KLINIS
STIKES IBNU SINA AJIBARANG
2021
KELOMPOK 4
1. IKHA MAULANA DEWI (19/FAM/140)
2. MEYLISA (19/FAM/143)
3. APRI SETIANA (19/FAM/144)
4. LAELA TIKI BUDIANTO (19/FAM/145)
5. AMALIA DIFA LESTARI (19/FAM/146)
6. REVANI EKA SAPUTRI (19/FAM/147)
7. MIRARI DWI R (19/FAM/148)
8. ANNISA USAFIER (19/FAM/149)
9. RIFKY ALFIANA (19/FAM/189)
POKOK PEMBAHASAN
KELAINAN
KELAINAN METABOLISME
KADAR GULA LIPID DAN UJI FUNGSI
DARAH LIPOPROTEIN GINJAL
02 04
01 03 05
PROTEIN UJI FUNGSI
PLASMA HATI
KELAINAN KADAR
GULA DARAH
Diabetes Melitus (DM)
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit
metabolik yang kebanyakan herediter dengan
tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria,
disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut ataupun kronik sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh.
PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS
Faktor penyebab diabetes tipe I adalah infeksi virus atau reaksi auto-
imun yang merusak sel-sel penghasil insulin, yaitu sel –β pada pangkreas
secara menyeluruh. Gejala dan tandatanda pada diabetes tipe I muncul
secara mendadak. Merasa cepat haus, sering kencing, badan mengurus, dan
lemah.
Apabila insulin tidak segera diberikan, penderita dari diabetes tipe I
tidak sadarkan diri, disebut juga dengan koma diabetik.
PHYSICAL EXAMINATION
a. Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM getassional/kehamilan dengan DM. (Kemenkes, 2008).
b. Usia > 45 tahun Studi epidemiologi mengatakan bahwa tingkat
kerentanan terjangkitnya DM tipe II sejalan dengan bertambahnya usia
terkait proses degeneratif (Kemenkes, 2008)
c. Riwayat keluarga dengan DM. Penelitian dijepang menunjukan DM tipe
II terkait kromosom 3q, 15q, dan 20q yang diturunkan. Riwayat keluarga
penderita DM lebih beresiko dan sampai 6 kali lipat dari pada yang
tidak memiliki resiko keluarga DM.
HIPOGLIKEMA
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah sewaktu
dibawah 60 mg/dl, kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih
rendah dari kebutuhan tubuh.
ETIOLOGI HIPOGLIKEMA
2. Faktor Lingkungan
a. Pola makan dan perilaku makan
Pengendalian asupan makanan melibatkan proses biokimiawi yang
menentukan rasa lapar dan kenyang termasuk penentuan selera jenis
makanan, nafsu makan dan frekuensi makan.
b. Kurangnya aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik sehari-hari merupakan salah satu
faktor yang berkaitan dengan obesitas. Obesitas cenderung
menurunkan aktivitas karena jantung dan paru harus bekerja lebih
keras. Peningkatan massa tubuh juga memerlukan tambahan
energi dalam melakukan kegiatan yang sama.
c. Sosial ekonomi
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku hidup, gaya hidup dan
pola makan serta faktor peningkatan pendapatan mampu
mempengaruhi perubahan dalam pemilihan jenis makanan dan
jumlah yang dikonsumsi.
d. Obat
Beberapa obat terbukti berisiko menyebabkan peningkatan berat
badan : Thioridazine, olanzepinequetiapine, risperidone, clozapine,
ziprasidone .
HIPERLIPIDEMIA
2. AST
AST adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam
jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit
hati. Dalam beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST
akan serupa.
3. Fosfatase Alkali
Fosfatase alkali meningkat pada berbagai jenis penyakit hati, tetapi
peningkatan ini juga dapat terjadi berhu- bungan dengan penyakit tidak
terkait dengan hati. Fosfatase alkali sebetulnya adalah suatu kumpulan
enzim yang serupa, yang dibuat dalam saluran cairan empedu dan
selaput dalam hati, tetapi juga ditemukan dalam banyak jaringan lain.
Peningkatan fosfatase alkali dapat terjadi bila saluran cairan empedu
dihambat karena alasan apa pun. Di antara yang lain, peningkatan pada
fosfatase alkali dapat terjadi terkait dengan sirosis dan kanker hati.
4. GGT
GGT sering meningkat pada orang yang memakai alkohol atau zat
lain yang beracun pada hati secara berlebihan. Enzim ini dibuat dalam
banyak jaringan selain hati. Serupa dengan fosfatase alkali, GGT dapat
meningkat dalam darah pasien dengan penyakit saluran cairan empedu.
Namun tes GGT sangat peka, dan tingkat GGT dapat tinggi berhubungan
dengan hampir semua penyakit hati, bahkan juga pada orang yang
sehat.
GGT juga dibuat sebagai reaksi pada beberapa obat dan zat,
termasuk alkohol, jadi peningkatan GGT kadang kala (tetapi tidak selalu)
dapat menunjukkan penggunaan alkohol. Penggunaan pemanis sintetis
sebagai pengganti gula, seumpamanya dalam diet soda, dapat
meningkatkan GGT.
5. Bilirubin
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah
yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada
cairan empedu. Seba- gaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin
total akan meningkat. Sebagian dari bilirubin total termetabolisme, dan
bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Bila bagian ini meningkat,
penyebab biasanya di luar hati. Bila bilirubin langsung adalah rendah
semen- tara bilirubin total tinggi, hal ini menun- jukkan kerusakan pada
hati atau pada saluran cairan empedu dalam hati.
Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna pada
kotoran. Bila tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi
kuning, yang meng- akibatkan gejala ikterus. Penggunaan atazanavir
(sejenis obat antiretroviral golongan PI) dapat menyebabkan
peningkatan pada tingkat bilirubin. Walaupun efek samping ini tidak
berbahaya, perubahan pada warna kulit dan mata dapat menimbulkan
6. Albumin
Albumin adalah protein yang mengalir
dalam darah. Karena dibuat oleh hati dan
dikeluarkan pada darah, albumin adalah
tanda yang peka dan petunjuk yang baik
terhadap beratnya penyakit hati. Tingkat
albumin dalam darah menunjukkan bahwa
hati tidak membuat albumin dan tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Tingkat ini biasanya normal pada
penyakit hati yang kronis, sementara
meningkat bila ada sirosis atau kerusakan
berat pada hati. Ada banyak protein lain
yang dibuat oleh hati, namun albumin
mudah diukur.
UJI FUNGSI
GINJAL
UJI FUNGSI GINJAL
Uji fungsi ginjal adalah tes
yang dilakukan untuk
menentukan atau mengetahui
fungsi ginjal.
Metode pemeriksaan yang
dilakukan dengan mengukur
zat sisa metabolisme tubuh
yang diekskresikan melalui
ginjal seperti ureum dan
kreatinin.
Hal yang di uji dalam tes fungsi ginjal