Anda di halaman 1dari 48

KONSEP & PROSEDUR

ELEMINASI URI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2019
Pengertian:
Sistem perkemihan merupakan
suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin
(air kemih).
Anatomi dan Fisiologi sistem Perkemihan

Susunan Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri dari:


a) Dua ginjal (renal) yang menghasilkan urin,
b) Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke
vesika urinaria (kandung kemih),
c) Satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan,
d) Satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
GINJAL (RENAL)
• Ginjal terletak pada dinding
posterior abdomen di belakang
peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12
sampai vertebra lumbalis ke-3.
• Bentuk ginjal seperti biji
kacang.
• Ginjal kanan sedikit lebih
rendah dari ginjal kiri, karena
adanya lobus hepatis dexter
yang besar.
URETER
• Saluran retroperitonium
yang menghubungkan
ginjal dengan kandung
kemih.
VESIKA URINARIA (VU) / BULI-BULI /
BLADDER
• Vesika urinaria bekerja
sebagai penampung urin.
• Organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi).
• Letaknya d belakang simfisis
pubis di dalam rongga
panggul.
• Vesika urinaria dapat
mengembang dan mengempis
seperti balon karet.
URETRA
Merupakan saluran sempit yang
berpangkal pada vesika urinaria
yang berfungsi menyalurkan air
kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira


13,7-16,2 cm,
Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-
6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).

Sphincter urethra terletak di sebelah


atas vagina (antara clitoris dan vagina)
dan urethra disini hanya sebagai
saluran ekskresi.
FUNGSI GINJAL
Fungsi Utama dari ginjal :
Mempertahankan komposisi dan volume cairan tubuh (CES/Cairan
Ekstra Seluler) agar tetap konstan (homeostasis)

Fungsi pokok ginjal lainnya :


• Mempertahankan keseimbangan air seluruh tubuh
Mempertahankan volume plasma yang tepat melalui ekskresi air dan
garam → pengaturan tekanan darah
• Membuang zat yang jumlahnya berlebihan dan produk akhir
metabolisme
Contoh : air, elektrolit (terutama H+), ureum, kreatinin, kalium, fosfat,
sulfat organik, asam urat → dapat bersifat toksik
• Mengekskresikan berbagai senyawa asing
Contoh : obat, pestisida, toksin, dan berbagai zat eksogen yang masuk
dalam tubuh
LANJUTAN………………
• Menghasilkan beberapa senyawa khusus
Erythropoietin : suatu hormon yang merangsang percepatan
pembentukan, pematangan dan pelepasan eritrosit
Renin : suatu hormon proteolitik yang berperan dalam
pengaturan volume CES dan tekanan darah (bagian dari RAAS)
Kalikrein : enzim proteolitik dalam pembentukan kinin (suatu
vasodilator)
Prostaglandin : hormon yang berperan sebagai pengaturan
pengerutan dan pelebaran pembuluh darah, pembekuan darah,
pengaturan pergerakan kalsium, pengaturan pertumbuhan sel,
pengaturan rasa sakit, menurunkan tekanan bola mata, dll.
Tromboksan : derivat asam lemak yang bekerja sebagai hormon
lokal (bersifat vasokonstriktor)
PROSES PEMBENTUKAN URINE

FILTRASI

REABSORBSI

SEKRESI

AUGMENTASI

EKSKRESI
PROSES PEMBENTUKAN URINE
FILTRASI
PENYARINGAN (FILTRASI)
• Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah
yang terjadi di kapiler glomerulus → membran glomerulus
(lapisan endotel, membran basalis, epitel kapsula Bowman)
REABSORBSI

PENYERAPAN KEMBALI (REABSORBSI)


99 % cairan yang difiltrasi glomerulus diserap kembali oleh
tubulus (sebagian besar di tubulus proksimal), sedangkan 1 %
nya diekskresi
SEKRESI
SEKRESI
• Adalah perpindahan molekul dari CES ke lumen tubulus
nefron
• Proses sekresi : difusi zat dari kapiler peritubulus ke
intertisium → zat menuju lumen tubulus dengan menyebrangi
tight junction antar sel (jalur paraseluler) atau melewati
membran basolateral dan apikal (jalur transeluler)
AUGMENTASI

• Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang


mulai terjadi di tubulus kontortus distal
EKSKRESI
EKSKRESI
• Bersihan ginjal (renal clerance) suatu zat : volume plasma
yang melalui ginjal dan dibersihkan dari suatu zat per satuan
waktu → untuk mengevaluasi fungsi ginjal → LFG/GFR
• Bahan yang diekskresi : urin (produk sisa)
• Ekskresi normal urin : 1ml/menit atau 1,5 lt/hari
• Salah satu produk akhir yang terkandung dalam urin :
kreatinin (digunakan untuk perkiraan kasar GFR) → tidak
direabsorpsi dan sedikit disekresi.
KANDUNGAN URIN NORMAL

• Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam


urin normal adalah bagian padat yang terkandung didalam air.
Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun
kelektrolitanya, diantaranya adalah :
• Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana
memiliki ukaran yang reatif besar ( Urea CON2H4 atau
(NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, dan subtansi
lainya seperti hormon)
• Ion : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-),
Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+). Dalam Jumlah Kecil :
Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates
(H2PO4-, HPO42-, PO43-
• Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-
obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap.
Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi
adanya penyakit
KANDUNGAN URIN NORMAL

• Bau : Normal urine berbau khas amonia


• Berat jenis : Adalah berat atau derajat
konsentrasi bahan (zat) dibandingkan
dengan suatu volume yang sama dari
yang lain seperti air yang disuling
sebagai standar. Berat jenis air suling
adalah 1, 009 ml. Normal BJ urin : 1010
- 1025
• Kejernihan : Normal urine terang dan
transparan. Urine dapat menjadi keruh
karena ada mukus/ pus
Gangguan eliminasi urin :

1. Retensi Urin
Penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih u mengosongkan
isinya, shg menyebabkan distensi kandung kemih.

Kandungan Vesika Urinaria normal : 250-450 ml urine

Dalam keadaan distensi, VU dapat menampung :


3000-4000 ml urine

.
Tanda-tanda klinis Retensi :

1. Ketidaknyamanan daerah pubis


2. Distensi VU
3. Ketidaksanggupan u berkemih
4. Sering berkemih saat VU berisi sedikit urine (25-50 ml)
5. Ketidakseimbangan jumlah urine yg dikeluarkan dan
asupan
6. Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
7. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam VU
PENYEBAB :

1. Operasi daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria


2. Trauma Sumsum tulang belakang
3. Tekanan uretra yg tinggi disebabkan oleh otot detrusor
yg lemah
4. Sfingter yang kuat
5. Sumbatan (Striktur uretra dan pembesaran kelenjar
prostat)
2. Inkontinensia Urine

Ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara /


menetap u mengontrol ekskresi urine.

Penyebab :

1. Proses penuaan
2. Pembesaran kelenjar prostat
3. Penurunan kesadaran
4. Penggunaan obat narkotik / sedatif
Terdiri dari :
a. Inkontinensia Dorongan : Seseorang yang mengalami
pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi setelah merasa dorongan yg
kuat u berkemih.

Kemungkinan Penyebab:
- Penurunan kapasitas VU
- Iritasi pd reseptor regangan VU (ISK)
- Minum alkohol / kafein
- Peningkatan cairan
- Peningkatan konsentrasi urine
- Distensi VU yang berlebihan
Tanda –tanda :
- Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
- Spasme kandung kemih
b. Inkontinensia Total : Seseorang yang mengalami
pengeluaran urine yg terus-menerus dan tidak dapat
diperkirakan
Kemungkinan penyebab :
- Disfungsi neurologis
- Kontraksi independen dan refleks detrusor karena pembedahan
- Trauma / penyakit yg mempengaruhi med. Spinalis
- Fistula
- Neuropati
Tanda-tanda:
- Aliran konstan yg tidak diperkirakan
- Tidak ada distensi kandung kemih
- Nokturia
- Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
c. Inkontinensia Stres : keadaan seseorang mengalami
kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi peningkatan
tekanan abdomen.

Kemungkinan penyebab:
- Perubahan degeneratif pd otot pelvis dan struktur penunjang
- Tekanan intra abdominal tinggi, (obesitas)
- Distensi kandung kemih
- Otot pelvis dan struktur penunjang lemah

Tanda-tanda :
- Urine menetes dengan peningkatan tekanan abdominal
- Adanya dorongan berkemih
- Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
d. Inkontinensia Refleks :Mengalami pengeluaran urine yg
tidak dirasakan, terjadi pada interval yg dapat
diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai
jumlah tertentu.

Kemungkinan penyebab:
- Kerusakan neurologis (Lesi med. Spinalis)

Tanda-tanda Inkontinensia refleks :


- Tidak ada dorongan u berkemih
- Merasa VU penuh
- Kontraksi/ spasme VU tidak dihambat pd interval teratur
e. Inkontinensia Fungsional : Mengalami pengeluaran urine
secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.

Kemungkinan Penyebab:
- Kerusakan neurologis (Lesi Med. Spinalis)

Tanda-tanda:
- Adanya dorongan u berkemih
- Kontraksi kandung kemih cukup kuat u mengeluarkan urine
3. Eneuresis

Ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yg


diakibatkan tidak mampu mengntrol sfingter eksterna.
Biasanya pada anak-anak atau manula, umumnya pada
malam hari.

Macam :
a. Eneuresis Nocturnal
b. Eneuresis Diurnal
Penyebab Eneuresis:

1. Kapasitas VU lebih besar dari kondisi normal


2. Emosional
3. ISK
4. Makanan yg banyak mengandung garam dan mineral /
makanan pedas
5. Dll
4. Ureterotomi

Tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada


dinding perut u drainase urine.
Dilakukan karena adanya penyakit / disfungsi kandung
kemih.
Perubahan Pola Eliminasi Urine

Yaitu keadaan seseorang yg mengalami ggn pd


eliminasi urine, disebabkan oleh multipel
(obstruksi anatomis ), kerusakan motorik
sensorik, infeksi saluran kemih (ISK).
Terdiri atas :
1. Frekuensi
Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan
meningkatnya jumlah cairan yg masuk.
- Frekuensi yg tinggi tanpa tekanan asupan cairan dapat diakibatkan
oles Sistisis
- Frekuensi yg tinggi juga dapat dijumpai pada keadaan stres dan
hamil
2. Urgensi
Perasaan seseorang u berkemih, takut mengalami inkontinensia jika
tidak berkemih.
Biasanya terjadi pada anak-anak
3. Disuria
Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih.Pada ISK, trauma, dan
striktur uretra.
4. Poliuria
Produksi urine yang abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa
adanya peningkatan asupan cairan. Biasanya pada penderita diabetes
melitus, Defisiensi ADH, dan Gagal ginjal kronik.
5. Urinaria Supresi.
Berhentinya produksi urine secara mendadak.
Secara normal, ginjal secara terus-menerus pd kecepatan 60-
120ml/jam.
Pelaksaan tindakan keperawatan
1. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan
2. Menolong BAK dengan urinal
3. Kateterisasi
Kateterisasi
Pengertian : Tindakan keperawatan dengan cara
memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui
uretra yg bertujuan membantu memenuhi kebutuhan
kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan bahan
pemeriksaan.

Melalui 2 cara :
1. Intermitten (Straigth kateter)
2. Indwelling (Foley kateter)
Indikasi :
1. Intermitten :
- Tidak mampu berkemih 8-12 jam setlh operasi
- Retensi akut setelah trauma uretra
- Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif / analgesik
- Cedera pd tulang belakang
- Degenerasi neuromuskular secara progresif
- Pengeluaran urine residual
2. Indwelling :
- Obstruksi aliran urine
- Pascaoperasi uretra & struktur di sekitarnya
- Obstruksi uretra
- Inkontinensia dan disorientasi berat
Alat dan Bahan pemasangan
kateter pria
1. Handscoon bersih (digunakan
ketika penis hygine, boleh diganti
dengan pinset steril)
2. Kasa steril (dalam kom steril)
3. Cairan Nacl
4. Cucing steril
5. Handscoon steril
6. Bak instrumen steril
7. Korentang steril
8. Kateter steril (sesuai dengan
ukuran dan jenis)
Lanjutan.....
9. Urine bag
10. Pelumas / jelly (Jelly KY)
11. Duk steril
12. Spuit 10 cc
13. Aquabides (cairan untuk fiksasi)
14. Bengkok/ neirbekken
15. Selimut
16. Perlak
17. Plester (untuk fiksasi)
18. Gunting plester
Prosedur Kerja Pada pasien pria:
1. Menyiapkan peralatan non
steril (Spuit 10 cc diisi
aquabides dan plester)
2. Cuci tangan
3. Posisikan pasien
terlentang (supinasi)
4. Pasang perlak/ alas
5. Dekatkan bengkok
6. Gunakan handscoon
bersih
7. Siapkan untuk penis
hygiene (cucing diisi
kassa dan cairan NaCl)
8. Lakukan penis hygiene di area
meatus uretra (dengan gerakan sirkular
dari dalam ke luar)
9. Lepaskan handscoon bersih
10. Buka pembungkus luar kateter dan
pasang urine bag pada pangkal kateter
11. Buka bak instrumen, ambil kassa
steril diletakkan di tutup bak instrumen,
diberikan Jelly)
12. Pakai handscoon steril
13. Pasang duk steril
14. Ambil kateter dari pembungkus
dalam dengan tehnik steril
15. Ratakan jelly pada ujung kateter
12,5 – 17,5 cm (dari ujung ke pangkal)
16. Angkat penis 90 derajat dengan
tangan kiri
17. Masukkan kateter ke uretra 17 – 22,5 cm sampai urine
mengalir ke urine bag
18. Jika tertahan jangan dipaksa / tenangkan.
19. Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan
aquabides sesuai petunjuk yang tertera di kateter
20. Tarik pelan dan pastikan di dalam kateter terfiksasi
dengan baik
21. Buka handscoon
22. Selanjutnya selang kateter luar di fiksasi pada paha
bagian atas (dengan plester)
23. Bersihkan alat
24. Rapikan pasien (termasuk jika selimut kotor, maka
diganti)
25. Cuci tangan.
26. Dokumentasi (respon, waktu dan tanggal pemasangan)
Alat dan Bahan pemasangan kateter wanita :
1. Handscoon bersih (digunakan ketika
vulva hygine, boleh diganti dengan
pinset steril)
2. 5 kapas steril (dalam kom steril)
3. Larutan pembersih antiseptic
(savlon/cairan DTT, namun pada
prosedur ini menggunakan cairan DTT)
4. 1 cucing steril
5. Handscoon steril
6. Bak instrumen steril
7. Korentang steril
8. Kateter steril (sesuai dengan ukuran
dan jenis)
9. Urinal bag
10. Pelumas / jelly (Jelly KY)
11. Duk steril
12. Spuit 10 cc
13. Aquabides (cairan
untuk fiksasi)
14. Bengkok/
neirbekken
15. Selimut
16. Perlak
17. Plester (untuk
fiksasi)
18. Gunting plester
Prosedur Kerja pada pasien Wanita
1. Menyiapkan peralatan non steril (Spuit 10 cc diisi aquabides dan plester)
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan, pasang sampiran posisikan pasien dorsal recumbent
4. Pasang perlak/ alas
5. Dekatkan alat vulva hygiene (bengkok, cucing steril berisi cairan DTT dan
kassa steril 5)
6. Gunakan sarung tangan bersih
7. Bersihkan vulva dengan kapas DTT dari atas ke bawah dengan urutan (5
tahap): labia mayora (kanan-kiri), labia minora (kanan-kiri) dan clitoris
sampai perineum.
8. Lepaskan handscoon bersih
9. Buka pembungkus luar kateter dan pasang urine bag pada pangkal kateter
10. Buka bak instrumen, ambil 1 kassa steril diletakkan di tutup bak instrumen,
diberikan Jelly.
11. Pasang handscoon steril
12. Pasang duk steril
13. Ambil kateter dari pembungkus dalam dengan tehnik
steril
14. Ratakan jelly pada ujung kateter 2,5 – 5 cm (dari ujung
ke pangkal)
15. Buka meatusuretra dengan tangan kiri
16. Masukkan kateter ke uretra 5-7 cm / sampai urine
mengalir ke urine bag
17. Jika tertahan jangan dipaksa / tenangkan.
18. Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan
aquabides sesuai petunjuk yang tertera di kateter
19. Tarik pelan dan pastikan di dalam kateter terfiksasi
dengan baik
20. Buka Handscoon
21. Selanjutnya selang kateter luar di fiksasi
pada paha bagian atas (dengan plester)
22. Rapikan alat (termasuk jika selimut
kotor, maka diganti)
23. Cuci tangan
24. Dokumentasi (respon, waktu dan
tanggal pemasangan)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai