kecil tapi
sering.
8) Instruksikan individu yang mengalami penurunan
nafsu makan untuk :
a) Makan makanan kering saat bangun tidur.
b) Hindari makanan yang terlalu manis dan
berminyak.
c) Minum sedikit-sedkit melalui sedotan.
d) Makan kapan saja bila dapat toleransi.
e) Makan dalam porsi kecil rendah lemak dan
makan sering.
 Risiko tinggi infeksi : Penurunan asupan
kalori dan protein.
Tujuan : Klien akan memperlihatkan
kemampuan terhindar dari tanda-tanda
infeksi.
Kriteria : Tanda-tanda peradangan tidak
ditemukan (panas, bengkak, nyeri, merah,
gangguan fungsi).
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur.
2) Ajarkan tentang perlunya menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.
3) Tingkatkan kemampuan asupan nutrisi TKTP.
4) Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang
yang dapat menyebabkan imunosupresi.
 Kerusakan mobilitas fisik : Deformitas skeletal,
nyeri.
Tujuan : Klien dapat mobilisasi dengan
adekuat.
Kriteria : Mendemonstrasikan teknik/perilaku
yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Intervensi :
1) Evaluasi pemantauan tingkat inflamansi/rasa sakit.
2) Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif.
3) Ubah posisi dengan sering.
4) Berikan lingkungan yang nyaman, misalnya
menyediakan alat bantu.
 Nyeri (akut//kronis) : Proses inflamasi,
destruksi sendi.
Tujuan : menunjukkan nyeri berkurang/hilang.
Kriteria : Terlihat rileks, dapat tidur, dan
berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan
intensitas. Catat faktor yang mempercepat tanda-
tanda nyeri.
2) Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman
pada waktu istirahat ataupun tidur.
3) Anjurkan klien mandi air hangat, sediakan
waslap untuk kompres sendi.
4) Berikan pemijatan lembut.
5) Kolaborasi pemberian obat-obatan, seperti
aspirin, ibuprofen, naproksin, piroksikam,
fenoprofen.
 Risiko cedera : hilangnya kekuatan otot/rasa
nyeri.
Tujuan : Klien terhindar dari cidera.
Kriteria : Klien berada pada perilaku yang aman
dan lingkungan yang nyaman.
Intervensi :
1) Kaji tingkat kekuatan otot.
2) Kaji tingkat pergerakkan pasif.
3) Beri alat bantu sesuai kebutuhan.
4) Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin).
5) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak
bisa dilakukan secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai