Anda di halaman 1dari 23

MODEL DAN BENTUK PRAKTIK

KEPERAWATAN PROFESIONAL
PENGERTIAN

Model praktik keperawatan profesional


(MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi
perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. (Ratna
sitorus & Yulia, 2006).
TUJUAN TEORI KEPERAWATAN

Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dan
pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai, diantaranya :
 1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang
kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik bentuk tindakan
atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.
 2.    Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami
berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan
dasar dalam menyelesaikan berbagai masalah keperawatan.
 3.    Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesain masalah dalam keperawatan
dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan sehingga segala
bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
 4.    Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi
keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat
terus bertambah dan berkembang.
TUJUAN MODEL KEPERAWATAN

1.    Menjaga konsisten asuhan keperawatan.


2.    Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3.    Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan.
4.    Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan
keputusan.
5.    Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
KOMPONEN MPKP

Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek


keperawatan professional, yaitu sebagai berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
2. Metoda pemberian asuhan keperawatan
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi Keperawatan
1. KETENAGAAN KEPERAWATAN

Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga


yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan
pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan
pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri
atas :
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Voley kateter/intake output dicatat
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan
prosedur
c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
1) Segala diberikan/dibantu
2) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
4) Pemakaian suction
5) Gelisah / disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang
dibutuhkan perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Waktu Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0,17 0,14 0,10
Partial 0,27 0,15 0,07
Total 0,36 0,30 0,20
2. METODE PEMBERIAN ASUHAN
KEPERAWATAN
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap
metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan,
yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer.
a. Penugasan Keperawatan Fungsional
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dimana fungsi keperawatan
tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat
ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk
mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya.
Tindakan ini didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing
perawat pelaksana.
Keuntungan :
1) Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
2) Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga
keperawatan professional.
3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan
selalu berulang-ulang dikerjakan.

Kerugian :
4) Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
5) Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
6) Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
7) Pelayanan tidak professional.
8) Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
b. Penugasan Keperawatan Tim
Adalah suatu bentuk sistem/metode penugasan pemberian asuhan
keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam
beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat
professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana
terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan
seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan
anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan
keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian
dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim
bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana
asuhan keperawatan yang telah dibuat.
Keuntungan :
1) Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
2) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty
dipertanggung jawabkan.
3) Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan
lain.
4) Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.

Kerugian :
5) Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
6) Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi,
karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
7) Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas,
dibandingkan dengan anggota tim.
c. Penugasan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat perofesional bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24
jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan ,
implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk
rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas
utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berorientasi kepada pasien.
Keuntungan :
1) Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan
tanggung gugat meningkat.
2) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
3) Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
4) Terciptanya kolaborasi yang baik.
5) Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
6) Metoda ini mendukung pelayanan professional.
7) Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.

Kerugian :
8) Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus
perawat professional.
9) Biaya yang diperlukan banyak.
3. PROSES KEPERAWATAN

Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat dalam menyusun
kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan
keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
a. Identifikasi masalah
b. Menyusun alternatif penyelesaikan masalah
c. Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
d. Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses keperawatan yaitu :
e. Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic
f. Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan
g. Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah
h. Implementasi rencana, dan
i. Evaluasi hasil tindakan.
4. DOKUMENTASI KEPERAWATAN

Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan keperawatan, karena
melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui
secara berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian
asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi
Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan
bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri
dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan
pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart & Woods (1996)
menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan inti
MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen
terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
5 SUBSISTEM DALAM PENGEMBANGAN
MPKP ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
1. Nilai–nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi
renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan
asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP
mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar melakukan tindakan
berdasarkan nilai-nilai professional.
2. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi informasi
tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian informasi
yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra
sesuai kebutuhan klien.
4. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang
jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP.
Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang
manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan
sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
5. Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN DI RUMAH
SAKIT UMUM
1. Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional
dan ada yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan
berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut juga dilakukan penelitian
keperawatan, khususnya penelitian klinis.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan
spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di
ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan
penelitian keperawatan.
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan,
metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
Metode yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode
keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer.
4. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal
pengembangan yang akan menuju profesional I.
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN DI RUMAH
SAKIT JIWA
Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi
MPKP yang telah dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi
yang dilakukan meliputi 3 jenis yaitu :

1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada  yang berlatar
belakang pendidikan SPK, namun Kepala Ruangan dan Ketua Timnya 
minimal dari D3 Keperawatan.

2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
3. MPKP Profesional
dibagi 3 tingkatan yaitu :
a. MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3
keperawatan tetapi Kepala Ruangan (Karu) dan Ketua Tim (Katim)
mempunyai pendidikan minimal S1 Keperawatan.
b. MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan
dan mayoritas Sarjana Ners keperawatan, sudah memiliki tenaga
spesialis keperawatan jiwa.
c. MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners
keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan
doktor keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai