Pembimbing : dr. Rahmad Rizal Budi Wicaksono, Sp.OG(K) Dr. dr. Bambang Satoto, Sp. Rad(K), M Kes
ILMU RADIOLOGI RSUP dr. KARIADI/ FK UNDIP SEMARANG 2020 Latar Belakang • Edema paru kondisi yang disebabkan oleh akumulasi cairan di paru (ruang interstitial & alveolus) • Cairan ini memenuhi alveolus paru sulit bernafas • Akumulasi cairan di dalam paru disebabkan ec. pneumonia, racun, maupun obat-obatan • Edema paru terjadi secara akut kondisi kegawatan medis • Terapi edema sangat bervariasi, tergantung dari penyebab yang mendasarinya, terapi : oksigen & pengobatan medikametosa Menurut salah satu penelitian 74,4 juta penduduk edema paru (dunia) : - Inggris 2,1 juta penduduk - AS 5,5 juta penduduk - Jerman 6 juta penduduk
• Indonesia (1971) 1980 seluruh propinsi di Indonesia
(kecenderungan ↑ jumlah maupun luas wilayah) Tahun 1998, insiden >> : - Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk - CFR = 2% • Tahun 1999 : IR ↓ tajam sebesar 10,17%, • Namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung ↑ yaitu : - 15,99 (tahun 2000) - 19,24 (tahun 2002) - 23,87 (tahun 2003) • Radiologi pada edema paru membantu menegakkan diagnosis • Dahulu USG tidak digunakan untuk evaluasi paru karena udara dianggap menghambat gelombang yang dipantulkan • USG thoraks seolah-olah terbatas penggunaannya untuk massa / efusi pleura (atau keduanya) • Dewasa ini USG thoraks perkembangan yang pesat baik untuk kondisi akut maupun kronik • USG toraks - bermanfaat karena mudah dipelajari - dapat dilakukan dengan cepat - portabel - aman diulang & - tidak memiliki efek radiasi Anatomi Paru • Paru : organ sistem respirasi & berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) • Paru : organ yang lunak, spongious & elastis, berbentuk kerucut / konus, terletak dalam rongga toraks & berada di atas diafragma, diselubungi oleh membran pleura • Paru - apeks (bagian atas paru) yang tumpul dikranial - basis (dasar) yang melekuk mengikuti lengkung diaphragma dikaudal
• Paru kiri 2 lobus (superior & inferior) Edema paru • Edema paru terkumpulnya cairan ekstravaskular yang patologis pada jaringan parenkim paru disebabkan karena akumulasi cairan di paru disebabkan : - tekanan intravaskular yang ↑(edema paru kardiak) - Pe ↑ permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan • Edema paru aliran cairan dari pembuluh darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah / melalui saluran limfatik • Edema paru terjadi ketika cairan yang disaring ke paru lebih cepat dari cairan yang dipindahkan. Penumpukan cairan menjadi masalah serius bagi fungsi paru karena efisiensi perpindahan gas di alveoli tidak bisa terjadi • Edema paru : wanita hamil merupakan peristiwa mengancam jiwa • Disebabkan oleh masalah perubahan fisiologis kehamilan & keberadaan janin, serta efek kontribusi dari patofisiologi kehamilan yang kurang dipahami, contohnya preeklamsi yang dihubungkan dengan morbiditas & mortalitas (ibu & janin) • Wanita hamil mengalami pe ↑ kebutuhan metabolisme & janin yang sedang dikandung kurang dapat mentoleransi adanya lingkungan maternal yang mengalami hipoksia • Kondisi & komplikasi meternal : penyakit jantung bawaan, sepsis, kehamilan multiple memicu perkembangan edema paru / memperburuk kondisi • Edema paru ± 0,08% - 1,5% (masa kehamilan & postpartum) • Insidensi edema paru dilaporkan dunia pada wanita hamil 0,5% • Wanita yang mengalami preeklamsia / eklamsia rasio yang lebih ↑ • Preeklamsia /eklamsia merupakan faktor obstetrik utama yang mengakibatkan edema paru ( ± 0,6% - 5%) • Edema paru dapat terjadi: - ± 3-15% wanita dengan preeklamsia - ± 5-33% wanita dengan eklamsia • 70% dari kasus edema paru terjadi setelah 70 jam proses persalinan sebagai komplikasi dari preeklamsia • Kematian dilaporkan 10-17% kasus Patofisiologi • Protein yang rendah ke paru, akibat terjadinya peningkatan tekanan di atrium kiri dan sebagian kapiler paru • Transudasi ini terjadi tanpa perubahan pada permeabilitas atau integritas dari membran alveoli-kapiler, dan hasil akhir yang terdapat dua mekanisme terjadinya edema paru: - Membran kapiler alveoli - Sistem limfatik Fisiologi pertukaran cairan microvascular di dalam paru : Fisiologi pertukaran cairan microvascular di dalam paru : Fisiologi pertukaran cairan microvascular di dalam paru :
* Paru normal (Bagian A)
Cairan bergerak terus-menerus ke luar dari vaskular ke ruang
interstisial sesuai dengan perbedaan antara tekanan osmotik hidrostatik dan protein, serta permeabilitas membran kapiler. Ketika tekanan hidrostatik meningkat dalam microcirculation, laju filtrasi transvaskular meningkat • Bagian B
Ketika tekanan interstisial paru melebihi tekanan pleura, cairan bergerak
melintasi pleural visceral, sehingga mengakibatkan efusi pleura : - Karena permeabilitas endotel kapiler tetap normal, cairan edema yang tersaring meninggalkan sirkulasi sehingga memiliki kandungan protein yang rendah - Eliminasi cairan edema dari ruang udara paru tergantung pada transport aktif natrium & klorida, melintasi lapisan penghalang epitel alveolar. Lokasi utama reabsobsi natrium & klorida adalah saluran ion epitel yang terletak pada membran apical sel epitel alveolar tipe I dan II dan epitel saluran nafas bagian distal Edema paru non kardiogenik : * Bagian C
• Terjadi ketika permeabilitas membran mikrovaskular ↑ akibat adanya
cedera paru langsung atau tidak langsung (termasuk sindrom gangguan pernafasan akut), yang mengakibatkan peningkatan jumlah cairan dan protein yang meninggalkan ruang vaskular • Memiliki kandungan protein yang ↑ karena membran mikrovaskular yang lebih permeabel memiliki kapasitas kurang untuk membatasi pergerakan keluar molekul yang lebih besar seperti protein plasma Klasifikasi Adanya akumulasi cairan di interstisial & alveolus, maka penyebab edema paru dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : a. Kardiogenik / edema paru hidrostatik / edema hemodinamik Kausa : infark miokardiak, hipertensi, penyakit katup jantung, eksaserbasi gagal jantung S / D
b. Non kardiogenik / edema paru akibat peningkatan permeabilitas
Kausa : acute lung injury (ALI) & acute respiratory distress syndrome (ARDS) Gambaran Klinis • GK edema paru anamnesis : sesak napas (tiba-tiba) riwayat nyeri dada & sakit jantung • Perkembangan edema paru bisa berangsur-angsur atau tiba-tiba seperti pada kasus edema paru akut • Selain itu, sputum dalam jumlah >> , berbusa dan berwarna merah jambu • Gejala-gejala umum : - Mudah lelah, - Cepat merasa sesak napas dengan aktivitas yang biasa (dyspnea on exertion) - napas cepat (takipnea) - Pusing dan kelemahan Tingkat oksigenasi darah yang ↓ (hipoksia) Pada auskultasi suara paru yang abnormal, seperti ronki atau crakles Faktor Resiko
Terdapat dua klasifikasi edema paru akut pada kehamilan, yaitu:
a. Edema paru akut tanpa hipertensi b. Edema paru akut dengan hipertensi Ultrasonografi (USG) • Ultrasonografi (USG) membantu menegakkan diagnosis (1940an) • USG tidak mampu menembus ke dalam jaringan terisi udara, namun demikian USG sangat baik dalam menggambarkan dinding toraks, pleura & jaringan paru yang berbatasan dengan pleura • Keunggulan USG thoraks : biaya yang murah, radiasi kecil, mudah dibawa, waktu pemeriksaan yang singkat & memiliki aspek dinamis yang bisa dilihat pada saat pemeriksaan • USG thoraks tindakan intervensi seperti thoracocentesis, biopsi dinding toraks, pleura dan jaringan paru yang berbatasan dengan pleura hingga pemasangan selang dada Prinsip dan Tehnik USG • Ultrasounds gelombang suara (frekuensi ± 2-15MHz) • Probe --> mengeluarkan gel. suara & menembus jaringan, kemudian dipantulkan kembali ke probe • Probe bersifat sumber & sensor ultrasounds • Tingkat pantulan ultrasounds ditentukan oleh acoustic impedance dari jaringan yang dilewati gelombang suara • Acoustic impedance berhubungan besar dengan densitas jaringan, serta kecepatan rambat suara pada tiap jaringan • Sudut yang dibentuk antara probe dengan jaringan yang ingin diperiksa juga merupakan hal yang penting • Ultrasounds mengalami refraksi, menyebar & melemah saat melewati jaringan, di mana semuanya itu akan menurunkan kualitas gambar yang dihasilkan untuk pemeriksaan struktur jaringan yang lebih dalam Ultrasounds : - Disebarkan : apabila melewati media cair (seperti efusi pleura) atau jaringan yang banyak mengandung air (seperti otot, hati, paru yang mengalami konsolidasi & jaringan tumor) - Diserap : apabila melewati media padat (seperti tulang) - Dipantulkan : apabila melewati media gas (seperti jaringan paru normal / pneumotoraks) • Ultrasound yang dipantulkan kembali gema • Waktu yang dibutuhkan saat gelombang suara dihasilkan sampai dengan gema terdeteksi akan diproses sebagai kedalaman dari struktur yang menyebabkan gelombang suara dipantulkan • Gema akan semakin >> apabila terdapat perbedaan acoustic impedance yang besar antar media yang dilalui oleh gelombang suara • Probe akan menangkap gema & memproses gema gelombang elektrik gambar digital • Gambar digital yang terjadi ditentukan karakteristik dari gema yang tertangkap, yaitu: (1) arah gema, (2) intensitas gema, (3) waktu antara ultrasounds dihasilkan dan gema tertangkap • Hyperechoic / daerah putih dihasilkan dari gema amplitudo besar • Hypoechoic / daerah hitam dihasilkan dari gema amplitudo rendah USG Toraks • Probe pada pemeriksaan USG toraks ada 2 macam, yaitu: - Probe curvilinier menghasilkan 3,7 MHz (antara: 2-5 MHz) - Probe linier menghasilkan 8 MHz (antara: 5-10 MHz) • Ultrasounds dengan frekuensi yang lebih ↑ akan menghasilkan resolusi gambar yang lebih baik, namun penetrasinya kecil • Probe curvilinier memeriksa daerah yang lebih luas, oleh sebab itu baik digunakan untuk melihat secara sepintas semua struktur baik yang superfisial maupun yang lebih dalam • Probe linier memeriksa dengan lebih seksama kelainan dari dinding toraks dan pleura Gambar probe Linear dan curvi-linear Keyboard terdapat tiga buah kontrol standar : depth, gain & freeze :
• Depth berfungsi pembesaran gambar secara digital. Pada monitor
akan ditampilkan skala axis vertikal. Pada penderita yang gemuk, efusi pleura yang masif dan tumor intrathorakal, biasanya diperlukan pengaturan depth 12cm. Ultrasounds dengan frekuensi tinggi memiliki depth maksimal sekitar 3-4cm • Gain berfungsi melipatgandakan gema yang ditangkap oleh sensor, sehingga gambar yang dihasilkan akan menjadi lebih terang • Freeze berfungsi menghentikan gambar pada layar secara digital, sehingga didapatkan gambar yang tidak bergerak, yang kemudian dapat dilakukan pengukuran dari struktur yang akan periksa Gambar 5. Keyboard USG Posisi Penderita • Pemeriksaan USG toraks memposisikan probe di abdomen, sela iga & supraclavicula • Bila penderita telah dilakukan CT scan toraks / rontgen toraks, sangat membantu dalam menentukan daerah yang akan diperiksa & posisi penderita pada saat pemeriksaan • Posisi duduk dengan lengan bertumpu pada meja, merupakan posisi yang baik untuk pemeriksaan dinding toraks posterior • Pemeriksaan dinding toraks lateral & anterior memposisikan penderita lateral decubitus atau terlentang Gambar 6. Berbagai posisi dan letak transduser saat pemeriksaan USG thoraks • Gambar USG terbaik paru & pleura bisa didapatkan dengan meletakkan probe di sepanjang sela iga • Menaikkan & meletakkan tangan diatas kepala penderita akan meningkatkan lebar sela iga & posisi ini dapat dilakukan pada keadaan penderita duduk maupun tidur terlentang • Pada saat memeriksa dinding toraks posterosuperior, maka penderita dapat diposisikan duduk dengan kedua lengan menyilang di depan dada Posisi ini akan membuka tulang belikat ke arah samping kiri & kanan. Kelainan pada sulcus superior dapat dilakukan dengan meletakkan probe di fossa supraclavicula Prosedur Pemeriksaan • Penggunaan gel akan meningkatkan kejernihan hasil pencitraan yang akan didapat di mana gel ini akan membuat permukaan probe menyentuh permukaan kulit • Disarankan memegang probe memegang pena • Tidak disarankan memegang probe memegang kapur papan tulis • Probe digerakkan di sepanjang sela iga posisi oblique (bukan horizontal) • Freeze dapat dilakukan berkali-kali sesuai dengan keperluan untuk mendapatkan gambar yang stabil & tidak dipengaruhi pergerakan saat pernapasan • Apabila didapatkan hasil yang tidak jelas, maka dapat dibandingkan dengan pemeriksaan dinding toraks kontralateral Gambar 8. USG thoraks normal Keterangan gambar. Panah putih menunjukan A-line yang mengindikasikan aerasi paru normal. Panah merah menunjukkan os costa. Dan panah kuning nenunjukkan garis pleural Dinding Toraks dan Pleura Normal • Pemeriksaan awal dinding toraks menggunakan probe curvilinier, maka akan didapatkan gambar berupa beberapa lapis garis yang dihasilkan dari gema yang dipantulkan oleh lapisan otot & fascia (gambar a) • Tulang iga berupa struktur berbentuk kurva yang dibawahnya akan tampak acoustic shadowing (gambar b) • Pleura visceralis & parietal : tidak dapat dibedakan menggunakan probe curvilinier, di mana gambar yang terbentuk akan berupa garis lurus saja, yang merupakan gambar pleura dan permukaan jaringan paru • Probe linier (resolusi tinggi) : pleura visceralis & parietalis akan tampak sebagai dua garis yang berbeda, di mana pleura visceralis (lebih tebal) daripada pleura parietalis. • Kedua lapisan terlihat bergerak berlawanan satu sama lain sesuai dengan gerak pernapasan • Pergerakan paru yang relatif terhadap dinding toraks yang terlihat dengan menggunakan kedua jenis probe lung sliding, dimana hal ini merupakan tanda yang kuat tidak adanya pneumotoraks. • USG color doppler lung slide (menimbulkan warna pada gambaran USG) power slide. Adanya gambaran power slide dapat disimpulkan bahwa tidak ada efusi pleura atau efusi pleura << • Jaringan paru normal yang terisi udara tidak dapat terlihat dengan sebagian besar alat USG • Perubahan acoustic impedance yang besar pada permukaan pleura paru, menyebabkan terjadi gambaran artefacts berupa beberapa garis mendatar yang paralel dengan jarak yang sama satu sama lain di bawah pleura • Garis ini reverberation artefacts atau garis A, di mana intensitasnya akan berkurang seiring dengan semakin jauh jaraknya dari pleura (gambar 2a) • Comettail artefacts / garis B : merupakan gambar berupa garis vertikal yang terbentuk oleh karena adanya sekat interlobus yang terisi cairan • Gambaran seperti ini dapat ditemukan pada individu normal (gambar 2c). Apabila didapatkan garis B sangat banyak maka dapat disimpulkan adanya edema paru • Adanya garis B ini dapat menjadi suatu tanda bahwa di bawah pleura terdapat jaringan paru sehingga dapat dipastikan tidak terdapat pneumotoraks • Diafragma normal terlihat paling baik lewat sela iga inferior menembus hati / lien. Gambaran diafragma terlihat sebagai garis setebal 1 mm yang berkontraksi saat inspirasi Gambaran USG pada edema paru • Pada penderita sesak nafas akut • Gambaran USG edema paru comet-tail atau garis B yang banyak dan tersebar di kedua lapang paru • Garis B oleh karena adanya penebalan dan edema pada jaringan interstisial • Sensitivitas & spesifisitas USG mendiagnosis edema paru 100% & 95% • Sehingga cocok untuk mendiagnosis edema paru pada penderita di ruang ICU maupun IGD • Penelitian Wanson dkk disimpulkan bahwa garis B yang menyebar pada USG berkorelasi dengan tingginya kadar B type Natriuretic peptide (BNP) Keterangan gambar. Panah putih menunjukkan B line yang mengindikasikan edema paru. Panah merah menunjukkan banyangan kosta. Panah kuning menunjukkan garis pleural • Keterangan gambar. Gambar kiri empat atau lima B-line disebut sebagai lung rockets. Gambar tengah jumlah B line dua kali lebih banyak disebut sebagai ground glass rocket. Gambar kanan sebagai pembanding KESIMPULAN • USG sangat berguna dalam membantu menegakkan diagnosis kasus penyakit paru : - efusi pleura, pneumotoraks, konsolidasi, atelektasis, edema paru dan lain-lain. • Keunggulan USG toraks : biaya yang murah, radiasi kecil, mudah dibawa, waktu pemeriksaan yang singkat • USG toraks : alat yang murah & dapat digunakan untuk membantu dalam tindakan intervensi, terutama dalam kasus-kasus paru perifer, pleura dan penyakit dinding toraks, seperti thoracocentesis, pemasangan selang dada dan aspirasi abses paru • USG juga dapat menggantikan aspirasi dan biopsi dengan tuntunan CT-scan pada kasus- kasus yang melibatkan pleura, dinding toraks, serta tumor paru yang menginvasi pleura dan dinding torak • Namun demikian USG juga memiliki keterbatasan di mana pada penderita dengan emfisema subkutis, edema perifer dan obesitas, USG thoraks akan sulit dilakuka • Hasil pemeriksaan USG juga sangat tergantung pada pengalaman & kemampuan dari operator USG Mohon asupan dan saran