INFLUENZA
DosenPengampu :
DisusunOleh :
1. Ma’rifah (19/FAM/108)
2. Ratih Widiyanti (19/FAM/109)
3. Apri Setiana (19/FAM/144)
4. Laela Tiki Budianto (19/FAM/145)
5. Amalia Difa Lestari (19/FAM/146)
6. Annisa Usafier (19/FAM/149)
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Assalamualikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari
pokok pembahasan mengenai influenza. Setiap pembahasan dibahas secara
sederhana sehingga mudah dimengerti.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Wassalamualikum Wr.Wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................3
C. Tujuan.......................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4
A. Definisi...................................................................................................................4
B. Epidemiologi..........................................................................................................4
C. Etiologi...................................................................................................................5
D. Sifat Virus Influenza.............................................................................................6
E. Patogenesis.............................................................................................................8
F. Gambaran Klinis.....................................................................................................9
G. Komplikasi.............................................................................................................9
H. Pencegahan...........................................................................................................10
I. Penatalaksanaan...................................................................................................13
BAB III PENUTUP.........................................................................................................29
A. Kesimpulan..........................................................................................................29
B. Saran....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
protein NA yang diperoleh dari rekombinasi strain virus AI menimbulkan
resistensi virus AI terhadap antiviral golongan NAIs tetapi tidak menyebabkan
resistensi terhadap obat antiviral golongan M2 ion channel inhibitor (M2I)
(Zhang et al. 2014).
2
B. RumusanMasalah
1. Apaituinfluenza ?
2. Apapenyebabdari influenza?
3. Berapakah subtype pada virus influenza tipeA ?
4. Bagaimanacarapenularan virus influenza?
5. Apagejalaklinis influenza?
6. Komplikasiapa yang terjadipadapenyakit influenza?
7. Dengancaraapa influenza diobati?
8. Bagaimanapencegahaninfluenza ?
9. Apaituobatadamantine ?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji efikasi dan mekanisme obat antiviral
golongan M2 ion channel inhibitors (adamantadane) dan NAIs untuk AI serta
resistensi virus AI terhadap kedua golongan obat tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Influenza yang dikenal sebagai flu adalah penyakit pernapasan yang sangat
menular dan disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C.
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama
ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai
pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif. Influenza adalah penyakit
infeksi yang dapat menyerang burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus
RNA famili orthomyxoviridae.
B. Epidemiologi
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di
lingkungan masyarakat. Walaupun ringan, penyakit ini tetap berbahaya untuk
mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi
kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit
ginjal kronik atau ganggugan metabolik endokrin dapat meninggal akibat
penyakit yang dikenal tidak berbahaya ini. Serangan penyakit ini tercatat
paling tinggi pada musim dingin di negara beriklim dingin dan pada waktu
musim hujan di negara tropik. Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada
umumnya dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. Jumlah
kematian pada pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih
tinggi dari pada angka-angka pada keadaan non-epidemik.
4
1994-1995, diperkirakan jumlah penderita influenza yang masuk rumah sakit
16.000 sampai 220.000/epidemik. Kematian influenza dapat terjadi karena
pneumonia dan juga eksaserbasi kardiopulmoner serta penyakit kronis lainnya.
Penelitian di Amerika dari 19 musim influenza diperkirakan kematian yang
berkaitan influenza kurang lebih 30 hingga lebih dari 150 kematian/ 100.000
penderita dengan usia > 65 tahun. Lebih dari 90% kematian yang disebabkan
oleh pneumonia dan influenza terjadi pada penderita usia lanjut.
C. Etiologi
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B dan C. Ketiga tipe
ini dapat dibedakan dengan complement fixasion test. Tipe A merupakan virus
penyebab influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya
menyebabkan penyakit yang lebih ringan dari tipe A dan kadang-kadang saja
sampai mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang diragukan
patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan
saja. Virus penyebab influenza merupakan suatu orthomixovirus golongan
5
RNA dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa virus ini mempunyai
afinitas untuk myxo atau musin.
Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi unggas yang
merupakan pejamu alaminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga
sebagai avian influenza atau flu burung. Sebagian virus influenza A juga
menyerang manusia, anjing, kuda dan babi. Variasi virus ini sering dinamai
dengan hewan yang terserang, seperti flu burung, flu manusia, flu babi, flu
kuda dan flu anjing. Subtipe yang lazim dijumpai pada manusia adalah dari
kelompok H1, H2, H3 serta N1, N2 dan disebut human influenza.
Sekarang ini dihebohkan dengan penyakit flu burung atau avian influenza
dimana penyebabnya adalah virun influenza tipe A subtipe H5N1. Virus avian
influenza ini digolongkan dalam Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI).
6
Antigen S merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas
ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe.
Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada
imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung virus
dan hanya memegang peran yang minim 8 pada imunitas.Selubung inti virus
berlapis matriks protein sebelah dalam dan membran lemak disebelah luarnya.
Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk
mengubah antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat atau mendadak
maupun lambat.Peristiwa terjadinya perubahan besar dari struktur antigen
permukaan yang terjadi secara singkat disebut antigenic shift.
7
E. Patogenesis
Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada
traktus respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang
membawa virus tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius,
10 virus/droplet, maka 50% orang-orang yang terserang dosis ini akan
menderita influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan
bronkus. Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam beberapa
jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan
menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan
sel untuk pindah ke sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam
tetapi tidak sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuman Gram-negatif. Masa
inkubasi dari penyakit ini yakni satu hingga empat hari (rata-rata dua
hari). Pada orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu hari sebelum
timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah mulainya penyakit
ini. Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari sepuluh hari dan
anak-anak yang lebih kecil dapat menyebarkan virus influenza kira-kira enam
hari sebelum tampak gejala pertama penyakit ini. Para
penderita imunocompromise dapat menebarkan virus ini hingga berminggu-
minggu dan bahkan berbulan-bulan.
Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana
virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau
langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus selanjutnya
akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi
di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam
waktu 10 singkat virus dapat menyebar ke sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi
virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel
kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya
mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya
disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.
Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga
8
sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakan replikasi secara
efisien pada manusia.
F. Gambaran Klinis
Pada umumnya pasien yang terkena influenza mengeluh demam, sakit
kepala, sakit otot, batuk, pilek dan kadang-kadang sakit pada waktu menelan
dan suara serak. Gejala-gejala ini dapat didahului oleh perasaan malas dan rasa
dingin. Pada pemeriksaan fisik tidak dapat ditemukan tanda-tanda karakteristik
kecuali hiperemia ringan sampai berat pada selaput lendir tenggorok. Gejala-
gejala akut ini dapat berlangsung untuk beberapa hari dan hilang dengan
spontan. Setelah periode sakit ini, dapat dialami rasa capek dan cepat lelah
untuk beberapa waktu. Badan dapat mengatasi infeksi virus influenza melalui
mekanisme produksi zat anti dan pelepasan interferon. Setelah sembuh akan
terdapat resistensi terhadap infeksi oleh virus yang homolog. Pada pasien usia
lanjut harus dipastikan apakah influenza juga menyerang paru-paru. Pada
keadaan tersebut, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bunyi napas yang
abnormal. Penyakit umumnya akan membaik dengan sendirinya tapi kemudian
pasien acapkali mengeluh lagi mengenai demam dan sakit dada. Permeriksaan
radiologis dapat menunjukkan infiltrat di paru-paru.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada virus influenza adalah: Pneumonia
influenza primer, ditandai dengan batuk yang progresif, dispnea, dan sianosis
pada awal infeksi. Foto rongten menunjukkan gambaran infiltrat difus bilateral
tanpa konsolidasi, dimana menyerupai ARDS. Pneumonia bakterial sekunder,
dimana dapat terjadi infeksi beberapa bakteri (seperti Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza).
9
H. Pencegahan
Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan.
Infeksi dengan virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap infeksi
virus yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat mutasi gen,
antigen pada virus influenza akan berubah, sehingga seseorang masih mungkin
diserang berulang kali dengan jalur (strain) virus influenza yang telah
mengalami perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi sekitar
70%. Vaksin influenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena subtipe
C tidak berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intramuskuler. Vaksin ini
dapat mencegah tejadinya mixing dengan virus yang sangat pathogen H5N1
yang dikenal sebagai penyakit avian influenza atau flu burung. Nasal spray flu
vaccine (live attenuated influenza vaccine) dapat juga digunakan untuk
pencegahan flu pada usia 5-50 tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu
diberikan 3-4 minggu sebelum terserang influenza.Karena terjadi perubahan-
perubahan pada virus maka pada permulaan wabah influenza biasanya hanya
tersedia vaksin dalam jumlah terbatas dan vaksinasi dianjurkan hanya untuk
beberapa golongan masyarakan tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya
infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal.
10
Ada beberapa kebiasaan yang di sarankan untuk dilakukan sebagai upaya
pencegahan lebih dini:
1. Mencuci tangan
2. Janganmenutupbersindengantangan
Bila kita menutup bersin dengan tangan, maka virus flu akan mudah
menempel pada tangan dan dapat menyebar pada orang lain.Jika kita
merasa ingin bersin atau batuk, gunakanlah tisu dan kemudian segera
membuangnya
3. Janganmenyentuhmuka
Virus flu masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, maupun mulut.
Menyentuh muka merupakan cara yang paling umum dilakukan oleh anak-
anak yang terserang flu dan akhirnya menjadi cara mudah menularkan
virus tersebut pada orang lain di sekitarnya
4. Minumbanyak air
11
berwarna relatif jernih berarti tubuh kita memang mendapatkan cukup
cairan, sebaliknya jika berwarna kuning gelap berarti tubuh kita
memerlukan lebih banyak cairan lagi
5. Mandi sauna
6. Menghirupudarasegar
12
9. Konsumsi yogurt
10. Relaksasi
Jika kita dapat mengajari diri sendiri untuk relaks atau santai, maka
dengan sendirinya kita juga dapat mengaktifkan sistem imunitas tubuh.
Diduga ketika kita melakukan relaksasi, maka interleukin (bagian sistem
imunitas yang merespon terhadap virus flu) akan meningkat dalam aliran
darah kita
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk sebagian besar pasien dengan infeksi influenza
adalah pengobatan suportif dengan istirahat, paracetamol dan hidrasi cukup.
Penatalaksanaan influenza mencakup pengenalan dini komplikasi seperti
pneumonia dan pengobatan yang tepat. Obat antivirus tertentu tersedia
influenza namun memberikan sedikit pengurangan gejala atau durasi penyakit.
1. Penanganan Pertama
13
2. Rawat jalan
c. Pasien dapat memulai terapi dalam kurun waktu 48 jam sejak awal
gejala (pemberian obats etelah 48 jam hanya boleh dipertimbangkan
pada kondisi terbatas oleh spesialis penyakit infeksi).
14
d. Gejala influenza yang dialami berkurang atau membaik, namun muncul
kembali dengan demam dan batuk yang lebih hebat
15
Beberapa tanda bahaya tambahan untuk anak-anak, antara lain:
5. Obat-obatan
16
Obat antiviral golongan neuraminidase inhibitor seperti zanamivir,
laninamivir, oseltamivir dan peramivir tersedia secara komersial dan
telah direkomendasikan untuk pengobatan dan profilaksis infeksi virus
influenza. Mekanisme obat ini adalah mencegah infeksi influenza
dengan menghambat pelepasan virus dari sel inang (Russell et al.
2006). Golongan antiviral neuraminidase inhibitor yang digunakan
untuk pengobatan dan profilaksis avian influenza.
17
aktif NA grup 1 yang telah resisten terhadap oseltamivir serta NA virus
pandemik H1N1 2009 (09N1) (Rudrawar et al. 2010).
18
dosis 40 mg dapat menurunkan shedding virus pada hari ke 3 pasca
pengobatan dan gejala demam setelah 21,5 jam pengobatan (Watanabe
et al. 2010). Senyawa obat antiviral lain memerlukan 75 mg 2 kali
sehari selama 5 hari melalui aplikasi oral. Konsentrasi laninamivir
ditemukan dalam plasma dan urin selama 144 jam atau kurang lebih 3
hari setelah pemberian tetapi waktu paruh CS-8958 dalam plasma
sekitar 2 jam (Ishizuka et al. 2010). Hal ini menunjukkan bahwa CS-
8958 yang diberikan secara inhalasi berpotensi menjadi alternatif lain
untuk pengobatan influenza karena mempunyai masa kerja yang lama
(Ishizuka et al. 2010).
19
dianjurkan karena dapat meningkatkan resistensi virus influenza
terhadap antiviral (CDC 2018).
20
(oseltamivir, zanamivir, peramivir, lanimivir). Namun demikian, virus
yang bersirkulasi tahun 2011-2012 telah mengalami mutasi H275Y
pada protein NA yang menyebabkan virus resisten terhadap oseltamivir.
Sensitivitas terhadap oseltamivir berkurang menjadi 4 kali lipat pada
virus yang mengalami mutasi H275Y (Zaraket et al. 2014). Mutasi
H275Y pada protein NA virus influenza A (H1N1) pdm09 ditemukan
di wilayah New South Wales dan Australia Barat. Strain virus yang
telah resisten terhadap oseltamivir di daerah tersebut mempunyai
genetik yang mirip sehingga kemungkinan resistensi virus berasal dari
sumber virus yang sama (Hurt et al. 2012).
21
H1N1pdm 09 dapat meningkatkan kadar resistensinya terhadap
oseltamivir. Virus yang mempunyai mutasi ganda (H275Y dan S247N)
memerlukan konsentrasi 6000 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
virus yang tidak bermutasi dan 10 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan virus yang mengalami mutasi tunggal (H275Y). Kombinasi
mutasi (S247N, I223L, K150N) juga dikarakterisasi pada virus
influenza A (H5N1). Triple mutasi ini dapat meningkatkan resistensi
virus terhadap amantadine sebesar 77 kali lipat (Hurt et al. 2011).
22
cukup tinggi. Konsentrasi peramivir 64 (air pengolahan limbah) dan 11
ng/L (air sungai), laninamivir 21 (air pengolahan limbah) dan 9 ng/L
(air sungai). Perlakuan ozonisasi pada waktu proses pengolahan air
limbah tidak mampu mendegradasi zat aktif dari antiviral tersebut
sehingga resiko kontaminasi antiviral tersebut di lingkungan air sangat
tinggi. Air lingkungan yang terkontaminasi antiviral berpotensi
meningkatkan resistensi antiviral di unggas air liar (Azuma et al. 2015).
23
Amantadine digunakan dalam bentuk garam amantadine
hidroklorida (AMA-HCl) dengan nama dagang Virosol, Virofral,
Symadine atau Symmetrel. Nama-nama dagang antiviral tersebut
digunakan untuk pengobatan pada manusia di Eropa dan di Amerika
Serikat lebih dari 30 tahun yang lalu (Douglas 1990).
24
Rimantadine (R) -enansiomer berikatan dengan pori protein M2
dengan afinitas yang lebih tinggi daripada (S) –enansiomer tetapi kedua
enansiomer tersebut memiliki kemiripan dalam hal kemampuan
penyumbatan saluran proton M2, afinitas, dan potensi antivirus.
Rimantadine enantiomer (2-R dan 2-S) mempunyai kemampuan
mengikat saluran proton M2, penyumbatan saluran dan aktivitas
antiviral yang sama dengan amantadine yang bersifat efektif terhadap
saluran proton M2 (Drakopoulos et al. 2017).
25
Terapi antiviral golongan adamantane pada unggas secara terus
menerus dapat menjadi faktor timbulnya resistensi golongan
adamantane. Adamantane adalah obat anti-influenza yang efektif
sampai munculnya resistensi virus terhadap adamantane. Berdasarkan
analisis asam amino, sebanyak 31.251 virus influenza A dengan subtipe
yang berbeda (H1-H17) yang diisolasi di dunia dari tahun 1902 hingga
2013 telah resisten terhadap adamantane. Resistensi tersebut mengalami
peningkatan secara terus menerus. Subtipe HA, spesies inang, tahun
isolasi, dan wilayah geografis berpengaruh terhadap frekuensi
munculnya varian influenza yang resisten terhadap adamantane. Mutasi
gen M2 pada marker resistensi adamantane diidentifikasi pada virus
influenza A subtipe H1, H3, H5, H7, H9, dan H17 dalam jumlah yang
sangat tinggi tetapi mutasi pada marker resistensi amantadin jarang
ditemukan pada subtipe H2, H4, H6, H10, dan H11. Namun demikian,
subtipe H8, H12, H13, H14, H15, H16 tidak menunjukkan resistensi
terhadap adamantane (Dong et al. 2015).
26
Mekanisme resistensi terhadap amantadin yang disebabkan mutasi
S31N dapat digambarkan oleh overlaying struktur lipidic cubic phase
(LCP) yang baru dengan struktur kristal M2 sebelumnya. Substitusi
Ser31 menjadi Asn juga menyebabkan kelebihan atom hidrofilik pada
situs yang berinteraksi dengan daerah hidrofobik amantadin
(Thomaston & Grado 2016).
27
e. Kombinasi Obat Antiviral
28
f. FarmakokinetikdanFarmakodinamika
Farmakokinetika
Rimantadineadalah derivate
amantadine.Rimantadinepertama kali mendapat approval FDA
untukpengobatan influenza padatahun
1994.Mekanismekerjarimantadineserupadengan amantadine,
yaitumenghambat channel M2. Pada pandemic flu tahun 2009,
diketahuisebagianbesardari virus influenza
Atelahresistenterhadaprimantadine.
29
Sejaksaatiturimantadinetidakdirekomendasikanlagiuntukpengobat
an influenza.
Farmakodinamika
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
5. Gejala klinis influenza adalah demam, sefalgia, mialgia, batuk, pilek dan
disfagia.
31
inhibitor. Resistensi antiviral golongan M2 blocker dan neuraminidase
ditemukan pada virus avian influenza dari unggas dan manusia. Obat
golongan M2 blocker dan neuraminidase inhibitor digunakan untuk
pengendalian penyakit influenza pada manusia. Pengembangan kombinasi
obat adamantane dan neuraminidase inhibitor dapat mengurangi
resikoresistensi karena kombinasi bekerja sinergis pada tahap pada siklus
replikasi virus.
B. Saran
Jagalah kesehatan sebagai anugrah terbesar sehingga kita terhindar dari virus
influenza yang dapat mengganggu aktifitas kita sehari-hari dengan melakukan
pencegahan di secara dini dan jangan lupa menjaga kebersihan baik dari badan,
tempat, maupun pakaian karena dengan kebersihan semoga kita terhindar dari
virus tersebut. Jangan pernah dilupakan adalah lakukan olahraga yang teratur
terukur sesuai dengan berat badan dan kondisi tubuh kita.
32
DAFTAR PUSTAKA
33