Anda di halaman 1dari 26

Permasalahan Etik Paliatif:

Euthanasia
Decisions at the end of life
What is Euthanasia?
Euthanasia means “a good death,”
or “dying well.”
◦ What is a good death?
 Peaceful
 Painless
 Lucid
 With loved ones gathered around
Some Initial Distinctions

Active vs. Passive Euthanasia

Voluntary, Non-voluntary, and


Involuntary Euthanasia

Assisted vs. Unassisted Euthanasia


Active vs. Passive Euthanasia
Euthanasia aktif -- di mana
seseorang menggunakan cara aktif,
seperti suntikan mematikan, untuk
membawa kematian seseorang;
Euthanasia pasif --di mana
seseorang hanya menolak untuk
campur tangan untuk mencegah
kematian seseorang.
Kritik terhadap Perbedaan Aktif /
Pasif dalam Euthanasia
Garis pemisah yang tidak jelas antara aktif
dan pasif, tergantung pada pengertian
"perawatan normal"

Prinsip efek ganda

Apakah euthanasia pasif terkadang


menyebabkan lebih banyak penderitaan?
Belas kasih atas Penderitaan
Pertanyaan paling penting ketika
kehidupan berakhir adalah:
bagaimana kita menanggapi
penderitaan?
◦ Hospis dan perawatan paliatif
◦ Obat penghilang rasa sakit yang agresif
◦ Duduk bersama yang sekarat
◦ Euthanasia
Kesucian Hidup
Hidup adalah anugerah dari Tuhan
Rasa hormat untuk hidup adalah yang
terpenting
Pentingnya kepribadian
Pendekatan Hukum Alam
Pentingnya melayani orang sakit dan
sekarat
Melihat kehidupan sebagai "tak ternilai"
Menghormati kehidupan setelah proses
kematian dimulai
The Quality of Life
Peter Singer - kualitas hidup yang rendah
membenarkan mengakhiri kehidupan
TAPI apa kualitas hidup - apakah lebih
dari yang dapat dinilai secara medis?
Apakah luar biasa berarti meningkatkan
kualitas hidup seorang pasien?
Penolakan perawatan medis
The Right to Die
◦ Apakah kita punya hak untuk mati?
◦ Hak negatif (orang lain tidak boleh ikut
campur)
◦ Hak positif (yang lain harus membantu)
◦ Apakah kita memiliki tubuh kita sendiri dan
hidup kita? Jika kita memiliki tubuh kita
sendiri, apakah itu memberi kita hak untuk
melakukan apa pun yang kita inginkan
dengan mereka?
◦ Bukankah itu kejam membiarkan orang
menderita tanpa tujuan?
Two ethical approaches
PendekatanUtilitarian, yang
menekankan konsekuensi

PendekatanKantian, yang
menekankan otonomi, hak, dan rasa
hormat
What is a good death?
Jeremy Bentham?
◦ Utilitarian hedonis:
◦ kematian yang baik adalah kematian tanpa rasa sakit.

John Stuart Mill


◦ Para utilitarianis Eudaimonistik:
◦ kematian yang baik adalah kematian yang bahagia.
Euthanasia and personal autonomy
John Stuart Mill - dalam hal-hal yang
tidak menyangkut orang lain, individu
harus memiliki otonomi penuh
Haruskah seorang dewasa yang kompeten
diizinkan untuk memutuskan waktu dan
keadaan kematian mereka?
The Kantian Model
Wawasan sentral: orang tidak
dapat diperlakukan seperti hal-hal
belaka.
Key notions:
◦ Otonomi & Martabat
◦ Menghormati
◦ Hak
Autonomy & Respect
Kant merasa bahwa manusia itu khas:
mereka memiliki kemampuan untuk berpikir
dan kemampuan untuk memutuskan atas
dasar alasan itu.

Otonomi = kebebasan + alasan

Otonomi untuk Kant adalah kemampuan


untuk memaksakan alasan secara bebas
pada diri sendiri.
Autonomy: Who Decides?
Kantians menekankan pentingnya hak
pasien untuk memutuskan

Utilitarianhanya melihat konsekuensi


- tetapi dapat membenarkan terlalu
banyak, karena tidak ada
perlindungan untuk minoritas atau
pengamanan hak-hak individu
Conclusion
Banyak ketidaksetujuan etis tentang
keputusan akhir-hidup dapat dilihat
sebagai hasil dari kerangka etis yang
berbeda, terutama Kantian vs.
Utilitarian.
atau Kualitas Hidup vs. Kesucian hidup
Jenis Euthanasia
 Euthanasia aktif: seseorang (profesional kesehatan)
bertindak secara langsung dan aktif, sengaja
menyebabkan kematian pasien — misalnya, dengan
menyuntikkan obat penenang dalam dosis besar.
 Euthanasia pasif: tenaga profesional kesehatan tidak
secara langsung bertindak dalam mengakhiri nyawa
pasien, mereka hanya memungkinkan pasien untuk
meninggal dunia dengan alpanya kehadiran fasilitas
medis — misalnya, memberhentikan atau menahan opsi
pengobatan.
Euthanasia pasif
Memberhentikan pengobatan: misalnya,
mematikan mesin yang menjaga seseorang hidup,
sehingga mereka meninggal dari penyakit
mereka.
Menahan pengobatan: misalnya, tidak melakukan
operasi yang akan memperpanjang hidup untuk
waktu yang singkat atau perintah DNR (Do Not
Resuscitate) — dokter tidak diperlukan untuk
menyadarkan pasien jika jantung mereka berhenti
dan dirancang untuk mencegah penderitaan yang
tidak perlu.
 Euthanasia volunter: 
◦ terjadi atas permintaan pasien kompeten. Pasien sepenuhnya menyadari kondisi penyakitnya/sudah
diinformasikan, mengerti apa kemungkinan masa depan dari penyakitnya, menyadari manfaat dan risiko
yang terkait dengan pilihan pengobatan penyakitnya, dan dapat mengkomunikasikan keinginan mereka
dengan jelas tanpa di bawah pengaruh siapapun, dan meminta bantuan profesional medis untuk
mengakhiri nyawanya.
 Euthanasia non-volunter: 
◦ terjadi ketika pasien berada dalam kondisi tidak sadar atau tidak mampu untuk membuat pilihan otonomik
antara hidup dan mati (misalnya, bayi yang baru lahir atau seseorang dengan intelegensi rendah, pasien
dalam koma panjang atau mengalami kerusakan otak parah), dan keputusan dibuat oleh orang lain yang
berkompeten atas nama pasien, mungkin sesuai dengan dokumen warisan tertulis mereka, atau pasien
sebelumnya pernah menyatakan secara verbal keinginan untuk mati. Praktik ini juga mencakup kasus di
mana pasien merupakan anak yang mampu dan kompeten untuk mengambil keputusan secara mental dan
emosional, tapi dianggap tidak cukup umur oleh hukum untuk membuat keputusan hidup dan mati,
sehingga orang lain harus membuat keputusan atas nama mereka di mata hukum.

 Euthanasia involunter: 
◦ alias paksaan, terjadi saat pihak lain mengakhiri nyawa pasien melawan pernyataan keinginan asli
mereka. Misalnya, meski si pasien ingin terus bertahan hidup meski dengan kondisi menderita, pihak
keluarganya meminta dokter untuk mengakhiri hidupnya. Euthanasia involunter hampir selalu dianggap
sebagai pembunuhan.
Di mana saja euthanasia dianggap
legal untuk dilakukan?
Di Belanda, euthanasia dan tindakan bunuh
diri yang dibantu tenaga medis (physician-
assisted suicide,/PAS) diizinkan oleh
hukum, --protokol hukum yang jelas.
Di Oregon, Amerika Serikat, PAS dgn obat
resep.
Di Washington DC, Amerika Serikat,
dokter boleh suntik mati /mendampingi
PAS overdosis obat
Di Belgia, “membunuh atas nama medis dan belas
kasih” diizinkan
Di Swiss, PAS diperbolehkan, di bawah undang-
undang yang aktif lebih dari 600 tahun. Pasien,
termasuk pengunjung dari negara lain, dapat
dibantu oleh anggota dari organisasi Dignitas untuk
mengakhiri hidup mereka.
Untuk waktu singkat, euthanasia dan PAS diizinkan
di Australia Utara dan tujuh orang mengakhiri
hidup mereka dengan cara ini, sebelum Pemerintah
Federal Australia membatalkan hukum tersebut.
syarat dan ketentuan bagi pasien
untuk meminta prosedur
euthanasia
Deklarasi World Federation of Right to Die
Societies tahun 1998 Zurich menyatakan
bahwa orang-orang “yang menderita
kesengsaraan yang melumpuhkan” memenuhi
syarat untuk meminta asistensi bunuh diri.
--seseorang tidak perlu mengidap penyakit
terminal agar memenuhi syarat menjalani
euthanasia atau PAS, asalkan “penderitaannya
tidak tertahankan”.
Definisi dari “penderitaan yang tidak
tertahankan” terbuka untuk interpretasi.
Menurut Mahkamah Agung Belanda,
penderitaan didefinisikan sebagai
kesengsaraan baik fisik dan psikologis,
sedangkan undang-undang Belgia
menyatakan bahwa “pasien yang meminta
euthanasia harus berada dalam situasi medis
putus asa dan terus-menerus menderita
secara fisik atau psikologis.”
Euthanasia tergolong ke
dalam hukum pidana Indonesia
Belum ada undang-undang atau peraturan
pemerintah yang spesifik mencantumkan
legalitas euthanasia di Indonesia sampai
saat ini.
Namun, secara yuridis formal dalam hukum
pidana positif di Indonesia hanya dikenal
satu bentuk euthanasia, --euthanasia atas
permintaan pasien/korban itu sendiri
(voluntary euthanasia), --Pasal 344 KUHP
Pasal 344 KUHP:
“Barang siapa merampas nyawa orang
lain atas permintaan orang itu sendiri
yang jelas dinyatakan dengan
kesungguhan hati diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun”.
Euthanasia non-volunter
metode euthanasia ini paling mungkin (atau
mendekati) dianggap pembunuhan biasa
(pasal 338 KUHP), pembunuhan berencana
(Pasal 340 KUHP), penganiayaan dengan
bahan berbahaya (Pasal 356 KHUP), atau
kelalaian yang berujung kematian (Pasal
304 dan Pasal 306).
Dengan demikian, tindakan medis tetap
digolongkan sebagai tindak pidana.

Anda mungkin juga menyukai