Anda di halaman 1dari 16

Pertemuan 8

Dosen:
Dr. Sunariyanto, S.Sos.,MM

Kategori/Jenis-Jenis Kebijakan Publik


Berdasarkan isi kebijakan, skope, keberagaman dan tujuan, ada 5 kategori
kebijakan publik (Anderson, 1997: 12-25)

1. Substantive and Procedural Policies


- Substantive Policies: a) involve what government is going to do. E.g.
membangun sarana transportasi publik, memperbaiki daya beli masyarakat, dst;
b) secara langsung mendistribusikan keuntungan dan kerugian (costs and
benefits)
- Procedural Policies: a) memuat bagaimana sesuatu itu harus dilaksanakan atau
siapa yang akan melaksanakannya. E.g Kebijakan Perencanaan Pembangunan
2. Distributive, Regulatory, Self-Regulatory, and
Redistributive Policies
- Kategorisasi berdasarkan dampaknya kepada masyarakat
dan hubungan antara stakeholders yang terlibat di dalamnya.
- Distributive Policies: a) alokasi pelayanan atau manfaat
untuk segment tertentu dalam masyarakat; b) bersumber dari
dana publik; c). E.g. Kebijakan Pengobatan Gratis untuk
Masyarakat Miskin; Kebijakan Bebas Biaya Pendidikan, etc.
- Regulatory Policies: a) mengenakan pembatasan-
pembatasan atas tindakan kelompok-kelompok tertentu; b)
mengundang perdebatan atau konflik Ntr kelompok; c)
memunculkan “clear winners and losers”; d). E.g. UU
Pornografi dan Pornoaksi
 Self-Regulatory policies : a) pembatasan atas kelompok
tertentu; b) diusulkan oleh kelompok yang terkena demi
melindungi kepentingan anggotanya; c) e.g. Peraturan
Praktek Dokter

 Redistributive Policies: a) menyangkut pengalihan benefits


tertentu (wealth, income, property, or rights) ; b) e.g.
peraturan Pengenaan Pajak Progresif; program peningkatan
kesejahteraan.
3. Material and Symbolic Policies

- Material Policies: a) menguntungkan kelompok tertentu,


baik dalam hal sumberdaya maupun kekuasaan, atau
menyebabkan kerugian di pihak lain yang terkena imbas
kebijakan; b) Kebijakan tentang UMR
- Symbolic Policies: a) memiliki impak material yang relative
sedikit; b) tidak mengalokasikan keuntungan atau kerugian
secara nyata; c) menyangkut nilai, seperti perdamaian,
patriotism, dan keadilan social; d) e.g. the Flag Protection Act
1989; UU Perlindungan Cagar Budaya.
- Material Policies dapat menjadi Simbolic Policies ketika
tidak dapat dilaksanakan
4. Policies involving Collective Goods or Private Goods
- collective goods (indivisible goods): a) goods yang jika
disediakan untuk satu orang, maka goods tersebut harus
disediakan untuk semuanya; b) tidak mungkin menyediakan goods
ini untuk kelompok terbatas & karenanya membatasi kelompok
lain untuk menikmati the goods; c) everybody wants to be “a free
rider”; d) harus disediakan pemerintah dengan sumber dana negara
(pajak); E.g. National defence; Clean Air; Traffic Control.

- private goods (divisible goods): a) goods yang dapat dikenai fee


untuk mereka yang menikmati (beneficieries) ; b) Program
Asuransi Kesehatan Privat.
5. Liberal and Conservative Policies
- Konteks Amerika
- Abad 19 : extreme differentiation between liberal and conservative
Liberal Conservative
• Menginginkan pemerintah untuk • Kaum konservatif menolak
melakukan perubahan social, atas anggapan bahwa pemerintah harus
dasar pertimbangan greater equality senantiasa menjadi agen perubahan
social
• Kebijakan Publik digunakan untuk • Persoalan perlu diatasi secara
memperbaiki ketidakadilan dan gradual oleh proses yang alami,
beragam permasalahan social. tanpa campur tangan pemerintah.
• Penganjur utama peluncuran • Beroposisi terhadap berbagai
berbagai program-program ekonomi programs yang disponsori oleh
negara

- sejak dekade 60-an, perbedaan yang ketat tersebut menjadi tidak


berlaku lagi.
- kebijakan public dapat berorientasi kepada perubahan atau
didisain untuk mempertahankan status qou.
Difference between Decisions and Policies (Anderson, 1997: 25-26)
 Dilihat dari proses
 Decision-making: a) involves making a discrete choice from
among two or more alternatives [melibatkan pembuatan sebuah
pilihan atas dua atau lebih alternatif]; b) Teori decision-making
berkait dengan kriteria dan berbagai proses dalam membuat pilihan
tersebut.
 Policymaking: a) encompass a flow and pattern of action that
extends over time and includes many decisions, some routine and
some not so routine [mencakup sebuah aliran atau pola tindakan
yang berkembang seiring waktu dan termasuk didalamnya
melibatkan banyak keputusan-keputusan, sebagian rutin dan
sebagian lagi tidak]; b) jarang sekali sebuah kebijakan sama dengan
sebuah keputusan; c) It is the course of action, the pattern or
regularity that defines policy, not an isolated event [Adalah
rangkaian tindakan, pola atau keteraturan uang menentukan sebuah
kebijakan, bukan sebuah kejadian yang berdiri sendiri]
Approaches to Policy Study

 The theoretical approaches…direct our attention to important


political phenomena, help clarify and organize our thinking,
and suggest explanations for political activity or, in our case,
public policies [pendekatan-pendekatan teoretik mengarahkan
perhatian kepada fenomena politik yang penting, membantu
menjelaskan dan mengorganisasikan pemikiran kita, dan
menyarankan penjelasan-penjelasan atas aktivitas politik, atau
dalam hal ini, kebijakan-kebijakan publik.
Political Systems Theory Approach

 Kebijakan Publik adalah respon sistem politik terhadap tuntutan yang


datang dari lingkungannya
A model of Political System

The Environment

Inputs Outputs
Demands Laws

Supports Political Decisions


System

Feedback
Political Systems Theory Approach
 System Politik: lembaga-lembaga & aktivitas-aktivitas yang jelas & saling
berkait dalam sebuah masyarakat, yang membuat alokasi-alokasi nilai atau
keputusan yang otoritatif yang mengikat masyarakat;

 Lingkungan: system sosial, ekonomi, setting biologi, di luar system politik;

 Input: tuntutan (klaim individu atau kelompok untuk melakukan tindakan


untuk memuaskan keinginanmereka) & dukungan (berupa kepatuhan individu
atau kelompok atas berbagai keputusan dan kebijakan yang dibuat dalam
sistem politik);

 Output: hukum, aturan, keputusan pengadilan, dsb;

 Feedback: indikasi bahwa public policies dapat berimplikasi pada perubahan,


lingkungan, input, dan sistem politik. Policy output dapat menimbulkan
tuntutan baru, yang akan menghasilkan output baru lagi, dst.
Political Systems Theory Approach

 Kelemahan: terlalu umum & abstrak; tidak menyebut bagaimana prosedur


dan proses pembuatan keputusan dan kebijakan di dalam “black box”

 Hanya menggambarkan bagaimana pemerintah memberikan respon atas


tuntutan dan hasil-hasilnya.

 Kegunaan: a) mengetahui proses formulasi kebijakan; b) mengetahui:


bagaimana tuntutan dari lingkungan mempengaruhi isi dan implementasi
kebijakan publik; bagaimana kebijakan mempengaruhi lingkungan &
tuntutan selajutnya? Seberapa efektif sistem politik merespon tuntutan dan
mengubahnya menjadi kebijakan publik?
Group Theory Approach
 Public Policy adalah hasil perjuangan kelompok;
 Public policy adalah hasil equilibrium yang dicapai dalam perjuangan
kelompok; e.g. UMR, Subsidi Pertanian
 Didasarkan pada asumsi bahwa interaksi dan perjuangan antar kelompok
merupakan fakta sentral kehidupan politik;
 Kelompok: kumpulan individu dengan interest yang sama dan
mengajukan klaim atas kelompok lain dalam masyarakat;
 Kelompok ini menjadi kelompok kepentingan ketika membuat klaim
melalui atau terhadap lembaga pemerintah;
 Konsep utama dari pendekatan ini adalah “akses”: a) untuk
mengekspresikan pandangan kepada pembuat kebijakan; b) didapat dari
status kelompok, leadership, uang; c) lobi sosial dengan para
policymakers merupakan salah satu upaya memdapat akses.
 Public policies mencerminkan kepentingan kelompok yang mempunyai
akses kuat dengan policymakers
Group Theory Approach
 Peran pemerintah (official group) dalam pembentukan policy:
- Lembaga legislatif: mewasiti perjuangan kelompok, mengesahkan
kemenangan kualisi yang berhasil, dan merekamnya dalam UU;
- Lembaga atau agen administrative didirikan untuk melaksanakan
pertauran yang dihasilkan.

 Kelemahan: a) hanya menyoroti aspekdinamis dari formulasi kebijakan; b)


terlalu menekankan pentingnya kelompok dan kemandirian serta
kreativitas aparat publik dalam policy process; mengabaikan faktor
penting lainnya, seperti keberadaan lembaga lain.
Elite Theory Approach

 Public Policy dipandang sbegai refleksi dari nilai-nilai dan keinginan elit
yang memerintah;
 Asumsi dasar: public policy tidak ditentukan oleh tuntutan dan dukungan
masyarakat, tetapi oleh interests para elit yang direalisasikan oleh
lembaga-lembaga pemerintah;
 Fokus: leadership dalam policy process.
 Asumsi dasar yang dibangun mengisyaratkan bahwa elitist policy process
kemungkinan besar terjadi di developing countries, dimana kematangan
hidup berdemokrasi masih rendah.
Institutionalism Approach

 Fokus: penggambaran aspek formal dan legal dari lembaga-lembaga


pemerintah (struktur, kekuasaan, aturan prosedural, fungsi, aktivitas dan
hubungannya dengan lembaga lain);
 Asumsi: aspek legal dan formal mempunyai konsekuensi signifikanuntuk
pemilihan dan isi kebijakan;
 Aspek legal dan formal menyediakan konteks bagi policymaking yang
perlu dipertimbangkan bersama dengan aspek dinamis lainnya, i.e. partai
politik, interest groups dan opini publik.
Rational-Choice Theory

 Komponen utama : a) aktor politik, sebagaimana aktor ekonomi, akan


bertindak secara rasional dalam mengejar kepentingan diri mereka,
ketimbang komitmen ideal (altruistic commitment) seperti tujuan atau
kepentingan nasional.; b) dalam proses kebijakan, self-interest akan
mengarahkan meraka dan akan selalu berusaha memaksimalkan benefits
yang mereka akan dapat; c) penelitian dengan pendekatan rational-choice
akan berfokus kepada preferensi-preferensi individual policymakers,
ketimbang nilai lain, seperti collective value dan social value.

Anda mungkin juga menyukai