Anda di halaman 1dari 17

PENGHANTARAN OBAT

MELALUI MATA

Apt. Aprilya Sri Rachmayanti,M.Farm


Anatomi mata

 Bola mata terdiri dari 3 lapisan yaitu :

mendapat aliran darah,tdpt kantung konjunctiva tpt


 1. lapisan serabut(Sclera)→tdk
pengolesan sediaan mata.

 2. Lapisan vaskuler(Choroidea)→mendapat cukup aliran darah, bgn anterior mata


tdpt camera anterior dan posterior yang dibatasi oleh endotelium kornea , corpus
ciliaris, permukaan iris , dan lensa mata .air mata dihasilkan oleh prosesus ciliaris
u/ Menjaga tekanan dalam intraokuler selalu tetap yaitu 19 mmhg
 Bagian posterior mata tdpt sistem lakrimal bersifat lipid berfungsi penghasil
cairan mata juga untuk menetralkan efek sediaan tetes mata ,dihasilkan oleh
kelenjar conjunctiva dan kelenjar lakrimal untuk melindungi kornea dari
penguapan.

 3. lapisan saraf dalam(Retina)



PENDAHULUAN

Mata bukanlah tempat yang baik untuk penembusan suatu obat,ini


disebabkan oleh 2 faktor yaitu :

1. Faktor arah pengeluaran dan pengaliran air mata yang berlawanan


dengan arah penembusan obat
2. Struktur kornea yang khas,berperan dalam penyerapan obat mata,kornea
terdiri dari tumpukan jaringan yang berbeda yaitu
- jaringan epitel bersifat lipofil dan tebalnya 10 % tebal keseluruhan
kornea
- Stroma bersifat hidrofil dan tebalnya 90 % tebal keseluruhan kornea
- Membran Bowman
- Membran Descemet
- Lapisan endotelium bersifat lipofil
- tampa aliran darah
Penetrasi okuler

 Yaitu perlintasan obat ke dalam cairan okuler dan


selanjutnya menuju tempat aksi dengan berbagai
proses tegantung pada cara pemberian dan sifat zat
aktif
Pemberian obat melalui jalur
sistemik(oral dan parenteral)

Darah memasuki cairan okuler melalui dua jalur utama yaitu :


melintasi epitel dari corpus ciliaris atau menembus dinding kapiler
jaringan penghubung di sekitar iris. Obat memasuki corpus ciliaris
melalui proses difusi dan sekresi, dengan demikian obat menembus
kapiler iris dan menuju ke bagian dalam sel epitel corpus ciliaris

pada keseluruhan proses difusi ,koefisien partisi ,derajat ionisasi dan ukuran
partikel berpengaruh pada laju penembusan dan pencapaian tempat aksi.
Pada pengeluaran air mata ke bagian dalam camera
posterior ,semakin cepat linarut berdifusi ke dalam sel maka
konsentrasi zat dalam cairan yang keluar semakin tinggi,bila
laju difusi dalam sel sangat cepat maka sekresi merupakan
faktor penentu.
Untuk meninggalkan cairan okuler, bahan obat dapat
melewati beberapa jalur. Di antaranya adalah jalur peniadaan
semua senyawa melalui celah FONTANA dan SCHLEMM, jalur
difusi melintasi sawar lipida yang memisahkan cairan mata
dari darah serta jalur transport aktif.
Pemberian topikal
Obat yang diberikan langsung dengan penetasan akan menembus ke
bagian dalam mata terutama dengan cara melintasi sawar kornea jauh
lebih berarti dibandingkan perlintasan melalui konjunctiva. Sejumlah zat
aktif yang aksi farmakologiknya berpengaruh pada mata (antibiotika,
anestesi, anti radang)
Faktor yang berpengaruh pada penembusan sawar kornea yaitu :
peningkatan waktu kontak sediaan mata dengan permukaan luar kornea
terjadi secara difusi,sistem kapiler dan kedipan kelopak mata.
Besarnya laju penembusan melintasi kornea tergantung pada derajat
ionisasi,koefisien partisi zat aktif dalam air/lipid.
Lanjutan.....

 Menurut teori kinsey, pentingnya sifat molekul yang


amfifil dalam perlintasan melewati sawar
kornea,dimana zat aktif lipofil dan tdk terionkan
dapat menembus epitel dengan cepat ,sedangkan zat
aktif hidrofil menembus stroma dengan lebih cepat.
Faktor yang mempengaruhi
ketersediaan hayati zat aktif

 A. Faktor fisiologik
Adanya perbedaan pH,adanya surfaktan,penetesan
yang berulang serta sifat zat pembawa atau zat aktif
dapat menyebabkan perlukan epitel kornea atau
konjuntiva dan ini berpengaruh dapat meningkatkan
permeabilitas jaringan tersebut dan mempengaruhi
laju penyerapan zat aktif yang kontak
 B. Faktor fisiko kimia
 Sifat ini dapat mempengaruhi toleransi mata pada
obat,meningkatkan pengeluaran air mata,atau permeabilitas
epitel konjuntiva dan kornea
 Faktor fisiko kimia tersebut meliputi :
 1. Tonisitas
 2. Peranan pH
 3. Konsentrasi zat aktif
 4. kekentalan
 5. Surfaktan
1. Tonisitas

 Tekanan osmotik air mata = tekanan larutan NaCl 0,9 %


 Larutan hipertonik lebih dapat diterima daripada larutan
hipotonik
 Maurice melakukan penelitian pengaruh tonisitas pada
permeabilitas epitel kornea dengan hasil bahwa tidak ada
peningkatan permeabilitas pada konsentrasi antara 0,9-
10 % NaCl,sedangkan pada larutan yang hipotonik akan
terjadi peningkatan permeabilitas kornea.
2. Peranan pH

 pH ideal sediaan mata seharusnya 7,4.namun sangat jarang


dijumpai zat aktif yang mempunyai stabilitas terbaik pada pH
tersebut
 Maka pemilihan biasanya mendahulukan kriteria stabilitas ,toleransi
dan efektivitas dalam batasan pH yang dapat diterima oleh mata.
 Iritasi mata tidak hanya disebbakan oleh pH sediaan mata tapi juga
oleh zat aktif itu sendiri.
 Cairan lakrimal mempunyai sistem dapar pH 7,4 yang mampu
mengubah pH antara 3,5 – 10,5 dengan kapasitas dapar yang
rendah ke arah pH yang dapat diterima.
3. Konsentrasi zat aktif

Penembusan suatu obat ke dalam mata umumnya


tergantung pada proses difusi pasif.
Bila dianggap 1 tetes obat mata bervolume 0,05-0,07
ml,maka penggunaan 1 tetes akan menyebabkan
pengenceran oleh air mata sebesar 0,01 ml,hal ini
tentu berbeda bila terjadi iritasi akibat pemberian
obat yang meningkatkan pengeluaran cairan
lakrimal, ini penting diketahui bila suatu obat dengan
cepat dikeluarkan melalui kanal lakrimal itu sendiri.
4. Kekentalan

 Penggunaan bahan pengental pada sediaan mata bertujuan :


 1. sebagai air mata buatan
 2. Bahan pelicin untuk lensa kontak
 3. Meningkatkan kekentalan larutan obat
 4. Memperpanjang waktu kontak antara sediaan dan kornea sehingga efek
terapetik dapat tercapai dengan cara membentuk kompleks misel yang
akan menjerap zat aktif ,sehingga akan megurangi konsentrasi yang
diperlukan untuk menembus atau berikatan intramolekuler dengan ikatan
hidrogen sehingga memperlambat proses difusi melintasi sawar kornea.
 Biasanya dengan penambahan makromolekul hidrofil seperti metil
selulosa( peningkatan efek miosis dari pilokarpin,kloramfenikol)selain itu
dengan polivinil alkohol dan dekstran.
5. Surfaktan

Adapun tujuan pemakaian surfaktan :


- menurunkan tegangan antar permukaan
- meningkatkan tercampurnya obat dengan air mata
- memperluas permukaan epitel kornea
- meningkatkan kontak obat dengan kornea dan konjungtiva
- meningkatkan penembusan dan penyerapan
obat→meningkatkan aksi terapetik

Jenis surfaktan yang digunakan golongan kationik (Benzalkonium


klorida)dan non ionik(Tween 20)
sediaan untuk mata
1. SALEP MATA
Faktor yang berperan dalam penembusan obat :
- Aksi mekanik kelopak mata, sehingga diperlukan
reologi yang terpilih
- Tebal lapisan yang terbentuk
- kapasitas pengolesan salep
- waktu kontak dengan mata bisa 24 jam
- Harus bisa melebur pada Suhu permukaan mata,kira-
kira pada 32,9 ℃
- Zat aktif harus bersifat hidrofil ,agar dapat tercampur
atau teremulsi dengan cairan lakrimal
2. Obat mata dalam bentuk emulsi dan larutan
-Larutan obat mata kontak dengan mata hanya 5-6 menit
- Larutan dalam minyak ( 1 jam)
- Emulsi air/myk (2-3 jam)
. 3. OPTHALMIC INSERT
- Pelepasan obat mengikuti orde nol
- Mengurangi frekuensi pemakaian
- Lama waktu pelepasan relatif singkat(30-90 menit)tetapi
memperlama waktu pelepasan obat(24-48 jam)
- Bentuk soflens dengan zat aktif dibacamkan ke dalam disk
seperti pilokarpin,atropin
- Disk diletakkan ke dalam kantung konjunctiva.

Anda mungkin juga menyukai