Anda di halaman 1dari 27

AKTIVITAS

ANALGETIK
OBAT/SEDIA
AN UJI
Dosen Pengampu: apt. Rofik Kholid., S. Farm
Disusun Oleh :

1. Ma’rifah 19/FAM/108
2. Reza Paulina 19/FAM/110
3. Kholifatul Khusna 19/FAM/112
4. Endah Prabaningtyas 19/FAM/114
5. Laela Tiki Budianto 19/FAM/145
#1
TUJUAN
A. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengenal, mempraktekan, dan membandingkan daya

analgetik asam mefenamat, parasetamol dan tramadol menggunakan

metode rangsang kimia


#2
TINJAUAN PUSTAKA
B. TINJAUAN PUSTAKA

0 Pengertia 02 Proses terjadinya


Analgetika adalah obat-obat yang dapat Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf
n nyeri
telanjang yang ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh.
1 mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika
Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui
dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Aδ
pada umumnya diartikan sebagai suatu obat bermielin dan sistem kedua terdiri dari serabut C tak
yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, bermielin. Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri
nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan
nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri
Lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal
dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai dan perasaan tidak enak. Pusat nyeri terletak di talamus, kedua
pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus
Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke
antipiretik dan efek anti inflamasi. nukleus posteromida ventral dan posterolateral dari talamus.
Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks
otak.
B. TINJAUAN PUSTAKA

03 Klasifikasi Analgesik anti inflamasi diduga bekerja


berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin
a. Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu 
Nyeri (penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat
Dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. dibedakan dalam tiga kategori :
b. Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya a. Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri
Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan otot, nyeri haid dll), dapat diatasi dengan
hanya pada tempat terjadinya kerusakan atau asetosal, paracetamol bahkan placebo.
gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan b. Nyeri sedang (sakit punggung, migrain,
mudah ditangani rheumati), memerlukan analgetik perifer
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri kuat.
Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan c. Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu
jaringannya jelas- Nyeri neuropatik adalah nyeri empedu, kolik batu ginjal,kanker), harus
yang kerusakan jaringan tidak jelas. contohnya diatasi dengan analgetik sentral atau
Nyeri yang diakitbatkan olehkelainan pada analgetik narkotik
susunan saraf
B. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi
menjadi 2 golongan yaitu: 04 Mekanisme Kerja
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid
Analgesics) Analgetik
Analgesics)
Secara farmakologis praktis dibedakan atas Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki
kelompok salisilat (asetosal, diflunisal) dan non target aksi pada enzim, yaitu enzim
salisilat. Sebagian besar sediaan–sediaan golongan siklooksigenase (COX). COX berperan dalam
non salisilat ternmasuk derivat as. Arylalkanoat. sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik
Analgesik opioid merupakan kelompok obat jenis ini adalah mengeblok pembentukan
yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim
Golongan obat ini terutama digunakan untuk COX pada daerah yang terluka dengan demikian
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap mengurangi pembentukan mediator nyeri.
semua analgesik opioid menimbulkan Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan
adiksi/ketergantungan. COX-2 inhibitors.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
digolongkan menjadi : Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat
a. Golongan salisilat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja
sebagai asetosal atau aspirin. analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan
b. Golongan para aminofenol analgesik OAINS diduga bekerja diperifer. Efek
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam
(parasetamol). setelah pemberian per-oral. Sementara efek
c. Golongan pirazolon (dipiron) antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-
Fenilbutazon dan turunnya saat ini yang dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya
digunakan adalah dipiron sebagai analgetik timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah
antipiretik, karena efek inflamasinya lemah pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID
d. Golongan antranilat (asam didalam darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah
mefenamat) pemberian, penyerapannya umumnya tidak
Digunakan sebagai analgesik karena sebagai dipengaruhi oleh adanya makanan.
anti inflamasi kurang efektif dibanding dengan
aspirin
#3
ALAT DAN BAHAN
C. ALAT DAN BAHAN

0 Alat 02 Bahan
a. Timbangan a. Larutan tragakan 0,5 %
1 b. Spuit injeksi dan jarum ukuran 1 ml b. Suspensi asam mefenamat dalam
c. Sonde / kanulla tragakan 0,5 %
d. Sarung tangan c. Suspensi parasetamol dalam
e. Stop watch tragakan 0,5 %
f. Wadah pengamatan d. Suspensi tramadol dalam tragakan
0,5 %
e. Larutan steril asam asetat 1 % v/v
#4
CARA KERJA
D. CARA KERJA

1. Tiap kelas dibagi 4 kelompok 7. Kelompok Tramadol diberi suspensi Tramadol


2. Masing-masing kelompok mendapat 4 150 mg/kg BB dalam Tragakan 0,5% melalui
mencit oral
3. Setiap kelompok membagi mencit ke dalam 8. 30 menit kemudian seluruh kelompok hewan
4 kelompok yang telah mendapat perlakuan disuntik
4. Kelompok kontrol diberi larutan Tragakan dengan larutan steril Asam Asetat 0,5% v/v
0,5% melalui oral dengan volume 0,2 ml/20 secara intra peritonial dengan dosis 75 mg/kg
gr BB BB
5. Kelompok Asam Mefenamat diberi suspensi 9. Beberapa menit kemudian mencit akan
Asam Mefanamat 150 mg/kg BB dalam menggeliat, dihitung 1 (satu) geliat apabila
Tragakan 0,5% melalui oral mencit menempelkan perutnya ke lantai dan
6. Kelompok Parasetamol diberi suspensi kaki ditarik ke belakang
Parasetamol 150 mg/kg BB dalam Tragakan 10. Tulis hasil pengamatan pada kolom yang
0,5% melalui oral tersedia
#5
HASIL
E. HASIL

1. Tabel Hasil
No. BB Vol. PO Vol IP Jumlah
No Rute / Dosis
Mencit (g) (ml) (ml) geliat
1 KONTROL 1 32,84 0,4 0,5 135
2 Asmef 150 2 28,69 0,35 0,5 43
3 Parasetamol 150 3 10,71 0,13 0,5 46
4 Tramadol 150 4 35,06 0,44 0,5 3
E. HASIL
2. Tabel Persen Daya  
3) Tragakan 0,5% untuk Tramadol 200 mg
Analgetik
c. Larutan Stok
 1) Tragakan 0,5% untukAsamMefenamat ml
500 mg
4) Tragakan 0,5%

ml g

2) Tragakan 0,5% untukParasetamol 500 mg

ml
E. HASIL
2. Tabel Persen Daya Analgetik  Selanjutnya, perhitungandosisobatberdasarkan masing-masing
bobot badan mencit. Dimana
  menggunakanperbandingandosismencit 0,5 ml/40 g BB.
b. Dosis
1) Kontroltragakan 0,5%
DosisMencit 40 g
ml
2) Asammefenamat
Kadar obat /ml
ml
3) Parasetamol
ml
4) Tramadol
ml
E. HASIL
2. Tabel Persen Daya  3) Tramadol : % daya analgetic
Analgetik
c. Daya Analgetik = 100 – ( x 100)

 1) Asmef : % daya analgetic = 100 – ( x 100)


= 100 – ( x 100) = 97,8 %
= 100 – ( x 100)
= 68,1 %
2) Parasetamol : % daya analgetic Analgetik

= 100 – ( x 100) Kel


Asmef PCT Tramadol
= 100 – ( x 100)= 80,4 %

IV 68,1 % 65,9 % 97,8 %


#6
PEMBAHASAN
F. PEMBAHASAN
Digerus tablet asam mefenamat 500 mg
Praktikum kali ini mengenai efek analgesik,
hingga halus, lalu dimasukkan ke dalam beakes
praktikum ini bertujuan untuk mengenal dan
glass dan disuspensikan dalam 42 ml tragakan
membandingkan daya analgetik asetosal,
0,5%.
parasetamol dan tramadol menggunakan metode
Untuk larutan injeksi zat obat parasetamol,
rangsang kimia.
digerus tablet parasetamol 500 mg hingga halus,
Pertama dibuat larutan stok untuk injeksi,
lalu dimasukkan ke dalam beakes glass dan
untuk larutan tragakan 0,5% caranya dengan
disuspensikan dalam 42 ml tragakan 0,5%. Untuk
menuangkan 200 ml air ke dalam beaker glass
larutan injeksi zat obat tramadol, digerus tramadol
lalu ditaburkan 1,5 g tragakan di atas air,
500 mg hingga halus, lalu dimasukkan ke dalam
dipanaskan di atas lampu Bunsen sambil diaduk
beakes glass dan disuspensikan dalam 17 ml
cepat. Kemudian dicukupkan sampai 300 ml dan
tragakan 0,5%. Bahan obat dilarutkan dalam
diaduk larutan sampai homogen.
tragakan alasannya karena zat obat memiliki sifat
Selanjutnya untuk larutan injeksi zat obat
kelarutan yang sukar larut dalam air sehingga
asam mefenamat.
harus disuspensikan dengan tragakan 0,5%.
F. PEMBAHASAN
Dalam perhitungan dosis, diketahui dosis Selanjutnya, perhitungan dosis obat
asam mefenamat, parasetamol dan tramadol pada berdasarkan masing-masing bobot badan mencit.
mencit adalah 150 mg/kg BB dalam tragakan 0,5% Dimana menggunakan perbandingan dosis mencit
oral. Kemudian dibuat perbandingan dengan bobot 0,5 ml/40 g BB. Dari perhitungan tersebut
mencit maksimal yaitu 40 g. Alasannya agar saat diperoleh dosis volume untuk mencit no.1 adalah
perhitungan dosis pada mencit sesuai bobot badan, sebanyak ml tragakan 0,5%, mencit no.2 sebanyak
hasil yang didapatkan tidak melebihi dosis ml asam mefenamat dalam 0,5 ml tragakan 0,5%.
maksimal. Artinya kita buat dosis 150 mg/kg BB mencit no.3 sebanyak ml dalam parasetamol 0,5
adalah dosis maksimal untuk mencit seberat 40 g ml tragakan 0,5%, dan mencit no.4 sebanyak ml
yang merupakan bobot badan mencit paling berat. tramadol dalam 0,5 ml tragakan 0,5%. Hasil
Hasil perhitungan diperoleh dosis Mencit 40 g bobot perhitungan tersebut telah sesuai literatur yaitu
badan adalah 6 mg/40 g BB, sehingga diperoleh tidak melebihi dosis volume rute pemberian oral
kadar obat/ml sebesar 12 mg/ml. yaitu tidak lebih dari 0,5 ml.
F. PEMBAHASAN
Percobaan menggunakan metode Witkins yang Larutan asam asetat diberikan setelah 30
ditujukan untuk melihat respon mencit terhadap menit karena diketahui bahwa obat yang telah
asam asetat yang dapat menimbulkan respon diberikan sebelumnya sudah mengalami fase
menggeliat dari mencit ketika menahan nyeri pada absorbsi untuk meredakan rasa nyeri. Selama
perut. beberapa menit kemudian, setelah diberi larutan
Langkah pertama yang dilakukan adalah asam asetat 1 % mencit menggeliat dengan
pemberian obat-obat analgetik pada tiap mencit. ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang.
Setelah 30 menit mencit I, II, III, dan IV disuntik Obat analgetik yang memiliki daya analgetik
secara intraperitoneal dengan larutan induksi asam dengan presentasi yang tidak terlalu tinggi adalah
asetat 1 %. Pemberian dilakukan secara parasetamol sebanyak 65,9 %. Parasetamol
intraperitoneal karena untuk mencegah penguraian (asetaminofen) merupakan obat analgetik non
asam asetat saat melewati jaringan fisiologik pada narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis
organ tertentu. prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat
(SSP) .
F. PEMBAHASAN
Percobaan menggunakan metode Witkins yang Larutan asam asetat diberikan setelah 30
ditujukan untuk melihat respon mencit terhadap menit karena diketahui bahwa obat yang telah
asam asetat yang dapat menimbulkan respon diberikan sebelumnya sudah mengalami fase
menggeliat dari mencit ketika menahan nyeri pada absorbsi untuk meredakan rasa nyeri. Selama
perut. beberapa menit kemudian, setelah diberi larutan
Langkah pertama yang dilakukan adalah asam asetat 1 % mencit menggeliat dengan
pemberian obat-obat analgetik pada tiap mencit. ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang.
Setelah 30 menit mencit I, II, III, dan IV disuntik Obat analgetik yang memiliki daya analgetik
secara intraperitoneal dengan larutan induksi asam dengan presentasi yang tidak terlalu tinggi adalah
asetat 1 %. Pemberian dilakukan secara parasetamol sebanyak 65,9 %. Parasetamol
intraperitoneal karena untuk mencegah penguraian (asetaminofen) merupakan obat analgetik non
asam asetat saat melewati jaringan fisiologik pada narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis
organ tertentu. prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat
(SSP) .
F. PEMBAHASAN
Asam mefenamat pada percobaan ini memiliki Dari persentase daya analgetik ketiga obat
daya analgetik yang tinggi yaitu 68,1 % dimana. tersebut, diketahui yang memiliki daya analgetik
Asam Mefenamat merupakan kelompok paling kuat adalah tramadol yaitu 97,8%. Hal ini
antiinflamasi non steroid, bekerja dengan cara tampak dari pengamatan mencit setelah pemberian
menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan asam asetat, ia tampak tenang meskipun sempat
tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase menggeliat sebanyak 3 kali selama 20 menit.
sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi Berbeda dengan mencit yang diberi asam
dan antipiretik. mefenamat dan diketahui persentase daya
Sedangkan analgetik yang menunjukkan analgetiknya sebesar 68,1%, ia tampak gelisah dan
aktivitas paling tinggi adalah Tramadol dengan menggeliat sebanyak 43 kali setelah diberikan
persentase 97,8 %. Tramadol mengikat secara asam asetat. Sedangkan untuk mencit yang diberi
stereospesifik pada reseptor di sistem syaraf pusat parasetamol dan diketahui persentase daya
sehingga memblok sensasi rasa nyeri dan respon analgetiknya paling rendah yaitu sebesar 65,9%, ia
terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat tampak lebih gelisah dibandingkan dengan yang
pelepasan neurotransmitter dari syaraf aferen yang lainnya dan menggeliat sebanyak 46 kali.
sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri
terhambat.
#7
KESIMPULAN
G. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan membandingkan daya
analgetik asetosal, parasetamol dan tramadol menggunakan metode rangsang kimia yaitu asam asetat,
yang memiliki daya analgetik paling kuat adalah tramadol dengan persentase daya analgetik sebesar
97,8%, selanjutnya adalah asam mefenamat dengan persentase daya analgetik sebesar 68,1%, dan yang
paling rendah adalah parasetamol dengan persentase daya analgetik 65,9%.
TerimaKasih

Anda mungkin juga menyukai