Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
DIARE PADA ANAK
Oleh : Hanif Arif Rahmadi
Definisi :
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk
cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO
(1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :
1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan
dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare
persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh berbagai sebab (multifaktorial). Penyebab dari penyakit ini
adalah infeksi agent atau kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut
mempengaruhi
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kurang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan : antibiotic.
7. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi usus
Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
2. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
3. Suhu tubuh meninggi/demam
4. Feces encer, berlendir atau berdarah
5. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
6. Anus lecet
7. Muntah sebelum dan sesudah diare
8. Mual dan muntah
9. Lemah
10.Pucat
Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi,
air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen
usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare.
4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak
Pathway
Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein
Penatalaksanaan
a. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
1.Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya.

2.ASI (Air Susu Ibu) diteruskan.

3.Makanan diberikan seperti biasanya.

4.Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas terdekat.

b. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang

5.Berikan oralit.

6.ASI (Air Susu Ibu) diteruskan.

7.Teruskan pemberian makanan.

8.Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang.

9.Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke Puskesmas terdekat.


c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat

1)Segera bawa ke Rumah Sakit / Puskesmas dengan fasilitas perawatan.

2)Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum.

a. Takaran Pemberian Oralit

1. Di bawah 1 thn : 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali mencret.

2. Di bawah 5 thn (anak balita) : 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret

3. Anak diatas 5 thn : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret

4. Anak diatas 12 thn & dewasa : 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret
(1 gelas : 200 cc)
Pemeriksaan Diagnostik

1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan


2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
4. Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah.
Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013).
Jenis imunisasi
 Bacillus Calmette Guerin (BCG)
 Diphtheria Pertusis Tetanus (DPT)
 Hepatitis B
 Polio
 Campak
DDST
Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang
digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun.
Manfaat pengkajian perkembangan dengan menggunakan DDST bergantung pada usia
anak. Pada bayi baru lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis, salah
satunya serebral palsi.
 Alat yang digunakan
Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik – manik, kubus warna merah, kuning,
ungu, biru, permainan anak, botol kecil – kecil, bo;a tenis, bel kecil, kertas, dll.
Lembar DDST.
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara melakukan tugas dan
cara penilaiannya
Terapi bermain
 Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan
salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau
mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi
bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan
keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam,
2005).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
 Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi
adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau
lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat
dari pola makan dan perawatannya.
b. Keluhan Utama
 BAB lebih dari 3 kali sehari
c. Riwayat penyakit sekarang
 BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih
dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).
d. Riwayat penyakit dahulu
 Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan
candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
 
Lanjutan
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari
dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan
yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.
f. Riwayat Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
h. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pertumbuhan
Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
2. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:
Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/
egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa
(meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Pemeriksaan fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan
menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral
dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari
sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan
waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat, PCO2 meningkat, HCO3
menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan


skunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan dan intake yang kurang
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.
Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
Sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat

5. Evaluasi
Lihat Catatan Perkembangan
Sesuaikan antara tujuan dan kriteria hasil
Subjektif : Data dari pasien atau keluarga
Objektif : Data langsung dari pengamatan ke pasien
Assasment : Masalah kebutuhan pasien terpenuhi atau tidak
Plan of care: RTL
 

Anda mungkin juga menyukai