Anda di halaman 1dari 28

CLINICAL SCIENCE SESSION

ASTIGMATISME
Disusun oleh:
Achyarini Noviola(G1A218056)

Pembimbing: dr. H. Djarizal, Sp.M.,MPH

KEPANITERAAN KLINIS SENIOR BAGIAN / KSM MATA FAKULTAS KEDOKTERAN


DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI / RSUD RADEN MATTAHER
2020
BAB I
PENDAHULUAN

• Astigmatisme adalah kelainan refraksi dimana berkas sinar tidak difokuskan pada
satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik
• Astigmatisme biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir
• Letak kelainan pada astigmatisme terdapat di dua tempat yaitu kelainan pada
kornea dan kelainan pada lensa.
• Secara garis besar terdapat 3 penatalaksanaan astigmatisme, yaitu dengan
menggunakan kacamata silinder, lensa kontak dan pembedahan.
Definisi
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi, dimana
sinar tidak pada satu titik.

BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

3
◦ Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi
menempati urutan pertama pada penyakit
mata.
Epidemiologi
◦ Ditemukan jumlah penderita kelainan
refraksi di Indonesia hampir 25% populasi
penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.
◦ angka kejadian astigmat bervariasi antara
30%70%.

4
Anatomi Dan Fisiologi

5
Hasil pembiasan sinar pada mata
ditentukan oleh media penglihatan
yang terdiri atas kornea, aqueous
Media Refraksi humor (cairan mata), lensa, badan
vitreous (badan kaca), dan
panjangnya bola mata.

6
Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah
dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya di
retina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat

Fisiologi
Dua faktor penting dalam refraksi : densitas komparatif antara 2
Refraksi media (semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat
pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua
(semakin besar sudut, semakin besar pembiasan).

Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan


cahaya terfokus diretina gara penglihatan jelas. Apabila bayangan
sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau belum
terfokus sebelum mencapai retina ,bayangan tersebut tampak kabur

7
Etiologi

 Adanya kelainan kornea, dimana permukaan luar kornea tidak


teratur. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena
perubahan lengkung kornea
 Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada
lensa.

8
Klasifikasi
1) Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang saling tegak
lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang
tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi
2 golongan, yaitu:
• Astigmatisme With the Rule Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih
kuat dari pada bidang horizontal.sering ditemukan pada anak-anak dan orang muda.
• Astigmatisme Against the Rule Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang
lebih kuat dari pada bidang vertikal. Serinng ditemukan pada orang tua.

9
2) Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.

Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai berikut:

1) Astigmatisme Miopia Simpleks, Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada tepat pada retina

2) Astigmatisme Hiperopia Simpleks, Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik
B berada di belakang retina.

Gambar 5. Astigmatisme Hiperopia Simpleks 10


3) Astigmatisme Miopia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di
antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme.

Gambar 6. Astigmatisme Miopia Kompositus


4. ) Astigmatisme Hiperopia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di
antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X
Cyl +Y.

Gambar 7. Astigmatisme Hiperopia Kompositus


5) Astigmatisme Mixtus Astigmatisme

jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola
ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana
ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y
menjadi sama - sama + atau -.

Gambar 8. Astigmatisme
Mixtus
◦ Astigmatismus Rendah
Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya
astigmatismus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata.

Berdasarkan Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d
tingkat kekuatan 2,75 Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan
kacamata koreksi.
Dioptri : ◦ Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus
ini sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
 
Tanda Dan Gejala

Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan


gejala-gejala sebagai berikut9 :

- Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya keluhan
ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.
- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan efek pinhole.
- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati
mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar
bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.
Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala-
gejala sebagai berikut :

-Sakit kepala pada bagian frontal.


-Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya
penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau
mengucek-ucek mata.
Diagnosis
Selain dari anamnesis, diagnosis astigmatisme dapat dilakukan dengan
melakukn beberapa pemeriksaan diantaranya :

1) Pemeriksaan pin hole

Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya


tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada
media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan
bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat
kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan
berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau
pun retina yang menggangu penglihatan.5
2) Uji refraksi

i.Subjektif
Optotipe dari Snellen & Trial lens
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak
pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen
Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam
Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique).
ii. Objektif

- Autorefraktometer
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya
dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur.
- Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat
berharga namun mempunyai keterbatasan.
 
3)Uji pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya
dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada
kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta
melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat.
Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa
silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180°. Perlahan-lahan kekuatan
lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama
tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila
dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta
melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat
jelas
4) Keratoskop
Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme.
Pemeriksa memerhatikan imej “ring” pada kornea pasien. Pada astigmatisme regular,
“ring” tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, imej tersebut tidak
terbentuk sempurna.7,8

5) Javal ophtalmometer
Boleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea, diaman akan
menentukan kekuatan refraktif dari kornea.7,8
Diagnosis Banding

1. Miopia
2. Hipermetropia
3. Katarak
4. Age Related Macular Degeneration (ARMD)
Terapi
1) Koreksi lensa
Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.

2) Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak,
lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar
dan menurunkan myopia.

23
Bedah refraksi

Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:

1) Radial keratotomy (RK)


Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian
yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil
perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari
insisi.

2) Photorefractive keratectomy (PRK)


Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan
dengan ablasi laser pada pusat kornea. Kornea yang
keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah
photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan
akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan koreksi
kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih baik
pada waktu sebelum operasi.

24
3) LASIK

4)LASEK
LASEK (Laser Epithelial Keratomileusis) adalah sebuah bedah refraktif di
mana epitel dipotong dengan pisau halus, yang disebut trefin, dan melibatkan
penggeseran lapisan epitel kornea dan kemudian menggantinya untuk
bertindak sebagai perban alami.

25
KOMPLIKASI
- Ketidaknyamanan pada mata
- mata menjadi penat
- terkadang sakit kepala
Hal ini disebabkan karena apabila mata tidak dirawat dengan benar dapat
menyebabkan terjadinya ambliopia (mata malas). 10,11

PROGNOSIS

Sekitar 30 % dari semua orang memiliki Silindris . Dalam sebagian besar kasus,
kondisi tidak berubah banyak setelah usia 25 tahun. Astigmatisme progresif
dapat terjadi pada trauma kornea , infeksi berulang dari kornea, dan penyakit
degeneratif seperti keratoconus.10,11
 

26
KESIMPULAN

Astigmatisme adalah kelainan refraksi mata dimana sinar yang datang pada mata akan
difokuskan pada berbagai macam fokus

Terdapat 2 etiologi, yaitu kelainan pada lensa dan kelainan pada kornea. Adapun gejala klinis dari
astigmatisme adalah penglihatan kabur atau terjadi distorsi. Pasien juga sering mengeluhkan
penglihatan mendua atau melihat objek berbayang-bayang. Sebahagian juga mengeluhkan nyeri
kepala dan nyeri pada mata.

Koreksi dengan lensa silinder akan memperbaiki visus pasien. Selain lensa terdapat juga pilihan
bedah yaitu dengan LASIK, Radial keratotomy (RK) dan Photorefractive keratectomy (PRK).

27
TERIMA KASIH

28

Anda mungkin juga menyukai