Anda di halaman 1dari 23

Agama sebagai

Sumber Moral
Pendahuluan
 Agama mengatur khidupan manusia
 Dunia dan akhirat
 Dasarnya Iman, Ingat, Ihsan
 Iman (aktifitas hati), Ingat (aktifitas
fikir, ilmu), Ihsan (aktifitas fisik
seperti ibadah, amal sholeh)
 Mendominasi  Nafsu
NAFSU
 NAFSUada pada manusia setelah bercampur JASAD
dan RUH (7:172. 39:42)
 JASAD + RUH = NAFSU
 JASAD – RUH (tidur) = TIDAK ADA NAFSU
 RUH – JASAD (mati) = TIDAK ADA NAFSU
 Nafsuyang pertama ada adalah nafsu yang mengakui
Allah SWT sebagai Tuhan
 7:172

ُ ‫َوأَ ْشهَ َدهُ ْم َعلَى أَ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَس‬


‫ْت ِب َربِّ ُك ْم قَالُوا بَلَى َش ِه ْدنَا‬
Fluktuatif
 Kondisi jiwa manusia tidak pernah statik, tapi
dinamik (fluktuatif)
 Saat dzikir menonjol  nafsu akan tenang 13:28
 Saat akal menonjol  nafsu terombang-ambing
 Saat syahwat menonjol  nafsu tak terkawal
 Mengawal jiwa sangat penting dalam kehidupan
muslim  selamat dunia akhirat
RUH dan HAWA
 Ruh
 Allah SWT memuliakan ruh sehingga
menyandingkan ruh dengan DiriNya
(32:9) ِ ‫وحه‬
ِ ‫( ُر‬ruhNya)
 Iniseperti pada kalimat‫ب يتهللا ت ع ا لى‬
(rumah Allah Ta’ala) dan‫ن اقة هللا ت ع ا لى‬
(unta Allah Ta’ala)
 Juga sebagai pemberitahuan bahwa ruh
itu adalah makhluk yang menakjubkan
dan ciptaan yang belum pernah ada
sebelumnya
RUH dan HAWA (Lanjutan…)
 Hawa ( ‫)ا لهو‬
‫ى‬
 Berarti KEINGINAN: baik ataupun buruk
 Mengikuti hawa berarti mengikuti apa saja
keinginannya, baik ataupun buruk, tanpa
batasan
 Ia seperti BINATANG
 Ada manusia yang menuhankan hawa-nya
(25:43, 45:23) ُ ‫( إِ َل َههُ َه َواه‬tidak ada yang
sesuatu yang diingini kecuali diikutinya)
Ruh Mendominasi Hawa
 Jika kondisi RUH kita dominan atas hawa:
 Manusia akan ringan untuk beribadah, berkorban,
berjihad, dll
 Hilanglah kemalasan untuk beribadah
 Jiwanya menjadi tenang karena banyak dzikrullah
(13:28)
 Mampu mencegah dari perbuatan keji dan munkar
(29:45)
 Oleh karena itu, agar kondisi ini (ruh dominan atas
hawa) maka PERLU MEMPERBANYAK DZIKRULLAH
 Jiwa yang selalu tenang itu disebut dengan‫اَ لنَّ ْف ُس‬
ْ ‫اَ ْل ُم‬
)30-89:27( ‫ط َمئِنَّ ُة‬
ْ ‫س اَ ْل ُم‬
ُ‫ط َمئِنَّة‬ ُ ‫اَلنَّ ْف‬
 ‫ َواتِّ َك َل َعلَيْه‬، ‫سلِ َم ألَ ْم ِر ِه‬ ُ ‫ط َمأَنَّتْ نَ ْف‬
َ َ‫ ف‬، ‫سهُ إِلَى هللاِ تَ َعالَى‬ ْ ‫َحا ٌل َم ِن ا‬
(keadaan orang yang jiwanya tenang kepada
Allah Ta’ala, sehingga ia menerima perintahNya
dan bertawakkal kepadaNya)
 Jiwa yang tenang dan yakin: yakin bahwa Allah
adalah Tuhannya, maka ia tunduk kepadaNya
 Jiwa yang meyakini dan tenang dengan pahala
Allah
 Jiwa yang ridho dengan ketetapan Allah
ْ ‫س اَ ْل ُم‬
ُ‫ط َمئِنَّة‬ ُ ‫اَلنَّ ْف‬
 Jiwa ini, istiqamah di atas taubatnya
hingga akhir kehidupan, lalu menyusuli
kekurangannya dan tidak berkeinginan
untuk mengulangi dosa-dosanya, kecuali
ketergelinciran yang tidak dapat dihindari
kecuali oleh para Nabi
 Ia dapat juga tidak terlepas dari
perlawanan hawa nafsu tetapi serius
dalam melakukan mujahadah dan
menentangnya
Panggilan Mulia
 Panggilan oleh malaikat dengan
ungkapan seperti pada ayat-ayat
dilakukan 2 kali: menjelang ajal dan
saat dibangkitkan dari kubur
 Allahmemanggil dengan panggilan yang
sangat lembut dan mulia
 Tempat kembali (rumahnya): di sisi
Allah + kepuasan
 Kawan-kawannya: hamba-hamba Allah
 Masuk sorga
Wafatnya Ibnu Abbas
 Saat Ibnu Abbas wafat di Thaif,
terbanglah makhluk yang tidak pernah
terlihat sebelumnya berbentuk seperti
Ibnu Abbas. Makhluk itu masuk ke
dalam katilnya dan tidak pernah
kelihatan lagi keluar dari padanya.
Ketika jenazah Ibnu Abbas diletakkan
di dalam liang kuburnya, terdengarlah
ada yang membaca ayat tersebut di
pinggir kuburnya tanpa ada yang
mengetahui siapa yang membacanya
(Ibnu Abu Hatim)
Abu Hasyim
 Dalam buku Kitabul ‘Aja’ib (Ibnul Mundzir al-Harawi)
disebutkan:
 Abu Hisyam (Qabbats bin Razin) menceritakan: kami ditawan
di negeri Romawi dan mengumpulkan semua tawanan, serta
menawarkan agamanya. Siapa yang menentang, dipenggal
kepalanya. Sudah tiga yang murtad. Saat dipenggal yang
keempat, kepalanya dilempar ke sungai. Semula tenggelam
lalu mengambang, memandang semua kawan yang telah
murtad, memanggil satu per satu, lalu membacakan ayat-
ayat tersebut, lalu tenggelam lagi. Hampir semua orang
nasrani masuk Islam dan bertobatlah ketiga temannya itu.
Khalifah Abu Ja’far al-Mansur mengirim pasukan untuk
membebaskan mereka
Doa Memohon Jiwa yang Tenang

،ً‫ك ُمطْ َمئِنَّة‬ ِ


َ ً َ َ ْ ‫ إ‬،‫اللّ ُه َّم‬
‫ب‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫ف‬
ْ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ل‬
َُ‫أ‬‫َس‬‫أ‬ ‫ي‬ ِّ
‫ن‬ ِ
‫ َوَت ْقنَ ُع‬،‫ك‬ ِ ِ
َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ‫ُت ْؤ‬
‫ائ‬ ‫ض‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ت‬‫و‬ ، ‫ك‬ ِ
‫ائ‬ ‫ق‬ ِ
‫ل‬ ِ
‫ب‬ ‫ن‬‫م‬ِ
‫ك‬ ِ
َ َ‫ب‬
‫ائ‬َ‫ط‬ ‫ع‬ِ
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu jiwa yang
tenang kepadaMu, yakin dengan pertemuanMu, ridho
dengan ketetapanMu, dan qana’ah dengan pemberianMu
Dzikir dalam Semua Kondisi

 3:191 mengarahkan agar dzikir dalam segala


kondisi (berdiri, duduk, berbaring)
 Kedudukan dzikir
1. Bahan dan jalan untuk mencapai
kebahagiaan (‫)م َّادةُ ا َّلس َع َاد ِة َو َس بِْيلُ َها‬
َ
2. Benteng dari godaan syaitan dan
‫صُنا َّلنْف ِس َعْن َن ْز َعِ ا‬
bisikannya (ِ‫ات لشَّْيطَ ِان َوَو ْس َو َس تِه‬ ِ
ْ ‫)ح‬
3. Senjata dan perisai mu’min (ُ‫)س َال ُح ا ْلُمْؤِمنَو ُج نَّتُه‬ ِ
RUH – HAWA Sama Dominan
 Ada dua keadaan
1. Ia menempuh jalan istiqamah dan induk-induk
ketaatan dan meninggalkan semua dosa besar,
tetapi tidak dapat terlepas dari dosa-dosa yang
membelitnya, meskipun dia tidak sengaja
melakukannya, lalu menyesalinya
2. Bertahan di atas istiqamah tapi beberapa saat
kemudian dikalahkan oleh syahwat dalam
sebagian dosa sehingga dia melakukannya
secara sengaja dan dengan syahwat karena
ketidakmampuan mengalahkan syahwat, tapi ia
tetap tekun melakukan ketaatan
‫النَّ ْفس اللَّ َّوا َمة‬
 Keadaan 2 disebut NAFSU LAWWAMAH
(jiwa yang selalu mencela berbagai
keadaan tercela yang tidak disengaja)
75:2
 Tingkatannya di bawah nafsu
muthmainnah
 Ia mesti memperbanyak kebaikan agar
memperberat timbangan amal baiknya
 53:32 setiap dosa kecil yang tidak
disengaja disebut lamam yang dimaafkan
‫النَّ ْفس اللَّ َّوا َمة‬

 Allah tetap memuji jiwa ini sekalipun mereka


menganiaya diri sendiri (3:135)
 Sabda Nabi SAW

ً‫َحيَانا‬ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫َحيَاناً َويَم ْي ُل أ‬
ْ ‫الس ْن ُبلَة يَف ْيءُ أ‬
ُّ ‫اَل ُْم ْؤم ُن َك‬
Mu’min itu seperti benih, kadang kembali lurus dan
kadang condong (HR Ibnu Ya’la dan Ibnu Hibban)
ُ‫النَّ ْفسُ ْال ُم َس ِّولَة‬

 Keadaan 3 disebut ‫( ا لنَّ ْف ُسا ْل ُم َس ِّولَ ُة‬jiwa yang selalu


menggoda) 9:102
 Ia berada di tepi antara nafsu yang di atas, dengan
nafsu yang di bawah (akan dijelaskan kemudian)
 Ketekunannya dalam ketaatan dan kebenciannya terhadap
dosa menimbulkan harapan taubatnya diterima Allah
 Penundaan taubat akan sangat berbahaya, jika sebelum
bertaubat sudah dicabut nyawanya
 Jika syahwatnya terus menguasainya, maka ia jatuh nafsu
yang rendah
HAWA Mendominasi RUH

 Mungkin pernah bertaubat, tapi sesaat


kemudian kembali melakukan dosa atau
banyak dosa tanpa berhasrat untuk bertaubat,
tanpa menyesali perbuatannya, bahkan
tenggelam dalam dosa (25:43, 45:23)
 Jiwa ini disebut ‫( اَ لنَّ ْف ُس ْا َأل َّما َرةُ بِ ا لس ُّْو ِء‬jiwa yang
selalu memerintahkan kejahatan), yang lari
dari kebaikan
Didustakan atau Dibunuh

 Inilah perilaku Bani Israil:


 Setiap datang seorang rasul kepada
mereka dengan membawa apa yang
tidak diingini oleh hawa nafsu
mereka, (maka) sebagian dari rasul-
rasul itu mereka dustakan dan sebagian
yang lain mereka bunuh (2:87, 5:70)
 Hawa nafsu yang mendominasi mereka
membuat mereka sombong dan ingkar
lalu mendustakan atau membunuh
Potensi Su’ul Khatimah

 Jiwa ini dikhawatirkan menemui su’ul-


khatimah dan urusannya terserah Allah
 Jika diakhiri dengan keburukan maka
menjadi orang yang celaka selama-
lamanya
 Jika diakhiri dengan kebaikan hingga mati
di atas tauhid, maka masih punya
penantian dibebaskan dari neraka
sekalipun setelah beberapa waktu, dan
tidak mustahil termasuk dalam
pengampunan umum disebabkan oleh hal
tersembunyi yang tidak kita ketahui
Mujahadah
 Agar jiwa tetap berada dalam
kondisi muthmainnah, mesti ada
kesadaran yang terus-menerus
( ‫)ا ِ ْنإلتِبَاهُ ا ل َّدائِ ُم‬
 Ini memerlukan dzikir yang juga
terus-menerus (‫ ) َد َوائِ ُم ا ل ِّذ ْك ِر‬dengan
dibarengi keyakinan akan dampak
dan manfaat dzikir
 Initidak mudah, mesti dengan
MUJAHADAH
‫وهللا أعلم بالصواب‬

Anda mungkin juga menyukai