Anda di halaman 1dari 15

Management Strategic

Lingkungan Internal
Kelompok 2:
Agung Suhendi – 1911070059 Dewi Hartati – 1911070079
M. Farhan Tsany – 1911070062 Adenita Immawaty – 1911070081
Cahya Irawan – 1911070071 Shella Ryana Ananda – 1911070083
Qorry Atul M – 1911070075

PRODI S-1 AKUNTANSI KELAS KARYAWAN


PERBANAS INSTITUTE
KAMPUS BEKASI
 Value Chain Analysis adalah proses di mana sebuah perusahaan
mengidentifikasi kegiatan utama dan bantuan yang menambah
nilai produk, kemudian menganalisisnya untuk mengurangi
Value Chain biaya atau meningkatkan diferensiasi. Value Chain Analysis
merupakan strategi yang digunakan untuk mengalisis kegiatan
Analysis internal perusahaan. Dengan kata lain, dengan melihat ke
dalam kegiatan internal, analisis itu mengungkap di mana
keunggulan kompetitif suatu perusahaan atau kekurangannya.
 Kegiatan berantai dalam perusahaan juga dapat dianalisis melalui
konsep value chain yang terdiri dari: (1) kegiatan utama (primary
activities) yang terdiri dari: merchandise, logistic, marketing, service;
(2) kegiatan pendukung (support activities), merupakan kegiatan yang
mendukung sekaligus memberikan suatu nilai tambah buat perusahaan
dalam menjalankan operasional sehari harinya, yang terdiri dari human
resources/sumber daya manusia, dan infrastruktur.

Value Chain
Analysis
Terdapat beberapa kategori aktivitas primer yang dilakukan Bank BRI yaitu :

1. Inbound Logistics

Bank BRI melakukan pengadaan ATM diberbagai daerah dan tempat lain seperti supermarket,
rumah sakit, dsb yang berfungsi agar memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi perbankan.

2. Operations

Melakukan penyediaan berbagai produk dan jasa yang disediakan untuk setiap nasabah. Salah
satunya dengan meningkatkan produk kredit mikro, sehingga diharapkan akan meningkatkan bisnis
UMKM.

VCA 3. Outbound Logistics

Aktivitas Utama Tersedianya kantor cabang yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, sehingga proses distribusi
dan pelayanan nasabah lebih mudah dan terjangkau.

(Primary Activities) 4. Marketing and Sales

Aktivitas promosi dan penjualan, memasang iklan dan lain-lain. Bank BRI melakukannya dengan
cara memberikan semacam hadiah dan tabungan, sehingga nasabah lama akan semakin loyal dan
diharapkan akan menjaring nasabah baru.

5. Service

Melakukan pelayanan customer service dan bekerja sama dengan pihak ketiga terkait maintenance
ATM.
Beberapa supporting activities yang dilakukan oleh Bank BRI untuk mendukung primer activities-nya:

1. Infrastructure

Sebagai fungsi bank yang menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pinjaman, aktivitas
pendukung dalam hal ini infrastruktur yang digunakan adalah membuka kantor cabang yang disebar di seluruh
Indonesia, ATM, M-Banking untuk kemudahan transaksi kapanpun dimanapun, serta back office di setiap
wilayah tersebar di seluruh Indonesia. Dengan didukung infrastruktur seperti ini, maka kegiatan operasional
bank akan berjalan dengan baik serta kebutuhan nasabah akan kemudahan transaksi terpenuhi.

2. Human Resource Management

VCA Selain kegiatan penunjang berupa infrastruktur, diperlukan juga sumber daya manusia yang mumpuni tidak

Aktivitas
hanya fokus pada nasabah melainkan juga fokus pada pengembangan skill dan kompetensi pegawai.
Contohnya dengan adanya struktur organisasi yang jelas, proses rekrutmen yang baik, training, reward system,
serta performance appraisal.
Pendukung 3. Technology Development

(Support Activities) Jika infrastruktur dan sumber dana manusia telah terpenuhi sebagai penunjang dalam kegiatan operasi bank,
pelayanan nasabah dan marketing, maka aktivitas pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah
pengembangan teknologi. Dalam hal ini seperti update fitur-fitur pada M-banking, ATM, lalu digitalisasi dalam
pelayanan nasabah dan kegiatan operasional untuk memaksimalkan dan mengembangkan teknologi terus
menerus serta mempermudah dan mengefisienkan kegiatan operasi bank.

4. Procurement

Dikarenakan bank merupakan perushaan yang kegiatannya adalah dalam jasa maka pembelian yang dimaksud
disini seperti obligasi pemerintah untuk menambah struktur permodalan serta funding mix yang artinya
menambah struktur permodalan dari kegiatan menghimpun dana dari nasabah.
 Kompetensi inti (core competencies) adalah kombinasi dari
sumber daya dan kapabilitas yang membedakan perusahaan

Kompetensi Inti dari para pesaingnya. Kompetensi inti memberikan keunggulan


kompetitif ketika berkontribusi untuk menciptakan nilai,
kelangkaan, dan tidak tersubstitusi.
 Bank Rakyat Indonesia (BRI) memiliki kekuatan dalam
kemampuan mengelola resiko dalam pelayanan kepada
masyarakat kecil, kemampuan dalam pelayanan kredit program
dan kredit kepada BULOG, kekuatan jaringan kerja untuk
distribusi pelayanan, sistem dan prosedur pelayanan bisnis
mikro yang mudah, sederhana dan cepat, kemampuan Bank
Rakyat Indonesia dalam penyaluran kredit mikro/kupedes serta
Kompetensi Inti kemampuan mobilisasi dana pedesaan.
 Untuk dapat bersaing BRI mempunyai kompetensi inti yang
belum tentu dimiliki oleh bank pesaing yaitu jaringan kerja
yang luas, pengelolaan risiko dalam pelayanan kepada
masyarakat kecil dan brand recognition BRI yang cukup
baik.
 Selain itu sebagai bank milik pemerintah, BRI mempunyai peluang dalam
pengembangan bisnisnya karena kepentingan dan dukungan dari pemerintah
dan IMF. Dibentuknya Badan Penyehatan Perbankan Nasional merupakan
peluang yang sangat baik bagi Bank Rakyat Indonesia dalam membersihkan
pinjaman bermasalah sehingga Bank Rakyat Indonesia dapat menyusun
rencana bisnis, strategi dan mengembangkan bisnis ke depan.
 Untuk menjaga kompetensi inti jaringan kerja dan meningkatkan kualitas
pelayanan sebaiknya BRI melakukan penyempurnaan teknologi, sistem dan
informasi manajemen serta accounting system sehingga kompetensi inti

Kompetensi Inti jaringan kerja Bank Rakyat Indonesia yang tersebar luas dapat bermanfaat
maksimal dan beroperasi secara online banking system dengan menambah
layanan atau fitur e-banking dan memperbanyak jaringan ATM. Untuk
mendukung jaringan teknologi dan kualitas pelayanan maka kualitas sumber
daya manusia perlu ditingkatkan dengan pendidikan dan pelatihan. Dalam
pengembangan bisnisnya BRI sebaiknya lebih berkonsentrasi pada kompetensi
inti yang dimilikinya yaitu kemampuan pelayanan kepada masyarakat kecil dan
petani di pedesaan dan mengoptimalkan jaringan kerja Bank Rakyat Indonesia
yang luas untuk dapat meningkatkan jumlah simpanan dan meningkatkan
jumlah pinjaman.
 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan sebuah
alat formulasi strategi yang digunakan untuk meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area
Matriks IFE fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area
tersebut.
Faktor-faktor internal utama Bobot Peringkat Skor Bobot

Kekuatan
1. Mengutamakan pelayanan usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) 0,2 4 0,8
2. Memposisikan karyawan BRI lebih sebagai aset atau
modal yang mampu menciptakan nilai yang 0,1 3 0,3
berkesinambungan
3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal
kepada pihak-pihak berkepentingan (stakeholders) 0,1 4 0,4

4. Memiliki berbagai produk dan jasa yang disediakan


untuk nasabah 0,09 4 0,36
5. Mempunyai fungsi dan sistem manajemen resiko yang

Matriks IFE komprehensif


Total skor kekuatan
0,07

0.56
3

 
0,21

2.07
Kelemahan
1. Image yang terbentuk di masyarakat adalah bank yang
diperuntukkan hanya untuk masyarakat kecil 0,15 2 0,3

2. Pemberian fasilitas produk dan jasa yang terkait


dengan fasilitas kredit masih lemah 0,05 1 0,05
Keterangan : 3. Butuh penyesuaian dan pelatihan bagi karyawan baru
0,08 2 0,16
Peringkat: Bobot:
•Sangat lemah (peringkat/pengaruh = 1) •0,00 – 0,05 = tidak penting 4. Kemampuan promosi masih kurang dibanding
•Lemah (peringkat/pengaruh = 2) •> 0,05 – 0,10 = kurang penting kompetitor 0,1 2 0,2
•Kuat (peringkat/pengaruh = 3) •> 0,10 – 0,15 = cukup penting 5. Kebijakan perkreditan yang kurang selektif 0,06 1 0,06
•Sangat kuat (peringkat/pengaruh = 4) •> 0,15 – 0,20 = penting
•> 0,20 – 0,25 = sangat penting Total skor kelemahan 0,44   0,77
Total poin faktor internal : 1   2,84
1. Mengutamakan pelayanan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
Faktor ini pada bobot 0,2 yang berarti faktor yang sangat penting dan
menduduki peringkat 4 yaitu sangat kuat. Dalam hal tersebut Bank BRI
mengutamakan pelayanan yang prima untuk usaha mikro, kecil, dan
menengah dan bertujuan untuk memperbanyak ketertarikan masyarakat yang
terjun dalam UMKM. Program kerja yang disediakan perusahaan yaitu terus

Analisis IFE mengikuti dinamika bisnis UMKM agar tetap dapat menjadi market leader di
segmennya dimana perusahaan mampu bersaing dengan perbankan lainnya.

(Kekuatan) 2. Memposisikan karyawan BRI lebih sebagai aset atau modal yang mampu

Bank BRI
menciptakan nilai yang berkesinambungan
Faktor ini pada bobot 0,1 yang berarti cukup penting dan menduduki
peringkat 3 yaitu kuat. Hal tersebut berarti bahwa posisi pekerja pada Bank
BRI cukup penting karena merupakan aset atau modal yang dimiliki
perusahaan dalam menciptakan nilai yang berkesinambungan. Program kerja
dalam hal tersebut yaitu mengubah pandangan (mind-set) umum dari
pengembangan sumber daya manusia menjadi pengembangan human capital.
3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak
berkepentingan (stakeholders)

Faktor ini pada bobot 0,1 yang berarti faktor yang cukup penting dan menduduki peringkat 4
yaitu sangat kuat. Hal tersebut dapat dijabarkan bahwa Bank BRI memberikan keuntungan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti pedagang-pedagang ritel yang membutuhkan
pinjaman dan disitulah ada hubungan kerja sama. Kerja sama tersebut dapat digambarkan
dengan adanya fasilitas pembayaran tunai yang disediakan BRI pada Indomaret. Program

Analisis IFE kerja dalam hal ini yaitu memperhitungkan implikasi cost & benefit terhadap semua
stakeholders.

(Kekuatan) 4. Memiliki berbagai produk dan jasa yang disediakan untuk nasabah

Faktor ini pada bobot 0,09 yang berarti kurang penting dan menduduki peringkat 4 yaitu

Bank BRI sangat kuat. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa perusahaan memiliki produk dan jasa yang
disediakan untuk masyarakat sebagai calon nasabah guna menunjang segala kebutuhan
perbankan calon nasabah.

5. Mempunyai fungsi dan sistem manajemen resiko yang komprehensif

Faktor ini pada bobot 0,07 yang berarti kurang penting dan menduduki peringkat 3 yaitu kuat.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa Bank BRI dapat mengendalikan resiko-resiko yang ada
dengan menerapkan manajemen resiko. Program kerja yang digunakan yaitu menerapkan
prinsip Basel Committee on Banking Supervision seperti yang dituangkan dalam regulasi
Bank Indonesia.
1. Image yang terbentuk di masyarakat adalah bank yang
diperuntukkan hanya untuk masyarakat kecil
Faktor tersebut memiliki bobot 0,15 yang berarti cukup penting dan
berada pada peringkat 2 yaitu lemah. Faktor kelemahan tersebut dapat
dijelaskan bahwa image yang terbentuk hanya untuk masyarakat kecil
tetapi tidak berpengaruh terhadap lingkungan internal perusahaan.
Program yang disajikan yaitu memberikan pencitraan yang baik agar bank
Analisis IFE dapat dilihat sebagai bank yang melayani dari berbagai kelas sosial.

(Kelemahan) 2. Pemberian fasilitas produk dan jasa yang terkait dengan fasilitas
kredit masih lemah

Bank BRI Faktor tersebut memiliki bobot 0,05 yang berarti kurang penting dan
berada pada peringkat 1 yaitu sangat lemah. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa produk dan jasa yang disediakan masih lemah karena terdapat
kredit bermasalah pada nasabah. Selain itu, banyak produk dan jasa yang
masih belum diperkenankan oleh masyarakat luas. Program yang dibuat
oleh perusahaan yaitu memaksimalkan dan lebih mempromosikan seluruh
produk dan jasa sehingga masyarakat luas dapat memahaminya.
3. Butuh penyesuaian dan pelatihan bagi karyawan baru
Faktor tersebut memiliki bobot 0,08 yang berarti kurang penting dan berada pada
peringkat 2 yaitu lemah. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa pada Bank BRI butuh
penyesuaian dan pelatihan bagi karyawan baru dengan memberikan pelatihan bagi
karyawan baru secara ekstensif dengan mengikuti SOP yang ada.
4. Kemampuan promosi masih kurang dibanding kompetitor
Faktor tersebut memiliki bobot 0,1 yang berarti cukup penting dan berada pada

Analisis IFE peringkat 2 yaitu lemah. Hal tersebut menjelaskan bahwa kurangnya promosi oleh
Bank BRI sehingga masyarakat masih sulit untuk menjangkau informasi secara

(Kelemahan) terperinci. Maka dari itu, perlu adanya peningkatan pada hal promosi dan pengenalan
program-program Bank BRI terhadap masyarakat luas.

Bank BRI 5. Kebijakan perkreditan yang kurang selektif


Faktor tersebut memiliki bobot 0,06 yang berarti kurang penting dan berada pada
peringkat 1 yaitu sangat lemah. Hal tersebut menggambarkan bahwa kelemahan yang
ada pada bank merupakan suatu faktor harus diperbaiki secara berkala. Pembenahan
dalam kelemahan yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip perkreditan yang sehat
dalam menilai permohonan kredit sebagaimana semestinya. Perusahaan harus mampu
memperbaiki segala kekurangan dengan melihat strategi yang dipakai oleh
perusahaan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai