Anda di halaman 1dari 24

BAB 4

KONSELOR DALAM
KONSELING

MataKuliah : Psikologi Konseling


Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Oleh : Dr. Al. Suhadi, M.Pd

1
BAB 4
KONSELOR DALAM KONSELING
 Kepribadian konselor merupakan titik tumpu yang
berfungsi sebagai penyeimbang antara pengetahuan
mengenai dinamika perilaku dan ketrampilan terapeutik.
 Ketika titik tumpu ini kuat, pengetahuan dan ketrampilan
bekerja secara seimbang dengan kepribadian yang
berpengaruh pada perubahan perilaku positif dalam
konseling.
 Namun, ketika titik tumpu ini lemah, yaitu dalam
keadaan kepribadian konselor tidak banyak membantu,
maka pengetahuan dan ketrampilan konselor tidak akan
efektif digunakan, atau akan digunakan dalam cara-cara
yang merusak.

2
KUALITAS KONSELOR
 Kualitas konselor mencakup alasan
pentingnya kualitas itu bagi konseling,
deskripsi mengenai bagaimana kualitas itu
dimanifestasikan, dan hambatan-hambatan
dalam mewujudkan kualitas itu.
 Beberapa karakteristik kualitas
kepribadian konselor yang terkait dengan
keefektifan konseling.

3
1. Pengetahuan Mengenai Diri
Sendiri (Self-knowledge)
 Pentingnya pengetahuan konselor tentang dirinya sendiri
dengan alasan: Selfknowledge penting karena:
 Pertama, seorang konselor yang mengetahui persepsi
dirinya dengan baik cenderung untuk mengetahui
persepsi diri klien yang sedang dibantu.
 Kedua, ketrampilan konselor yang digunakan untuk
memahami dirinya adalah ketrampilan yang sama untuk
memahami diri klein.
 Ketiga, konselor yang telah memiliki ketrampilan yang
digunakan untuk memahami diri sendiri memungkinkan
konselor dapat mengajarkanya kepada klien.

4
(lanjutan)
 Keempat, pengetahuan diri sendiri memungkinkan
konselor merasakan dan berkomunikasi secara baik
dengan klien dalam konseling.
 Kualitas konselor yang tinggi tingkat pengetahuannya
terhadap diri sendiri, menunjukan karakteristik sebagai
berikut:
1. Menyadari kebutuhan sebagai konselor, harus
mengenal bahwa mereka menyadari akan kebutuhan
yang harus dicapai, seperti merasa penting, merasa
dibutuhkan, memiliki kelebihan, terkendali,
memiliki kekuasaan, dan tegas.

5
2. Menyadari perasaannya. Perasaan terluka, takut, marah, bersalah,
mencintai, atau sex menjadi bagian dari respon setiap konselor dalam
konseling
3. Menyadari apa yang membuat cemas selama konseling, dan cara yang
harus dilakukan untuk mengurangi kecemasan. Dalam konseling sering
terjadi adanya pertanyaan atau serangan terhadap konselor yang
dapat menimbulkan kecemasan seperti pertanyaan yang berkaitan dengan
pengetahuan, seksualitas, moral, nilai-nilai terapeutik, dsb.
4. Menyadari kelebihan dan kekurangan diri. Dengan kelebihannya,
konselor dapat meningkatkan wibawa dan pengaruhnya terhadap
klien, sementara kesadaraan akan kelemahan mendorong konselor
untuk senatiasa memperbaiki diri. Menyadari kelebihan dan kekurangan
diri. Dengan kelebihannya, konselor dapat meningkatkan wibawa
dan pengaruhnya terhadap klien, sementara kesadaraan akan
kelemahan mendorong konselor untuk senatiasa memperbaiki diri.

6
2. Kompetensi (Competence)
 Seorang konselor yang sentiasa berusaha menjadi lebih
kompeten memiliki ciri-ciri:
1. secara berkelanjutan senatiasa berusaha meningkatkan
pengetahuan tentang perilaku dan konseling antara lain
melalui bacaan, menghadiri konferensi atau seminar,
mengikuti pelatihan, berdiskusi dengan rekan sejawat.
2. senatiasa mencari pengalaman-pengalaman hidup yang
baru yang dapat membantunya meningkatkan kompentensi
dan mempertajam keterampilannya,
3. senantiasa mencoba berbagai gagasan dan pendekatan
dalam konseling
4. senantiasa melakukan penilaian dalam setiap langkah
konseling untuk mencapai keefektifan konseling
7
3. Kesehatan psikologi yang baik
 Karakteristik konselor yang memiliki keshatan psikologis yang baik
antara lain:
1. mencapai pemuasan kebutuhannya seperti kebutuhan rasa aman,
cinta, memelihara, kekuatan, seksual dan perhatian diluar
hubungan konseling
2. tidak membawa pengalaman masa lalu dan masalah pribadi diluar
konseling kedalam konseling
3. menyadari titik penyimpangan dan kelemahan yang dapat
membantu mengenal situasi yang terkait dengan masalah
4. tidak hanya mencapai kelestarian hidup,tetapi mencapai kehidupan
dalam kondisi yang baik.
 Salah satu kendala yang timbul adalah konselor membiarkan
ketakutan dan ketidakpuasan dan kehidupan pribadiannya menjadi
satu komunitas samaran (pseudocommunity) dalam konseling.

8
4. Dapat dipercaya (trustworthtness)

 Alasan pentingnya konselor dapat dipercaya, yaitu:


1. kepercayaan terhadap konselor diperlukan dalam
mencapai tujuan esensial konseling yaitu mendorong
klien agar menjadi dirinya sendiri
2. untuk memberikan jaminan kerahasiaan klien dalam
konseling
3. klien membutuhkan keyakinan untuk mempercayai
motivasi dan watak konselor
4. pengalaman klien terhadap konsistensi, peneriman, dan
kerahasiaan konselornya

9
(lanjutan)
 Konselor yang dapat dipercayai memiliki kualitas
sebagai berikut:
1. dapat dipercaya dan konsisten seperti dalam menepati janji
dalam setiap perjanjian konseling, dalam ucapan dan
perbuatan, dsb
2. baik secara verbal maupun nonverbal menyatakan jaminan
kerahasian klien
3. membuat klien tidak merasa menyesal membuka rahasia
dirinya
4. bertanggung jawab terhadap semua ucapannya dalam
konseling sehingga klien mendapatkan lingkungan yang
bersifat mendukung

10
5. Kejujuran ( honest )
 Kejujuran yang mutlak mempunyai makna bahwa seorang
konselor harus terbuka, otentik, dan sejati dalam
penampilannya.
 Karakteristik tersebut sangat penting dalam konseling,
mengingat beberapa alasan berikut ini.
 Pertama, transparansi atau keterbukan memudahkan konselor
dan kliennya berinteraksi dalam suasana keakraban psikologi,
 kedua, kejujuran memungkinkan konselor untuk memberikan
umpan balik yang belum diperhalus,
 ketiga, kejujuran konselor merupakan ajakan sejati kepada
klien untuk menjadi jujur,
 keempat, konselor dapat menjadi modal bagaimana menjadi
manusia jujur dengan cara-cara yang konstruktif.

11
6. Kekuatan atau daya ( Strength)

 Konselor dengan kekuatan yang baik memiliki kualitas sebagai


berikut:
1. mampu menetapkan batasan yang beralasan dan
mematuhinya untuk menetapkan hubungan yang baik dan
menggunakan waktu dan tenaga secara efesien
2. dapat mengatakan sesuatu yang sulit dan membuat
keputusan yang tidak popular
3. dapat tetap menjaga jarak dengan klien, untuk tidak terbawa
emosi yang timbul pada waktu konseling

12
7. Kehangatan ( warmth )
 Kehangatan mempunyai makna sebagai satu kondisi
yang mampu menjadi pihak yang ramah, peduli, dan
dapat menghibur orang lain.
 Kehangatan pada umumnya dikomunikasikan dengan
cara-cara nonverbal seperti tekanan suara, ekspresi mata,
mimic wajah, dan isyarat badan.
 Kehangatan diperlukan dalam konseling karena dapat
(a) dapat mencairkan kebekuan suasana, (b)
mengundang utuk berbagai pengalaman emosional, (c)
memungkinkan klien menjadi hangat dengan dirinya
sendiri
Kehangatan mempunyai makna sebagai satu kondisi yang
mampu menjadi pihak yang ramah, peduli, dan dapat
menghibur orang lain.

13
8. Pendengar yang aktif (Active
Responsiveness)

 Menjadi pendengar aktif merupakan


penengah antara perilaku hiperaktif yang
mengganggu dengan perilaku pasif dan
kebingunan.

14
9. Kesabaran
 Konselor yang sabar memiliki kualitas sebagai berikut:

1. memiliki toleransi terhadap ambiguitas (bermakna ganda)


yang terjadi dalam konseling sebagai konsekuensi dari
kompleksnya manusia,
2. mampu berdampingan dengan klien dan membiarkan untuk
mengikuti arahnya sendiri meskipun mungkin konselor
mengetahui adanya jalan yang lebih singkat,
3. tidak takut akan pemborosan waktu dalam minatnya
terhadap pertumbuhan klien,
4. dapat mempertahankan titikan dan pertanyaan yang akan
disampaikan dalam sesi dan digunakan kemudian. Pesan
yang diberikan kepada kliennya adalah “saya tidak peduli
siapa anda, apa anda dapat lakukan pada ego saya”.

15
10. Kepekaan (sensitivity)

 Kepekaan menjukkan karakteristik sebagai berikut:


1. peka terhadap reaksi dirinya sendiri dalam konseling,
membacanya secara refleks, terampil dan penuh
perhatian sebagaimana dilakukan terhadap klien,
2. mengetahui bilamana, dimana, dan berapa lama
melakukan penelusuran klien,
3. mengajukan pertanyaan dan mengaitkan informasi
yang dipandang mengacam oleh klien dengan cara-
cara yang arif,
4. peka terhadap hal-hal yang mudah tersentuh dalam
dirinya.
16
11. Kebebasan
 Kebebasan konselor sangat penting peranannya dalam konseling
karena:
1. konselor akan memahami klien lebih nyata,
2. membawa klien dalam hubungan yang lebih akrab,
3. mengurangi keinginan untuk melawan,
4. makin banyak kebebasan diciptakan dalam konseling,makin banyak
kebebasan klien dalam dirinya sendiri.

 Kebebasan konselor nampak dalam kualitas sebagai berikut:


1. menempatkan nilai tinggi terhadap kebebasan dalam hidupnya,
2. dapat membedakan antara manimplasi dan edukasi dalam konseling,
3. memahami perbedaan antara kebebasan yang dangkal dengan yang
sengguhnya dan membantu klien dalam konseling dengan menghargai
pebedaan itu,
4. mencoba dan menghargai kebebasan yang benar dalam hubungan konseling.

17
12. Kesadaran Holistik atau Utuh

 Pendekataan holistik dalam konseling ini sangat penting


karena manusia memiliki berbagai dimensi yang saling
terkait seperti fisik, emosional, social, intelektual,
seksual, dan moral-keagaman.
 Konselor yang dimiliki kesadaran holistic ditandai
dengan kualitas: (a) sangat menyadari akan dimensi
kepribadian dan kompleksitas keterkaitannya, (b)
mencari konsultasi secara tepat dan membuat rujukan
secara cerdas, (c) sangat akrab dan terbuka terhadap
berbagai teori tentang perilaku dan bahakan mungkin
memiliki teori sendiri.

18
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh
Konselor

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh konselor pemula agar


dapat berkembang menjadi konselor yang memiliki kompetensi
antara lain:
1. Kesehatan Psikologis
Konselor pemula tidak mutlak harus menjadi teladan
kesehatan psikologis klien. Konselor pemula harus secara bertahap
mengembangkan kondisi keshatan psikologisnya melalui
pengalaman dalam melaksanakan konseling.
2. Merugikan klien
Konselor pemula sering merasa khawatir apabila konseling
dapat merugikan klien. Secara perlahan seyogianya konselor pemula
dapat belajar untuk memperbaiki tindakannya dalam konseling.
19
3. Tanggung jawab Konselor
Para konselor pemula agar jangan terlalu terpengaruhnya oleh
kekhawatiran bahwa hal-hal yang terjadi diluar konseling
sepenuhnya menjadi tanggung jawab konselor.
4. Kepedulian dan Penerimaan
Konselor pemula senantiasa berusaha untuk melakukan
kepedulian dan penerimaan terhadap klien.
5. Kurang Pengalaman
Konselor pemula sering menghadapi masalah karena perasaan
kurang pengalaman.
6. Kegagalan
Kekhawatiran itu merupakan hal yang wajar akan tetapi apabia
terjadi terlalu berlebihan dapan mengganggu jalannya
konseling. Oleh karena itu dihimbau agar konselor pemula
selalu berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya dalam
konseling.

20
6. Kegagalan
Kekhawatiran itu merupakan hal yang wajar akan tetapi apabia
terjadi terlalu berlebihan dapan mengganggu jalannya konseling.
Oleh karena itu dihimbau agar konselor pemula selalu berhati-hati
dalam melaksanakan tugasnya dalam konseling.
7. Kesulitan tersembunyi
Kesulitan tersembunyi dalam konseling yang disadari oleh semua
konselor, terutama konselor pemula, antara lain:
a. berusaha terlalu banyak dan terlalu dini
b. lebih banyak mengajar daripada menciptakan hubungan
c. peneriman yang berlebihan
d. menampilkan masalah konseling kepada yang tidak
berpengalaman
e. kecenderungan untuk menampilkan “kepribadian
konseling”
f. merenungkan setelah sesi yang sulit
21
Kearifan Sebagai Satu Kualitas
Kepribadian Konselor
 Bahwa kearifan merupakan satu kualitas fundanmental
kepribadian konselor efektif. Berdasarkan karya Fred J. Hanna;
Rita Chi-Ying Chung dalam tulisannya yang berjudul “Toward
anew paradigm of multicultural counseling” dalam Journal of
Counseling and Development Volume. 77, Number 2, Spirng
1999. Diarahkan untuk kepentingan konseling multicultural,
namun pada dasarnya dapat diterapkan dalam berbagai tatanan
konseling.
 Selama bertahun-tahun, penelitian telah menujukan bahwa
karakteristik pribadi seorang konselor mempunyai pengaruh lebih
besar terhadap hasil konseling dibandingkan dengan pendekatan
atau teori yang digunakan oleh konselor ( Goldfried,Greenberg &
Marmar,1990; Lambbert,1992; Whinston & Sexton,1993 ).
22
Pengertian kearifan
 Bersamaan dengan makin menurutnya paradigma logical
positivisme dan behaviorisme radikal, konsep kearifan telah
mulai dikaji oleh para peneliti dalam bidang perkembangan dan
kecerdasan manusia ( DV Robison,1990 ).
 Baltes dan Smith (1990) mendefiniskan kearifan sebagai
“pengetahuan akhli” dalam “pragmatika hidup yang mendasar”
dan melibatkan “tilikan istimewa kedalam perkembangan
manusia dan masalah-masalah hidup”sebagaimana
halnya”keistimewaan timbangan yang baik”dalam kontes
“perencanaan hidup.

23
24

Anda mungkin juga menyukai