Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

Case report of secondary syphilis in a fifteen-year-old boy

Disusun Oleh:
Immaculata Agata B. R. D. 1910221035
Noreka Azizah H 1910221050

PEMBIMBING:
dr. Wendy Marlin Posumah, Sp.KK, M.kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
IDENTITAS JURNAL
01. Case Report
ANAMNESIS
UMUR: 15
GENDER: Laki-laki
ALERGI: (-)

KELUHAN UTAMA:
Pembengkakan pada
penis sejak 1 bulan lalu

RPS RPD RPSos

Gejala lain (-) Riwayat genital ulcer Putus sekolah, bekerja


(-) membantu ayah
Belum pernah (pekerjaan kuli)
hubungan seksual
PEMERIKSAAN FISIK

Generalized
lymphadenopathy (+)

Kondiloma lata (+) pada


preputium penis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Titer Venereal Treponema


Disease Pallidum
Research Particle
Laboratory Agglutination
(VDRL) 1:128 (TPPA) (+)
Urinalisis, uji Uji antigen-
fungsi hati, uji antibodi HIV (-),
fungsi ginjal dbn uji antigen
Hepatitis B (-)
Benzathine penicillin
dosis tunggal 2.4juta
unit IM

Reaksi Jarisch-
TATA Herxheimer (-)
LAKSANA
Lesi pada penis sembuh
setelah 1 minggu tata
laksana

Sifilis sekunder DIAGNOS


IS
FOLLOW-UP

BULAN 3 TAHUN 1
Titer VDRL 1:8 Titer VDRL 1:2

BULAN 6 TAHUN 2
Titer VDRL non-
Titer VDRL 1:4
reaktif
● Diagnosis sifilis sekunder
biasanya berdasarkan ● Tata laksana sifilis berbasis
manifestasi klinis dan uji penicillin (sensitivitas tinggi
serologis; histologi dan terhadap T. pallidum);
mikrobiologi tidak perlu. konsentrasi serum penicillin
0,018 mg/L selama 7-10 hari.
● Bila manifestasi klinis tidak
diobati, biasanya berkurang ● Walaupun sifilis bisa
sendiri dalam 2 tahun. ditularkan melalui kontak non-
seksual, mengingat keadaan
● Kondiloma lata sosial pasien (supervisi
mengonfirmasi diagnosis, orangtua rendah), ada
biasanya muncul pada area DISKUSI kemungkinan riwayat
lembab (preputium, skrotum, pelecehan seksual  pada
regio perianal), seperti papul kasus ini tidak bisa
hipertrofi  lesi seperti kutil. diinvestigasi lebih lanjut akibat
penyangkalan dari pasien dan
orangtua.
Pasien anak-anak dengan manifestasi
klinis IMS kemungkinan besar

KESIMPULAN memiliki riwayat pelecehan seksual,


sehingga pada pemeriksaan klinis
pasien tersebut sebaiknya didampingi
oleh pihak perlindungan anak.
CLINICAL
SCIENCE 02.
DEFINISI
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebab-
kan oleh Treponema palladium dengan sifat,
yaitu: kronis, dapat menyerupai macam-
macam penyakit, ada masa laten dan dapat
rekuren
TREPONEMA
PALIDUM
• Treponema pallidum : ordo Spirochaetales,
familia Spirochaetaceae, dan genus
Treponema.
• Bentuk Spiral: Panjang: 6 -15 μ, Lebar: 0,25
μ, lilitan: 9 – 24 lekukan
• Gerakan rotasi sepanjang aksis dan maju
seperti gerakan pembuka botol.
• Membiak secara pembelahan melintang, pada
stadium aktif terjadi setiap 30 jam
• Dalam darah transfusi dapat hidup 72 jam
– Ibu ke janin (sifilis
congenital)
PENULARA – Hubungan seksual
N – Luka
– Transfusi darah
– Jarum suntik.
KLASIFIKASI

Dini, Lanjut,
KONGENITAL
Stigmata

SIFILIS

DIDAPAT
Primer, Sekunder, Laten,
(AKUISITA)
Tersier,
GEJALA
KLINIS
STADIUM
PRIMER

• Tukak dapat terjadi dimana saja di


daerah genitalia eksterna, 3
minggu setelah kontak.
• Lesi awal biasanya berupa papul
 erosi  ulkus durum, teraba
keras terdapat indurasi.
• Bagian yang mengelilingi lesi
meninggi dan keras.
• Pada ♂ tempat yang sering dikenai
: sulkus koronarius, pada ♀ di labia
minor dan mayor. Di ekstragenital:
lidah, tonsil, dan anus.
• Pada ♂ selalu disertai
pembesaran kelenjar limfe inguinal
medial unilateral/bilateral
STADIUM
SEKUNDER
• Biasanya S II timbul setelah 6-8
minggu sejak S I dan sejumlah
sepertiga kasus masih disertai S I.
• Lama S II dapat sampai 9 bulan .
• Gejalanya umumnya tidak
berat, berupa anoreksia, turunnya
berat badan, malese, nyeri kepala,
demam, dan artralgia. Juga
adanya kelainan kulit dan selaput
lendir dapat diduga sifilis
sekunder.
Lesi kulit biasanya simetris: roseola, papul, pustul dan bentuk lainnya.
Jarang dijumpai keluhan gatal.
Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai penyakit kulit: the great imitator.
SII dapat memberi kelainan pada mukosa, kelenjar getah bening, mata, hepar,
tulang, dan saraf.
Kelainan pada mukosa
– Berupa mucous path, berbentuk bulat, kemerahan dan dapat menjadi ulkus.
– Terdapat pada mukosa bibir, pipi, laring, tonsil, dan mukosa genitalia.

Kelainan pada kelenjar


– Berupa pembesaran kelenjar dengan sifat S I dan mengenai seluruh KGB

Kelainan pada organ-organ lain


Sifilis Sekunder

Kondilomata lata Plaques Muqueuses


STADIUM TERSIER

Lesi pertama umumnya terlihat


antara tiga sampai sepuluh tahun
setelah S I. Kelainan yang khas
ialah guma, yakni infiltrat
sirkumskrip, kronis, biasanya
melunak, dan destruktif.
Dapat menyarang mukosa,tulang
dan alat dalam
Gumma Nasal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan T. Pallidum
● Mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan pergerakannya dengan microskop lapangan gelap.
Treponema tampak berwarna putih pada latar belakang gelap. Pergerakannya memutar terhadap sumbunya,
bergerak perlahan-lahan melintasi lapangan pada pandangan, jika tidak bergerak cepat seperti Borrelia
vincentii penyebab stomatitis.
● Pemeriksaan lain dengan pewarna menurut Buri, tidak dapat dilihat pergerakannya karena treponema
tersebut telah mati, jadi hanya tampak bentuknya saja.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan serologis dibagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan non treponema
(uji Wassermann, Rapid Plasma Reagin, Venereal Disease Research
laboratory) dan pemeriksaan treponema (TPPA, FTA-Abs, MHA-TP/TPHA,
RPCF, uji Western Blot).

●Rapid plasma reagin (RPR), dan Venereal Disease Reaserch Laboratoris


(VDRL)  murah dan cepat namun tidak spesifik. RPR dan VDRL diikuti
oleh test yang lebih spesifik yaitu Treponemal palidum haemoglutination
assay (TPHA) dan Fluorecent treponemal antibody absorption test (FTA-
Abs),

●Pada neurosifilis dilakukan test dengan menemukan leukosit dalam jumlah


tinggi dan adanya protein abnormal yang tinggi pada LCS.
TATA LAKSANA

 Pengobatan dimulai sedini mungkin, makin


dini hasilnya makin baik. Mitra seksualnya
juga diobati
 Pada sifilis laten terapi bermaksud
mencegah proses lebih lanjut.
 Selama belum sembuh penderita dilarang
bersenggama
Sifilis Pengobatan

Sifilis primer 1. Penisilin G benzatin dosis 4,8 juta unit IM, 2,4 juta unit dan diberikan 1x seminggu.

2. Penisilin G prokain dalam akua dosis total 6 juta, diberi 0,6 juta unit/hari selama 10 hari

3. PAM (penisilin prokain +2% aluminium monostrerat) dosis 4,8 juta unit, diberikan 1,2 juta unit/kali
2 kali seminggu

Sifilis sekunder Sama seperti sifilis primer


Sifilis laten 1.Penisilin G benzatin dosis total 7,2 juta unit

2.Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 12 juta unit (0,6 juta unit/hari)

3. PAM dosis total 7,2juta unit (1,2 juta unit/kali, 2x seminggu)

Sifilis S III 1.Penisilin G benzatin dosis total 9,6 juta unit

2.Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 18 juta unit (0,6 juta unit/hari)

3. PAM dosis total 9,6 juta unit (1,2 juta unit/kali, 2x seminggu)
Penatalaksanaan
● Antibiotik yang lain: Untuk yg alergi penisilin.
 Tetrasiklin 4x 500 mg/ hari
 Eritromisin 4 x 500 mg/ hari
 Doksisiklin 2x100mg / hari

● Lama pengobatan 15 hari bagi S I dan S II, 30 hari bagi


Stadium laten.
PROGNOSIS

● Dengan ditemukannya penisilin, maka prognosis sifilis menjadi lebih


baik. Penyembuhan berarti sembuh klinis seumur hidup, tidak menular
ke orang lain, T.S.S pada darah dan likuor serebrospinalis selalu
negatif.
● Jika sifilis tidak diobati, maka hampir ¼ akan kambuh, 5% akan
mendapat S III, 10% mengalami sifilis kardiovaskular, neurosifilis pada
pria 9% dan pada wanita 5%, 23% akan meninggal. Pada sifilis dini
yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%.
REFERENSI
1. Natahusada, EC, Djuanda A. Sifilis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2010. h:393-413.3.

2. Dugdale DC, Vyas JM, Zieve D.Syphilis available at http//www.medlineplus.com.

3. Hutapea, NO. Sifilis. Daili SF, Makes WIB, Zubier F. Infeksi Menular Seksual, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,2009. h:84-102.

4. Rook Arthur, Wilkinson DS, Edling FJG, 1982, Textbook of Dermatology.

5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3402/1/08E00859.pdf

6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26065/4/Chapter%20II.pdf

7. http://ibmi.mf.uni-lj.si/mmd/derma/eng/sz-00/sldr00291.html

8. http://id.wikipedia.org/wiki/Sifilis

9. http://dro.hs.columbia.edu/ik.htm
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai