Anda di halaman 1dari 14

Keamanan Pangan, Bahan Tambahan

Pangan, Dan Hygiene Sanitasi Makanan


Pasal 1

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1996 yang dimaksud dengan

•Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman.
•Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai
dengan potensi dan kearifan lokal.
•Pangan Segar adalah Pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat
dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pengolahan Pangan.
•Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode
tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.
•Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.  
Pengertian Hygiene
Hygiene menurut Depkes (2004), adalah upaya
kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu subyeknya.
Misalnya mencuci tangan untuk melindungi
kebersihan tangan, mencuci piring untuk
melindungi kebersihan piring. Membuang bagian
makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan
makanan secara keseluruhan. Untuk mencegah
kontaminasi makanan dengan zat-zat yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
diperlukan penerapan sanitasi lingkungan.
Sanitasi
Depkes (2004), menyatakan bahwa sanitasi
adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya. Misalnya
menyediakan air bersih untuk keperluan
mencuci tangan, menyediakan tempat
sampah untuk mewadahi sampah agar
sampah tidak dibuang sembarangan.
Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang
ditujukan untuk kebersihan dan keamanan
makanan agar tidak menimbulkan bahaya
keracunan dan penyakit pada manusia (Chandra,
2006). Sedangkan menurut Oginawati (2008),
sanitasi makanan adalah upaya pencegahan
terhadap kemungkinan bertumbuh dan
berkembangbiaknya jasad renik pembusukan dan
patogen dalam makanan yang dapat merusak
makanan dan membahayakan kesehatan manusia
s al 1
Pa
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012

 Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat dengan BTP adalah bahan
yang ditambahkan ke dalam pangan untuk rnempengaruhi sifat atau bentuk
pangan
• Asupan Harian yang Dapat Diterima atau Acceptable Daily Intake yang
selanjutnya disingkat ADI adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan
dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari
selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.
• Asupan maksimum harian yang dapat ditoleransi atau MaximumTolerable Daily
Intake yang selanjutnya disingkat MTDI adalah jumlah maksimum suatu zat
dalam milligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi dalam sehari
tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.
• Asupan mingguan sementara yang dapat ditoleransi atau ProvisionalTolerable
Weekly Intake yang selanjutnya disingkat PTWI adalah jumlah maksimum
sementara suatu zat dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat
dikonsumsi dalam seminggu tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap
kesehatan
P
Pasa
BTP yang digunakan dalam pangan harus memenuhi persyaratan sebagai l2
berikut:

• BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung


dan/atau tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan.
• BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
sengaja ditambahkan kedalam pangan untuk tujuan
teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan,penyimpanan dan/atau
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan
menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat
pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung.
• BTP tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan
kedalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan
nilai glzi
Beberapa Bahan Tambahan yang diizinkan digunakan dalam makanan
menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya
sebagai berikut :

1. Antioksidan (Antioxidant) Pasal


2. Antikempal (Anticaking Agent)
3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator) 3
4. Pemanis Buatan (Artificial Sweeterner)
5. Pemutih dan Pematang Telur (Flour Treatment Agent)
6. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener)
7. Pengawet (Preservative)
8. Pengeras (Firming Agent)
9. Pewarna (Colour)
10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour Enhancer)
11. Sekuestran (Sequestrant)
12. Antibuih (Antifoaming agent)
13. Bahan pengarbonasi ( Carbonating Agent )
14. Humektan ( Humectant)
15. Gas untuk Kemasan ( Packing gas)
lanjutan

16. Pelapis ( glazing agent)


17. Pembentuk Gel ( Gelling agent)
18. Pembuih ( Foaming agent )
19. Pengembang (raising agent)
20. Peningkat Volume ( Bulking agent)
21. Peretensi Warna ( Colour retention agent )
22. Perisa ( Flavouring )
23. Perlakuan Tepung ( flour treatment agent )
24. Propelan ( Propellant)
Beberapa bahan Tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya sebagai
berikut :

1. Natrium Tetraborat (Boraks)


2. Formalin (Formaldehyd)
3. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated
Vegetable Oils)
4. Kloramfenikol (Chlorampenicol)
5. Kalium Klorat (Pottasium Chlorate)
6. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate)
7. Nitrofuranzon (Nitrofuranzone)
8. P-Phenetilkarbamida (p-Phenethycarbamide,
Dulcin, 4-ethoxyphenyl urea)
9. Salisilat dan garamnya (Salilicylic Acid and its
salt)
Bahan yang dilarang
Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 722 / Menkes / Per / IX /
1988, selain bahan tambahan diatas masih ada
bahan tambahan kimia yang dilarang
seperti rhodamin B (pewarna merah), methanyl
yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis
sintesis), dan kalsium bromat (pengera
BTP yang digunakan dalam pangan harus memenuhi persyaratan sebagai
Pas
berikut:
al 2
a. BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung
dan/atau
tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan.
b. BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis
pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan,penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan
untukmenghasilkanatau diharapkan menghasilkan suatu komponen
atau mempengaruhisifat pangan tersebut, baik secara langsung
atau tidak langsung.
c. BTP tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai
gizi.
Pasal 9

Landasan Hukum tentang Keamanan Pangan

Dasar hukum yang mengatur tentang keamanan


pangan adalah Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2012 Tentang pangan.yang mana dalam undang-
undang ini keamanan pangan diatur dalam bab
tersendiri (BAB VII) seperti yang diuraikan pada
bagian terdahulu. Keamanan pangan
diselenggarakan untuk menjaga pangan tetap
aman, hygienis, bermutu, bergizi dan tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan dan
budaya masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai