Anda di halaman 1dari 38

Masalah Kesehatan Reproduksi

By :
Cut Intan Fanny, SKM
Kelainan organ reproduksi
• Kelainan organ reproduksi adalah suatu hal yang
harus diwaspadai oleh setiap wanita. Kenali
gejala maupun ciri-cirinya, dan jangan pernah
sungkan untuk segera berobat ke dokter apabila
mengalaminya. Semakin dini dideteksi dan
diobati, kemungkinan sembuh akan semakin
tinggi.
1. Vagina
• Kista Bartholin
• Kelenjar bartholin adalah kelenjar berukuran sebesar kacang, yang terdapat di ‘pintu masuk’ vagina.
Dalam kondisi normal, kelenjar ini tidak akan teraba. Namun bila terjadi sumbatan, dapat timbul
penumpukan cairan sehingga terbentuk benjolan di sekitar bibir vagina. Kondisi ini disebut
kista bartholin.
• Apabila tidak terinfeksi, kista bartholin tidak akan menimbulkan gejala apapun. Banyak wanita
menemukan kista ini secara tidak sengaja saat mandi atau saat memeriksakan diri ke dokter. Dalam
kasus ini, pengobatan tidak diperlukan.
• Ketika kista bartholin terkena infeksi, gejala yang akan timbul adalah demam, nyeri, bengkak,
kemerahan, dan keluar nanah berwarna kuning atau hijau di daerah benjolan. Kondisi ini disebut dengan
abses bartholin.
• Bila terjadi abses bartholin, penderita mesti segera berobat ke dokter. Dengan ini, dokter akan
memberikan obat anti-nyeri dan melakukan prosedur memasukkan selang kateter ke dalam kista untuk
mengeluarkan cairan di dalamnya.
Kista Gartner
• Struktur lain yang terdapat dalam vagina adalah duktus gartner, yaitu
organ yang terbentuk pada perkembangan janin selama kehamilan dan
mengalami degradasi setelah kelahiran.
• Dalam beberapa kondisi, kelenjar tersebut menetap dan bisa mengalami
penumpukan cairan yang membentuk kista. Kondisi ini dikenal dengan
sebutan kista gartner.
• Serupa dengan kista bartholin, kista gartner baru akan menimbulkan
gejala bila ukurannya cukup besar. Gejalanya adalah nyeri saat buang air
kecil, gatal dan sakit saat berhubungan seks. Untuk mengatasinya, cairan
dalam kista harus dikeluarkan.
Infeksi Jamur
• Vagina dapat mengalami infeksi jamur. Penyebab paling sering adalah
jamur Candida sp sehingga medis menyebutnya dengan
istilah kandidiasis vaginalis.
• Infeksi jamur di vagina dapat terjadi pada tiap wanita. Tetapi, kondisi ini
lebih sering terjadi pada ibu hamil dan ibu dengan penyakit kencing
manis (diabetes) atau HIV/AIDS.
• Gejala kandidiasis vaginalis adalah keputihan berwarna putih seperti
susu, bergumpal, tidak berbau, diikuti nyeri saat buang air kecil dan rasa
gatal yang cukup hebat. Untuk mengatasinya, dokter akan memberikan
antijamur di dalam vagina (intravagina) maupun oral (diminum).
Infeksi Bakteri
• Wanita dapat mengalami gangguan vagina akibat infeksi bakteri. Jenis bakteri
yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Gardnerella vaginalis, dan
penyakitnya disebut dengan vaginosis bakterialis
• Bakteri tersebut dapat tumbuh akibat penurunan kadar flora normal dalam
vagina akibat tindakan douching maupun hubungan seksual dengan bergonta-
ganti pasangan.
• Gejala umum dari bakterial vaginosis adalah keputihan dengan warna keabuan,
berbau amis, dan nyeri saat melakukan hubungan seksual. Umumnya, dokter
akan melakukan pemeriksaan terhadap cairan keputihan tersebut. Bila terbukti
ada bakteri, pasien dianjurkan untuk mengonsumsi antibiotik.
Infeksi Parasit
• Kelainan pada vagina wanita juga bisa terjadi akibat infeksi parasit. Jenis parasit
yang sering bersarang di vagina adalah Trichomonas vaginalis, sehingga
penyakitnya disebut trikomoniasis. Parasit yang memiliki cambuk (flagel) ini
ditularkan akibat hubungan seksual berisiko.
• Gejala dari infeksi trikomoniasis adalah keputihan berwarna kuning atau kehijauan,
berbusa, dan berbau tak sedap hingga bau busuk. Selain itu, vagina dan serviks
(leher rahim) pasien juga akan tampak kemerahan menyerupai buah stroberi.
• Medis menyebut kondisi ini dengan istilah strawberry cervix. Pasien akan
mengalami nyeri saat melakukan hubungan seksual dan keluar darah setelahnya.
Bila infeksi ini terjadi saat hamil, dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti
ketuban pecah dini, kelahiran prematur, dan bayi berat lahir rendah (BBLR)
2. Serviks
• Displasia serviks adalah kondisi di mana terjadi pertumbuhan sel
yang abnormal di mulut rahim atau serviks. Kondisi ini dapat
dialami wanita pada usia berapa pun, tetapi lebih sering terjadi
pada wanita usia 18–30 tahun.
• Displasia serviks umumnya tidak bergejala. Namun, ada sebagian
penderita yang mengalami gejala berupa perdarahan dari vagina.
Displasia serviks ditpenderitai dengan perubahan abnormal pada
bentuk dan ukuran sel sehat pada jaringan serviks. Perubahan
tersebut umumnya tidak bersifat ganas atau kanker.
• Meski begitu, displasia serviks lama-kelamaan bisa berkembang
menjadi kanker serviks jika tidak ditangani sedini mungkin. Oleh
karena itu, displasia serviks sering disebut sebagai lesi prakanker.
• Displasia serviks lebih sering terdeteksi saat pemeriksaan Pap
smear atau Pap test. Oleh karena itu, rutin memeriksakan kesehatan
ke dokter sangatlah dianjurkan. Tujuannya agar penanganan bisa
segera dilakukan ketika terdeteksi adanya masalah kesehatan,
termasuk displasia serviks yang dapat berkembang menjadi kanker.
3. Uterus
• Agenesis uterus
Agenesis uterus disebabkan oleh kegagalan pembentukan duktus muller sebagai pembentuk
Rahim dan vagina bagian atas sehingga Rahim dan vagina tidak dapat terbentuk
sempurna. Penampakan Rahim sangat kecil bahkan tidak ada. Dengan terbentuknya Rahim yang
tidak sempurna menyebabkan pasien tidak akan mengalami menstruasi dan tidak bisa punya
anak. Contoh dari kelainan ini ada pada sindroma Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH).
• Uterus Arkuata
Uterus arkuata adalah bentuk anomali uterus atau variasi dimana rongga rahim menampilkan
kontur cekung terhadap fundus. Biasanya rongga rahim lurus atau cembung menuju fundus pada
pencitraan (MRI/USG), namun pada rahim arkuata, otot Rahim yang di fundus turun ke rongga
dan bisa membentuk dinding pembatas kecil. Kelainan ini sering menjadi penyebab susah hamil.
• Bicornuate uterus
Pada kelainan ini, rahim wanita tidak berbentuk seperti buah pir, melainkan seperti bentuk hati
dengan lekukan dalam di bagian atas. Karena bentuknya, kelainan ini sering juga disebut
sebagai uterus dengan dua tanduk. Dan bisa juga dibilang seolah olah memiliki 2
rahim. Bicornuate uterus tidak memengaruhi kesuburan, namun risiko keguguran menjadi lebih
tinggi jika wanita hamil dengan kondisi ini. Begitu pula dengan kelahiran prematur.
• Unicornuate uterus
Kondisi ini terjadi ketika rahim wanita hanya berukuran setengah dari normal dan memiliki satu
saluran tuba falopi. Kelainan yang disebut juga uterus dengan satu tanduk ini disebabkan oleh
jaringan yang membentuk rahim tidak berkembang dengan baik. Pada unicornuate uterus,
jumlah indung telur sama seperti biasa (dua buah), tapi hanya satu yang akan terhubung ke
rahim. Wanita bisa mengandung jika hidup dengan kondisi ini, namun risiko keguguran akan
lebih besar.
• Uterus didelphys
Ini merupakan kondisi di mana rahim wanita memiliki dua rongga bagian dalam, dua serviks,
dan dua vagina. Wanita dengan rahim penderita mampu hamil dan melahirkan, namun
terkadang rentan mengalami ketidaksuburan, keguguran, melahirkan prematur, dan kelainan
ginjal. Bisa juga wanita memiliki 2 rongga Rahim tetapi memiliki 1 serviks sehingga 1 bagian
rongga Rahim tidak terhubung serviks. Bila hal ini terjadi dan rongga Rahim yang tidak
terhubung serviks bisa menstruasi akan menyebabkan menstruasi terjebak didalam sehingga
rahim akan membesar dan wanita tersebut bisa nyeri luar biasa.
• Septa uterus
Ini kondisi di mana bagian dalam rahim wanita dibagi oleh dinding otot atau jaringan ikat
fibrosa (septum). Septum bahkan dapat memanjang hingga ke dalam rahim (septum parsial)
 atau serviks (septum lengkap). Septum parsial lebih umum daripada septum lengkap. Septate
uterus dapat membuat penderitanya sulit hamil dan meningkatkan risiko keguguran.
Pembesaran Rahim dan nyeri luar biasa dapat terjadi bila darah menstruasi terjebak akibat
adanya septa.
4. Tuba Fallopii
• Hidrosalping
• Hidrosalping adalah gangguan yang terjadi karena seorang wanita mengalami pembengkakan
pada salah satu atau kedua tuba falopi. Hal ini disebabkan oleh akumulasi cairan di dalamnya,
yang dapat dipengaruhi oleh infeksi yang pernah terjadi sebelumnya. Seseorang mungkin
tidak mengalami gejala apa pun ketika terjadi.
• Saluran tuba falopi, atau saluran yang berada antara rahim dan indung telur, merupakan
tempat terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang juga disebut sebagai tempat
terjadinya pembuahan. Sel telur yang sudah dibuahi oleh sperma ini akan berpindah menuju
rahim dan menanamkan hasil pembuahan tersebut.
• Namun, tuba falopi dapat terblokir dikarenakan konsekuensi dari operasi sebelumnya, seperti
ligasi tuba atau operasi panggul. Bagian tersebut juga dapat terganggu dikarenakan pernah
mengalami infeksi panggul sebelumnya, seperti klamidia, gonore, serta tuberkulosis.
Penyumbatan atau kerusakan pada tuba falopi bisa
disebabkan oleh beberapa kondisi, di antaranya:
• Endometriosis.
• Penyakit radang panggul.
• Penyakit menular seksual.
• Usus buntu pecah.
• Keguguran.
• Kehamilan etopik.
• Pernah menjalani operasi pada organ di dalam rongga perut
atau panggul (termasuk tuba falopi)
5. Ovarium
• Kista indung telur
• Kista indung telur atau ovarium adalah kantong berisi cairan pada indung telur.
Kista dapat terbentuk saat sel telur tidak dilepaskan, atau ketika kantong yang
menyimpan sel telur tidak luruh setelah telur dilepaskan.
• Umumnya, kista ini terbentuk saat ovulasi dan menghilang dengan sendirinya.
Meski sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun, kista indung telur tetap
berisiko mendatangkan rasa sakit yang tidak tertahankan jika ukurannya besar
atau pecah.
• Gejala lain yang dapat menyertai kista indung telur adalah mual dan muntah,
kembung, rasa nyeri saat buang air besar atau berhubungan seksual, menstruasi
tidak teratur, nyeri panggul di awal dan akhir masa menstruasi.
Endometriosis
• Saat sel telur tidak dibuahi, dinding rahim meluruh dan keluar dari tubuh melalui proses yang
disebut menstruasi. Tetapi pada sebagian wanita, jaringan yang menyerupai dinding rahim ini
bisa tumbuh di bagian tubuh lainnya, seperti indung telur, saluran telur (tuba falopi), dan vagina.
• Jaringan ini kemudian membengkak dan mengalami pendarahan tiap bulan, tetapi tidak
memiliki tempat untuk meluruh. Kondisi ini mengakibatkan luka dan rasa sakit yang
disebut endometriosis
• Penyakit ini bisa dikenali dari beberapa gejala, seperti nyeri berat saat menstruasi, perdarahan
vagina di luar masa menstruasi, gangguan pencernaan seperti perut kembung dan sakit perut saat
menstruasi, sulit hamil, menstruasi berkepanjangan, serta timbulnya rasa sakit saat berhubungan
seksual.
Guna memastikan ada atau tidaknya jaringan endometriosis pada indung telur penderita, dokter
akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang seperti USG, MRI, dan laparoskopi.
Tumor indung telur
• Tumor indung telur dapat bersifat ganas (kanker) atau jinak. Tumor indung telur
lebih umum terjadi pada wanita yang telah memasuki masa menopause.
• Gejala tumor indung telur tidak khas, umumnya berupa gangguan pencernaan,
hilang nafsu makan, nyeri perut bagian bawah, serta berat badan turun tanpa
sebab yang jelas.
Guna mendiagnosis tumor indung telur, dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti MRI untuk melihat keberadaan tumor,
dan tes darah untuk mendeteksi protein CA-125. Protein ini cenderung
meningkat pada wanita yang menderita tumor indung telur.
• Pengobatan untuk gangguan indung telur ini meliputi kemoterapi dan radioterapi,
serta operasi pengangkatan indung telur dan rahim.
6. Payudara
• Kanker payudara
• Kanker payudara memang termasuk kelainan pada payudara yang sering diderita kaum hawa.
• Pada awalnya, penderita kanker payudara mungkin hanya akan merasakan adanya benjolan di
payudara, baik yang dapat bergerak (mobile) maupun yang tidak dapat bergerak (terfixir). Di
tahap ini, jarang adanya rasa sakit.
• Tepi benjolan sering teraba tidak teratur, kasar, dan keras. Pada pemeriksaan USG, sering
didapatkan bayangan gambaran benjolan dengan tepi tidak beraturan atau tidak rata.
Sementara, pada mamografi sering didapatkan bayangan benjolan seperti komet.
• Jika dibiarkan tanpa penanganan, benjolan tersebut bisa jadi akan lengeket ke kulit atau ke
dasar payudara, sehingga tidak dapat bergerak sama sekali. Semakin lanjut, benjolan pun
dapat semakin membesar, bahkan dapat pecah menjadi koreng yang menganga disertai bau
tidak sedap. Pengobatan yang terbaik untuk kasus kanker payudara adalah operasi dan
dilanjutkan dengan kemoterapi serta radioterapi.
Fibro adenoma mamma (FAM)
• FAM berbeda dengan tumor ganas (kanker) payudara. FAM merupakan
tumor jinak payudara dan merupakan kasus terbanyak tumor payudara.
• Kejadiannya dapat berbentuk tunggal atau multiple (banyak) pada satu
payudara atau kedua payudara.
• Karakter FAM antara lain, yakni: Teraba padat kenyal, Dapat digerakkan
dari jaringan sekitarnya (mobile), Bentuk bulat Lonjong, Berbatas tegas
atau jelas, Tidak nyeri, Kulit payudara di atasnya tidak berubah,
Pertumbuhan lambat, Tidak menyebar seperti kanker payudara
Tumor Philloides (Cystosarcoma Philloides)
• Kasus kelainan payudara ini bisa terjadi pada semua usia, tapi yang
terbanyak menyerang wanita usia 40-45 tahun. Pada awalnya tumor
philloides mirip dengan FAM, tetapi pertumbuhannya lebih cepat.
• Berikut ini ciri-ciri dari kelainan payudara tumor philloides: Tumor
berbentuk bulat atau lonjong, Berbenjol-benjol pada permukaan tumor,
Berbatas tegas, Besarnya dapat melebihi ukuran payudara normal tapi dapat
di gerakkan, Pada perabaan terasa padat kenyal, Ada juga bagian yang
berkantong, Tumor ini umumnya jinak, tapi sebagian kecil dapat ganas.
• Pengobatan tumor philloides sebaiknya dilakukan mastektomi karena punya
sifat mudah kambuh.
Galaktokel
• Galaktokel adalah kelainan pada payudara berupa tumor bulat
seperti kantong (kistik).
• Tumor jinak ini terbentuk akibat tersumbatnya saluran air susu
(duktus laktiferus) pada wanita yang sedang menyusui atau sehabis
masa me nyusui.
• Galaktokel berisi ASI yang mengental seperti keju, berbatas tegas,
bulat, berupa kantong (kisteus).
• Pengobatan galaktokel dapat dilakukan dengan operasi
pengambilan tumor (benjolan).
Papiloma intraduktal
• Papiloma intraduktal merupakan tumor kecil yang tumbuh
seperti polip di dalam saluran susu.
• Gejalanya berupa cairan yang keluar melalui puting. Mula-
mula, cairan berwarna bening dan lama-kelamaan berubah
menjadi merah darah, bahkan merah ke hitaman.
• Pengobatan papiloma intraduktal dapat dilakukan dengan
cara exisi atau pembuangan benjolan dengan sayatan kulit
melingkar sesuai batas areola payudara.
Mastitis (infeksi payudara)
• Mastitis cenderung lebih sering terjadi pada ibu menyusui.
• Gejalanya kadang-kadang didahului dengan lecet ringan atau
retakan pada puting yang menjadi jalan masuk bakteri dari
mulut bayi.
• Kebanyakan bakteri yang ditemukan adalah Staphylococcus
aureus yang berasal dari kulit yang normal.
• Namun, kasus mastitis tidak jarang ditemukan pada wanita
yang sudah bertahun-tahun selesai menyusui.
Gangguan Menstruasi
• Gangguan menstruasi adalah kondisi ketika
siklus menstruasi mengalami anomali atau
kelainan.
• Hal ini bisa berupa perdarahan menstruasi yang
terlalu banyak atau terlalu sedikit,
siklus menstruasi yang tidak beraturan, dan
bahkan tidak haid sama sekali.
1. Dismenorea
• Dismenorea mengacu pada rasa sakit yang berlebihan saat menstruasi. Sementara nyeri
sering dianggap sebagai gejala normal dalam siklus menstruasi, rasa sakit yang
berlebihan yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
normal sehari-hari adalah abnormal. Tingkat rasa sakit yang dapat ditoleransi oleh
individu bervariasi dan dengan demikian dismenorea adalah gangguan yang sangat
subjektif.
• Terdapat 2 jenis dismenorea, yaitu primer dan sekunder. Dismenorea primer diduga
disebabkan oleh tingkat prostaglandin yang berlebihan, yaitu hormon yang membuat
rahim berkontraksi saat menstruasi dan melahirkan. Rasa sakit ini disebabkan oleh
pelepasan hormon-hormon ini ketika lapisan (endometrium) mengelupas selama
periode menstruasi. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dan penurunan aliran darah
ke uterus.
• Faktor yang dapat membuat rasa sakit dismenore primer termasuk uterus
posisi retrofleksi, menstruasi tidak teratur, kurang olahraga, stres
psikologis atau sosial, merokok, minum alkohol, kelebihan berat badan,
riwayat keluarga dismenore, dan mulai menstruasi sebelum usia 12
tahun.
• Dismenore sekunder disebabkan oleh sejumlah kondisi, termasuk fibroid
(tumor jinak yang berkembang di dalam dinding uterus), infeksi
menular seksual (IMS), endometriosis, penyakit radang panggul (PID),
kista atau tumor ovarium, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim
(IUD), dan metode pengendalian kelahiran.
2. Premenstrual syndrom
• Premenstrual Syndrome (PMS) adalah istilah dari berbagai gejala yang
dirasakan wanita sebelum menstruasi. Gejala PMS mencakup gangguan fisik
maupun emosional yang terjadi setelah proses ovulasi (proses pelepasan sel
telur dari indung telur) dan sebelum dimulainya menstruasi.
• Bagi beberapa wanita, gejala PMS yang dialami bersifat ringan atau bahkan
sama sekali tidak terasa. Namun bagi sebagian wanita yang lain, gejala PMS
yang muncul bisa jadi sangat parah hingga dapat mengganggu kegiatan
sehari-hari.
• Gejala-gejala tersebut termasuk perubahan suasana hati, payudara yang terasa
lunak atau keras, mengidam makanan, kelelahan, lekas marah dan depresi.
Penyebab PMS
• Perubahan kadar hormon. Tanda dan gejala PMS dapat berubah
seiring fluktuasi kadar hormon di tubuh, dan menghilang saat
seorang wanita hamil atau mengalami menopause.
• Perubahan zat kimia di otak. Perubahan kadar hormom serotonin
(zat kimia dalam otak) yang memiliki peran penting dalam
mengatur suasana hati seseorang, dapat memicu munculnya
gejala PMS. Kadar serotonin yang rendah bisa berhubungan
dengan depresi premenstrual, serta kelelahan dan masalah tidur.
3. Amenorea
• Amenorrhea adalah kondisi yang merujuk kepada wanita
yang tidak dapat haid. Keadaan ini bisa terjadi ketika
seorang wanita berusia 16 tahun namun belum
mengalami menstruasi, atau yang biasa disebut
amenorrhea primer.
• Selain itu terdapat amenorrhea sekunder, yaitu bila
seorang wanita usia subur yang tidak sedang hamil, tidak
mendapat haid kembali setelah 6 bulan dari haid terakhir.
Tanda dan Gejala
• Sakit kepala.
• Payudara tidak membesar.
• Gangguan penglihatan.
• Tumbuhnya rambut-rambut di wajah secara berlebihan.
• Rambut rontok.
• Suara berat seperti laki-laki.
• Jerawat.
• Keluarnya air susu walau tidak sedang menyusui, akibat meningkatnya kadar
prolaktin.
• Nyeri panggul.
4. Hipermenorea
• Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan
bekuan darah sewaktu menstruasi.
• Sebab-sebab:
• Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi : uterotonika
• Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.
• Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas, bendungan pembuluh darah balik.
• Hipertensi
• Dekompensio cordis
• Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
• Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
• Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili
• Tindakan Bidan
• Memberikan anti perdarahan seperti ergometrin tablet/injeksi; KIEM untuk pemeriksaan selanjutnya; Merujuk ke
fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.
5. Polimenorea
• Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari,
sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
• Sebab-sebab Polimenorea atau Epimenoragia
• Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum
memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa
disebabkan akibat stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek
atau karena keduanya.
• Terapi
• Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium
sekresi menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesteron.
6. Oligomenorea
• Adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan
jumlah perdarahan tetap sama.
• Sebab-sebab
• Perpanjangan stadium folikuller; perpanjangan stadium luteal;
kedua stadium menjadi panjang; pengaruh psikis; pengaruh
penyakit : TBC.
• Terapi
• Oligomenorea yang disebabkan ovulatoar tidak memerlukan terapi,
sedangkan bila mendekati amenorea diusahakan dengan ovulasi.
7. Metroragia
• Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.
• Klasifikasi
• Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.
• Metroragia diluar kehamilan.
• Sebab-sebab
• Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh; carcinoma corpus
uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia,
endometritis haemorrhagia); hormonal.
• Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser,
ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakit akut maupun
kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan endometrium,
hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.
• Terapi
• Kuretase dan hormonal.
8. Menometrorargi
• Menometroragia adalah kelainan siklus pendarahan dari rahim yang
berlebihan dan berkepanjangan secara tidak teratur dan sering.
• Masalah ini terjadi pada sekitar 24% wanita berusia 40-50 tahun.
• Sebenarnya, menometroragia merupakan kombinasi dari dua
gangguan menstruasi, di antaranya:
• Menorrhagia atau pendarahan berat uterus ya yang terjadi secara
berkala
• Metrorrhagia atau pendarahan tidak teratur.
Tanda dan Gejala
• Darah menembus pembalut pada setiap jam selama kurun waktu
beberapa jam
• Pendarahan lebih dari 8 hari
• Pendarahan tak teratur atau di luar siklus menstruasi yang biasa
• Adanya gumpalan darah besar
• Nyeri punggung dan perut selama menstruasi
• Kelelahan, lemas, atau napas pendek yang dapat menjadi tanda bahwa
Anda kekurangan zat besi dalam darah sehingga menyebabkan anemia
Penanganan Awal
• il KB untuk mengatur kadar hormon Anda.
• Terapi progestin yang dapat membantu mengencerkan lapisan
rahim dan mengurangi aliran darah. Dokter akan
merekomendasikan progestin dalam bentuk pil untuk dikonsumsi
selama 21 hari dan kemudian berhenti selama 7 hari atau
menggunakan alat kontrasepsi IUD.
• Obat antiinflamasi nonsteroid yang dapat menghilangkan rasa
nyeri dan membantu membekukan darah sehingga mengurangi
alirannya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai