Anda di halaman 1dari 15

Praktikum Minat Keahlian 3

Pembuatan Sabun cair dari Minyak Kelapa Sawit


Anggota Kelompok :
Brigita Noviyanti
Etom Baharudin.A.W
Faishal Arif.M
Lifia Surya.H

Dosen Pengajar Dosen Pembimbing


Khalimatus Sa’diyah, S.T., M.T. Ade Sonya Suryandari, S.T., M.T., M.Sc
PENDAHULUAN

Sabun adalah salah satu jenis surfaktan yang bisa membersihkan kotoran berminyak dan menjadi bagian dari
kelompok yang disebut surfaktan. Sabun yang dimaksud disini adalah produk campuran garam natrium dengan asam
stearat, palmitat, dan oleat yang berisi sedikit komponen asam miristat dan laurat. Sabun merupakan kosmetik pembersih
paling tua, sudah sejak berabad abad yang silam.
Sabun merupakan komoditi hasil olahan minyak kelapa sawit yang populer yang berfungsi sebagai zat yang mampu
membersihkan dan mengangkat benda asing. Reaksi yang terjadi pada saat pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit
disebut reaksi Saponifikasi.
Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan
NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan
mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak
yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada
sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi
mudah dibawa oleh air bersih.
Tujuan
1. Mengerti dan memahami proes
pembuatan sabun cair.

2. Dapat mengetahui beberapa sifat


sabun berdasarkan percobaan.
Dasar Teori
• Sabun mandi cair adalah sediaan berbentuk cair yang digunakan
untuk membersihkan kulit, dibuat dari bahan dasar sabun dengan
penambahan surfaktan, penstabil busa, pengawet, pewarna dan
pewangi yang diijinkan dan digunakan untuk mandi tanpa
menimbulkan iritasi pada kulit (SNI,1996).
• Sabun cair dibuat dengan cara mereaksikan antara minyak dan
basa (KOH) yang akan membentuk reaksi saponifikasi. KOH
merupakan komponen utama pada proses penyabunan. Selain
KOH terdapat bahan tambahan lain yang digunakan pada sabun,
salah satunya yaitu asam stearat yang bersifat sebagai emulgator
dan zat penstabil yang berpengaruh terhadap kestabilan busa,
kekerasan dan kekentalan sabun.
Variabel
1. Variabel Kontrol : Jumlah bahan yang digunakan, alat yang
digunakan, dan cara pembuatan
2. Variabel terikat : Kualitas sabun cair yang digunakan.
3. Variabel Bebas : Variasi Massa NaCl pada sabun.
• Brigita Noviyanti : Massa NaCl 3 gram
• Etom Baharudin : Massa NaCl 5 gram
• Faishal Arif : Massa NaCl 7 gram
• Lifia Surya H : Massa NaCl 10 gram
Metode Percobaan
Alat :
1. Wadah/Ember 1 liter
2. Erlenmeyer 500 ml
3. Batang pengaduk/Mixer
4. Panci
5. Timbangan

Bahan:
1. KOH
2. Air proses
3. Minyak kelapa sawit
4. EDTA
5. Parfum
6. Pewarna
7. NaCl
PROSEDUR KERJA
Kemudian mengencerkan Kemudian Tambahkan KOH/NaOH
Menimbang KOH KOH yang telah mengencerkan KOH yang telah di panaskan
yang dibutuhkan ditimbang sebelumnya yang telah ditimbang kedalam minyak yang
untuk percobaan. dan panaskan hingga suhu sebelumnya dan sudah dipanaskan,
70 ˚C. panaskan hingga suhu kemudian aduk hingga 45
70 ˚C menit

Kemudian Menurunkan suhu


Seletah menambahkan menambahkan aditif yang berada didalam
aditif, pindahkan sabun kedalam sabun yang panci hingga mencapai
kedalam tempat ada didalam panci, suhu 45 ˚C
penyimpanan untuk kemudian aduk
digunakan. Kembali hingga
homogen.
DATA HASIL PERCOBAAN
MASSA NACL
TINGGI BUSA VISKOSITAS pH
(GRAM)

3 Sedikit Kental 9

5 Banyak Kental 10

7 cukup sedikit kental 11

9 cukup sedikit Kental 14

Massa NaCl
16

14

12

10

0
2 3 4 5 6 7 8 9 10
LAMPIRAN
Hasil pH dari setiap percobaan

Gambar dari Kiri ke Kanan


• Percobaan 1 dengan Nacl 3 gr
• Percobaan 2 dengan Nacl 5 gr
• Percobaan 3 dengan Nacl 7 gr
• Percobaan 4 dengan Nacl 9 gr
LAMPIRAN
Hasil pH dari setiap percobaan

Gambar dari Kiri ke Kanan


• Percobaan 1 dengan Nacl 3 gr
• Percobaan 2 dengan Nacl 5 gr
• Percobaan 3 dengan Nacl 7 gr
• Percobaan 4 dengan Nacl 9 gr
TERIMA
KASIH
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil perbandingan antara konsentrasi KOH 10%, 15% , 20% dan
25%. Hasil percobaan yang diperoleh yaitu terbentuk campuran yang awalnya berwarna coklat dan berbusa. Hal
ini berarti telah terjadi perpisahan antara garam alkali (sabun) dengan gliserol. Pada dasarnya gliserol tetap
digunakan dalam campuran sabun (tidak dipisahkan), karena kandungan gliserol dapat membantu sabun dalam
mengangkat benda asing yang akan dibersihkan. Tetapi setelah diberi pewarna maka warna sabun berubah
menjadi warna pewarna tersebut.

• Pengujian pH Sabun
pH pada sabun cair memiliki SNI yang telah ditetepkan yakni pH 8-1, hasil pengujian pH yang dilakukan
memiliki hasil yang berbeda-beda setiap konsentrasi pH nya. Pada konsentrasi KOH 10% pH 8 dan di
konsentrasi KOH 15% didapatkan pH sebesar 10 yang artinya pH yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu
sabun cair, sehingga sabun cair tersebut tidak dapat membuat iritasi kulit.
Jika pada konsentrasi KOH 20% dan 25% didapatkan hasil pH yang tinggi yaitu sebesar 14, yang dimana tidak
aman untuk digunakan karena pH yang terlalu tinggi dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
• Tinggi Busa
Hasil busa yang diperoleh pada konsentrasi KOH 10% dan 15% sedikit, sedangkan pada konsentrasi 20%
dan 25% busa yang dihasilkan cukup sedikit. Kestabilan busa ini sangat penting karena menunjukkan tingkat
keefektifan daya bersih sabun.

• Viskositas
Viskositas sabun yang dihasilkan belum sesuai keinginan hal tersebut dikarenakan kadar air yang diberikan
kurang. Viskositas ini dipengaruhi oleh kadar air jadi semakin sedikit kadar air hasil viskositas yang hasilkan
semakin tinggi.
KESIMPULAN
1. Sabun adalah garam dari senyawa asam lemak yang terbentuk dari reaksi saponifikasi, dimana ester
dibagi menjadi alcohol dan garamnya. Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah saponifikasi.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah/kuat.
2. Percobaan ini menghasilkan data yang sangat variative dikarenakan dilakukan di tempat yang berbeda
• Dari hasil percobaan, pada kosentrasi KOH 10% sabun yang dihasilkan memiliki kekentalan yang
berbeda dengan yang berada di pasaran. pH yang dihasilkan berkisar 8 dan sudah termasuk SNI
yang sekitar 8-10.
• Pada kosentrasi KOH 15% sabun yang dihasilkan memiliki kekentalan yang serupa dengan yang
berada di pasaran. pH yang dihasilkan hamper diambang batas yaitu 10 dan tetap berada didalam
SNI yang sekitar 8-10.
• Pada kosentrasi KOH 20% sabun yang dihasilkan memiliki kekentalan yang serupa dengan yang
berada di pasaran. Akan tetapi pH yang dihasilkan sangat tinggi yaitu 14 diluar standart SNI yang
sekitar 8-10. Sehingga sifat sabun yang tertera tersebut tidak baik untuk dipasarkan.
• pada kosentrasi KOH 25% sabun yang dihasilkan memiliki kekentalan yang berbeda dengan yang
berad di pasaran. pH yang dihasilkan juga sangat tinggi yaitu 14 diluar standart SNI yang sekitar 8-
10. Sehingga sifat sabun yang tertera tersebut tidak baik untuk dipasarkan.

Anda mungkin juga menyukai