Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan

dengan Hipertuarisme

Miftakhul Jannah
Rafika Dewi
Rusbi Sari Fitria
Waode Nur Salsabila R
Yuni Wulansari
Pengertian
Hiperpituitarisme adalah sekresi berlebihan hormon
hipofisis anterior. Hiperpituitarisme biasanya hanya
mengenai satu jenis hormon hipofisis, hormon-hormon
hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar lebih
rendah.
Hiperpituitarisme juga merupakan penyakit kronis
progresif dengan ditandai oleh disfungsi hormonal yang
mengakibatkan pertumbuhan skeletal yang berlebihan
(lydnon saputra 2012)
Hipofisis merupakan kelenjar
yang berada pada otak bagian
dasar, tepatnya pada sella turiska
dan dilapisi oleh selapur dural
(diafragma sellae).
Kelenjar hipofisis pada orang
dewasa beratnya 500-600 ml,
diameter 1,2 - 1,5 cm dengan
tebal 0,5 cm kelenjar ini
terhubung dengan hipotalamus
melalui Iinfundibulum atau
tangkai pituitari.
(tarwoto 2012, hal 11)
Etiologi
Berikut ini merupakan beberapa etiologi menurut Lyndon
Saputra (2012), antara lain :
1. Adenoma hormone yang mensekresi proklatin
2. Tumor yang mensekresi growth hormone (GH)
3. Sindrom Cushing yang disebabkan oleh disfungsi hipofise
4. Adenoma yang mensekrsikan LH, FSH, atau TSH
5. Adrenalektomi
6. Kehamilan
Patofisiologi

Hiperpituitarisme umumnya terjadi karena adenoma pituitari atau tumor


epithelia, insiden dari adenoma sekitar 22 % pengaruh tumor ini tergantung
pada ukuran dan derajat infasifnya dan jumlah sekresi dari hormon.
Jika ukuran hormon diameternya kurang dari 10 mm disebut
microadenimas, apabila lebih dari 10 mm disebut macroadenomas.
Besarnya tumor akan mendesak dan mengkompresi organ disekitarnya
sehingga memungkinkan terjadi gangguan persyarafan seperti gangguan
pada syaraf penglihatan, nyeri kepala, peningkatan tekanan intrakranial.
Manifestasi Klinis (Lyndon Saputra, 2012)

1. Gambaran wajah yang kasar 9. Impotensi


2. Lidah yang membesar 10. Infertilitas
3. Rahang yang menonjol 11. Kulit dan kuku jari yang tebal dan
4. Kelainan skeletal berminyak
5. Pertumbuhan kartilago dan 12. Deformitas
jaringan ikat yang berlebihan 13. Nyeri pada sendi
6. Jari-jari tangan yang mirip laba- 14. Suara yang menjadi besar/kasar
laba 15. Diaforesis
7. Tangan dan kaki yang lebar 16. Sakit kepala
8. Malaise
Komplikasi
1. Kebutaan
2. Gangguan penglihatan
3. Diabetes militus
4. Hipertensi
5. Gagal jantung
6. Arteriosklerosis
7. Kardiomiopati
8. Artritis
9. Sindrom carpal tunnel
10. Osteoporosis
(Lyndon Saputra, 2012)
Hasil Test Diagnostik

1. Radioimmunoassay GH : Peningkatan kadar GH plasma dan kadar


insulin-lite grouth factor 1
2. Test supresi glukosa : tidak mampu menekan kadar hormone
hingga dibawah nilai normal 2 ng/mL yang bisa diterima
3. CT scan : tumor hipofise
(Lyndon Saputra, 2012)
Penatalaksanaan
1.Terapi radiasi melalui implant transfenoidalis
2. Monitoring : TTV dan asupan / keluaran cairan
3. Pemeriksaan laboratorium : kadar glukosa, kalium dan kalsium
4. Preparat analog somatostatin : oktreotid (Sadostatin)
5. Preparat dopaminergic : Levodopa ( larodopa ), Bromokritin
(Parlodel)
6. Hormon : somatotropin (humatrope), etinel estradiol,
testosterone (AndroGel), Levotiroksin (synthroid), liyotironin
(cytomel), dietilstilbestrol, kortison (jika seluruh hipofise
diangkat)
7. Antagonis grouth hormone : pegvisomant (Somavert).
(LyndonSaputra, 2012)
Asuhan Keperawatan
Pengkajian

1. Riwayat kesehatan
2. Riwayat Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum,
b. Tanda-tanda vital
c.  Pemeriksaan Fisik 
Diagnosa dan Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri b.d agens-agens penyebab nyeri
Intervensi
1)   Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
 
durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor prefisitasi.
2)  Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3)  Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalman nyeri pasien.
4)  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
5)  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
6)  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lalu.
7)  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
8)  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi b.d kurang dari kebutuhan
tubuh

Intervensi
1)  Kaji adanya alergi makanan.
2)  Kolaborasi dengan ahli gizi dengan menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C berikan
subtansi gula makanan yang mengandung tinggi serat.
5) Ajarkan pasien membuat catatan makanan harian, monitor nutrisi dan
kandungan kalori dan berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
6) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
Diagnosa 3 : Ganguan citra tubuh b.d biofisik
Intervensi
1) Kaji secara verbal dan nonvebal respon
klien terhadap tubuhnya.
2) Monitor frekuensi mengkritik dirinya.
3) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
kemajuan dan progmasis penyakit.
4) Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
5) Identifikasi arti pengurangan melalui
pemakaian alat bantu.
6) Fasititas kontrak dengan individu lain dalam
kelompok kecil.
Implementasi Keperawatan

Serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien
dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry,
2011).
Evaluasi Keperawatan

Tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah


tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
tidak untuk mengatasi suatu masalah. (Meirisa, 2013).
Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan telah tercapai.
Thank You
 

Anda mungkin juga menyukai