Anda di halaman 1dari 11

Abses submandibula, abses

sublingual dan abses submental

By: H. Maswan Daulay, S.Kep, Ns, M.Kes

Program Studi S-I. Keperwatan


Fakultas Kesehatan Universitas Efarina

Pematangsiantar
Anatomi dan fisiologi kelenjar submandibula

Kelenjar Submandibula
adalah sepasang kelenjar
yang terletak di rahang
bawah, di atas otot
digatrik
Produksi sekresinya adalah campuran serous dan mukous
dan masuk ke mulut melalui duktus Wharton.

Walaupun lebih kecil daripada kelenjar parotis, sekitar 70%


saliva di kavum oral diproduksi oleh kelenjar ini, 25%
parotis, 8% kelenjar mukosa kecil.

Selama merangsang sekresi kelenjar parotid menghasilkan


mayoritas air liur. Kelenjar submandibular dibagi menjadi
lobus superfisialis dan profunda, yang dipisahkan oleh otot
mylohyoid.
Ruang submandibula terdiri dari ruang sub lingual dan ruang
sub maksila. Ruang sublingual dengan ruang sub maksila di
pisahkan oleh otot mylohyoid. Ruang submaksila selanjutnya
dibagi lagi menjadi ruang sub mental dan ruang submaksila oleh
otot digastricus anterior

Sekresi sel-sel dari kelenjar submandibular memiliki fungsi


yang berbeda. Sel-sel mukosa adalah yang paling aktif dan
karena itu produk utama dari kelenjar submandibula adalah air
liur. Secara khusus, sel-sel serosa menghasilkan amilase saliva,
yang membantu dalam pemecahan pati di mulut. Lendir sel-sel
mensekresikan mucin yang membantu dalam pelumasan dari
lobus makanan karena perjalanan melalui kerongkongan
Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai
pus pada daerah submandibula. Keadaan ini merupakan salah
satu infeksi pada leher bagian dalam (deep neck infection). Pada
umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula berasal dari
proses infeksi gigi, dasar mulut, faring, dan kelenjar limfe
submandibula. Mungkin juga infeksi dari ruang dalam leher
yang lain.

Akhir-akhir ini abses leher bagian dalam termasuk abses


submandibula sudah semakin jarang dijumpai. Hal ini
disebabkan penggunaan antibiotik yang luas dan kesehatan
mulut yang meningkat. Walaupun demikian angka morbiditas
yang timbul akibat abses submandibula masih cukup tinggi
sehingga diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat sangat
diperlukan.
Etiologi Abses Submandibula

Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring,


kelenjar limfe submandibula. Sebanyak 61% kasus abses
submandibula disebabkan oleh infeksi gigi. Infeksi pada gigi
berasal dari gigi molar kedua dan ketiga dari mandibula, jika
apeksnya ditemukan dibawah perlekatan dari muskulus
mylohyoid.

Infeksi dari gigi dapat menyebar ke ruang submandibula melalui


beberapa jalan yaitu, secara langsung melalui pinggir mylohyoid,
posterior dari ruang sublingual, periostitis dan melalui ruang
mastikor.
Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh
campuran berbagai kuman, baik aerob, anaerob, maupun
fakultatif anaerob. Kuman aerob yang sering ditemukan adalah
Staphilococcus, Streptococcus sp, Haemofilus influenza,
Streptococcus pneumonia, Moraxtella catarrhalis, Klebsiella
sp, dan Neisseria sp.

Kuman anaerob yang sering ditemukan pada abses leher


dalam adalah kelompok batang gram negatif, seperti
Bacteroides, Prevotella, maupun Fusobacterium.
Penegakan Diagnosa

Terdapat demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di


bawah mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin
berfluktuasi. Trismus sering ditemukan.

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium, Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan


leukositosis. Aspirasi material yang bernanah (purulrnt)
dpt dikirim untuk dibiakkan guna uji resistenantibiotik.

2. Radiologis,
a. Rotgen jaringan lunak kepala AP
b. Rotgen panoramik dilakukan apabila penyebab abses
submandibula berasal dari gigi.

c. Rotgen thoraks  perlu dilakukan untuk evaluasi


mediastinum, emphisema subkutis, pendorongan saluran
nafas, dan pneumonia akibat aspirasi abses.

d. Tomografi komputer (CT-Scan)  CT scan dengan


kontras merupakan pemeriksaan baku emas pada abses
leher dalam. Biasanya gambaran abses yang tampak adalah
lesi dengan hipodens (intensitas rendah), batas yang lebih
jelas, dan kadang ada air fluid level.
Penatalaksanaan

Terapi yg diberikan pada abses submandibula adalah;


I. Antibiotik (parenteral).
Utk mendapatkan jenis antibiotik yg sesuai dg kuman
penyebab, uji kepekaan perlu dilakukan.
Namun, pemberian antibiotik scra parenteral sebaiknya
diberikan secepatnya tanpa menunggu hasil kultur pus.
Antibiotik kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob dan
aerob, gram positif dan gram negatif) adalah pilihan terbaik
mengingat kuman penyebabnya adalah campuran dari berbagai
kuman. Secara empiris kombinasi ceftriaxone dengan
metronidazole masih cukup baik. Setelah hasil uji sensitivitas
kultur pus telah didapat pemberian antibiotik dapat disesuaikan.
Berdasarkan uji kepekaan, kuman aerob memiliki angka
sensitifitas tinggi terhadap ceforazone sulbactam,
moxyfloxacine, ceforazone, ceftriaxone, yaitu lebih dari 70% .
Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih
tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif. Antibiotik
biasanya dilakukan selama lebih kurang 10 hari.

II. Bila abses telah trbntk, maka evakuai abses dpt dilakukan.
Evakuasi abses dapat dilakukan dlm anastesi lokal utk abses yg
dangkal & terlokalisasi atau eksplorasi dlm narkosis bila letak
abses dlm dan luas. Insisi dibuat pd tmpt yg paling berfluktuasi
atau setinggi os hioid, tergantung letak dan luas abses. Bila abses
blm trbntk, dilakukan penatalaksanaan secara konservatif dgn
antibiotik IV, setelah abses terbentuk (biasanya dalam 48-72 jam)
maka evakuasi abses dpt dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai