Pendahuluan
Penyebaran transcoelomic
Penyebaran dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul.
Selanjutnya sel-sel tumor yang mengalami eksfoliasi akan
menyebar sepanjang permukaan peritoneum kavum abdomen
(trancoelomic) mengikuti aliran cairan peritoneum.
Aliran cairan peritoneum karena pengaruh gerakan pernapasan
akan mengalir dari pelvis ke fossa paracolica, terutama yang kanan,
ke mesentrium dan ke hemidiagfragma kanan. Oleh karena itu,
metastasis sering ditemukan di kavum douglasi, fossa paracolica,
hemidiagfagma kanan, kapsul hepar, peritoneum usus, dan
mesentrium, dan omentum.
Penyebaran limfatik
Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui
pembuluh getah bening yang berasal dari ovarium.
Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti
pembuluh darah di ligamentum infundibulo pelvikum,
sel-sel kanker dapat menyebar mencapai kelenjar
getah bening di sepanjang aorta dan kelenjar getah
bening interkavoartik.
Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh
darah di ligamentum latum dan parametrium, sel-sel kanker
dapat pula mencapai kelenjar getah bening di dinding panggul.
Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti ligamentum
rotundum, sel-sel kanker dapat mencapai kelenjar getah bening
di daerah inguinalis.
Metastasis ke kelenjar getah bening ini sangat bergantung
pada stadium penyakit. Dilaporkan pada 78% penderita kanker
ovarium stadium III ditemukan metastasis pada kelenjar getah
bening pelvis.
Penyebaran hematogen
Penyebaran hematogen dari kanker ovarium jarang
sekali terjadi.
Bila terjadi, penyebaran tersebut dapat ditemukan di
parenkim paru dan hepar 2-3 % kasus.
Transdiagfragma
Cairan asites yang mengandung sel-sel tumor ganas
dapat menembus diagfragma sebelah kanan sehingga
mencapai rongga pleura.
Implantasi sel-sel tumor ganas di rongga pleura akan
menimbulkan efusi pleura.
Penemuan sel tumor ganas pada cairan efusi pleura
merupakan salah satu kriteria untuk menetapkan
penderita kanker ovarium di stadium IV.
Prognosis
a. Anamnesis
Umur pasien
Jumlah paritas
Umur pertama kali memiliki
anak
Riwayat keluarga yang
mengalami kanker ovarium,
kanker kolon, kanker
endometrial, dan dan kanker
payudara.
Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal
Nafsu makan dan penurunan berat badan
Nyeri abdomen bagian bawah
Benjolan pada perut bagian bawah
Perdarahan pervaginam
Perkemihan
Nyeri pada punggung
Lanjutan diagnosis
b. Pemeriksaan pelvik
Teraba tumor padat
Tumor bersifat ireguler dan terfiksir
Terdapat asites
Lanjutan diagnosis
c. Radiologi
1. USG transvaginal (Ultrasonografi Transvaginal)
Pemakaian USG transvaginal dapat meningkatkan
ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan
morfologi tumor ovarium dengan baik. Morfologi tumor
ovarium yang diperiksa terdiri atas tiga kategori, yaitu
volume tumor, struktur dinding tumor, dan struktur septum
tumor. Pemakaian USG transvaginal dapat membedakan
tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas.
2. CT Scan (Computed Tomography Scanning)
Pemakaian CT-scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat
bermanfaat. Dengan CT-scan dapat diketahui ukuran tumor primer,
adanya metastasis ke hepar dan kelenjar getah bening, asites, dan
penyebaran ke dinding perut. Akan tetapi, CT-scan kurang disenangi
karena risiko radiasi, risiko alergi terhadap zat kontras, kurang tegas
dalam membedakan tumor kistik dengan tumor padat, serta biayanya
mahal.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Jika dibandingkan dengan CT-scan, MRI tidak lebih baik dalam hal
diagnostik. CT-scan lebih dianjurkan dalam mengevaluasi kanker ovarium.
d. Tes darah khusus
1) CA-125
CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel
coelom dan epitel amnion. Permukaan epitel ovarium
fetus dan dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali
kista inklusi, permukaan epitel ovarium yang mengalami
metaplasia dan yang mengalami pertumbuhan papiler.
2. CA 72-4 atau TAG 72
Cancer Antigen 72 atau Tumor Associated Glycoprotein
adalah suatu glycoprotein surface antigen yang ditemukan
pada kanker kolon, kanker gaster, dan kanker ovarium.
Terutama meningkat pada tumor jenis musinosum.
3. M-SCF
Serum macrophage colony-stimulating factor (factor yang
menstimulasi koloni makrofrag) adalah sitokin yang
dihasilkan oleh epitel ovarium normal dan neoplastik.
4) OVX1
Adalah antibody monoklonal. Kombinasi pemeriksaan
OVX1 dengan M-SCF dan CA 125 akan meningkatkan
sensivitas pada penderita kanker ovarium jika disbanding
pemeriksaan CA 125 saja. 5) LPA
5) Lysophostidic acid (LPA) adalah suatu fosfolipid bioaktif.
Peningkatan LPA ditemukan pada 9 dari 10 penderita
kanker ovarium stadium I dan pada semua penderita
kanker ovarium stadium IV.
6) Proteasin
Kombinasi pemeriksaan dengan CA 125 meningkatkan sensivitas
menjadi 92% dan spesifitas menjadi 94% dalam deteksi kanker
ovarium jenis musinosum
7) Osteopontin
8) Inhibin
9) Kallikrein
10) LDH
11) HCG
12) AFP (penanda tumor sel germinal)
Lanjutan diagnosis
e. Laparoskopi
f. Laparotomi
g. Foto rontgen dada dan tulang
h. Scan kelenjar getah bening
i. Scan traktus urinarus
Diagnosis banding
Diagnosis banding
a. Kanker lambung
b. Kanker kolon
c. Asites
d. Kehamilan ektopik
e. Kandung kemih yang menggembung
Pengobatan
a. Stadium IA dan IB
Pembedahan :
1) Ooforektomi + reseksi
tumor
2) Histerektomi +
salpingoooforektomi
bilateral + omentektomi
Stadium IC
1. Pembedahan
a) Ooforektomi + reseksi tumor
b) Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral +
omentektomi
2. Terapi radiasi : radoisotop intraperitoneal
3. Kemoterapi : kombinasi Cis platinum dan endoxan
c. Stadium II
1. Pembedahan
a) Ooforektomi + reseksi tumor
b) Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral +
omentektomi, eksisi,adhesi, biopsi diagfragma dan
pelvis
2. Terapi radiasi defenitif pada seluruh abdomen/pelvis
3. Kemoterapi
d. Stadium III
1) Pembedahan : sitoreduktif
2) Terapi radiasi paliatif
3) Kemoterapi
e. Stadium IV
1) Pembedahan : debulking
2) Terapi radiasi paliatif
3) Kemoterapi
f. Relaps dan rekuren
1) Pembedahan : second look laparatomy
2) Terapi radiasi paliatif
3) Kemoterapi
Pencegahan