Anda di halaman 1dari 36

PPK_ Desain IPAL halaman-1

DESAIN INSTALASI
PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Isi:
- Konsep Pengelolaan dan Pengolahan
Air Limbah

- Cara desain Plant dan Instalasi Pengolahan Air Limbah


PPK_ Desain IPAL halaman-2

1. PENDAHULUAN

1.1 Pengantar
Dalam proses produksi agroindustri diperlukan berbagai
bahan, air dan energi untuk menghasilkan suatu produk.
Namun, dalam proses produksi tidak ada efisiensi yang
sempurna, sehingga masih dihasilkan limbah baik padat, cair
ataupun gas.
Limbah didefinisikan sebagai sisa hasil proses produksi
yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan harus dikelola agar
tidak menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas
lingkungan. Sedangkan air limbah didefinisikan sebagai sisa
hasil proses produksi yang bebentuk cair yang tidak
dimanfaatkan lagi dan harus dikelola.
PPK_ Desain IPAL halaman-3

Air limbah ini perlu dilakukan pengolahan agar tidak


menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan.
Dengan demikian, setiap limbah cair yang dihasilkan harus
dikelola dengan baik berdasarkan karakteristiknya agar dapat
menurunkan kualitas bahan pencemar yang terkandung
didalamnya dan aman di buang ke lingkungan.

Dengan karakteristik seperti itu maka pengelolaan dan


pengolahan limbah yang dilakukan juga perlu dirancang secara
khusus meliputi upaya minimasi limbah dan pengolahan air
limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Untuk itu
akan dibahas mengenai konsep pengelolaan air limbah melalui
rancangan IPAL.

 
PPK_ Desain IPAL halaman-4

1.2 Tujuan
a. Memberi informasi mengenai konsep pengelolaan dan
pengolahan air limbah;
b. Memberi informasi mengenai cara merancang Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).

2. PENGOLAHAN AIR LIMBAH


Pada prinsipnya pengolahan air limbah dapat
dikelompokkan menjadi enam tahap pengolahan. Namun, masih
tergantung pada jenis air limbah dan tujuan dari pengolahan
tersebut.
Dari setiap fase, terdapat berbagai jenis pengolahan yang
dapat diterapkan. Dari beberapa jenis pengolahan tersebut dapat
dipilih gabungan pengolahan yang efektif untuk mengolah air
limbah yang ada.
PPK_ Desain IPAL halaman-5

Selain itu, untuk mengolah air limbah tidak selalu harus


mengikuti tahapan-tahapan seperti di atas, akan tetapi perlu
dilakukan penyesuaian dengan kebutuhan yang ada. Dengan
demikian setiap unit bangunan/ instalasi pengolahan air limbah akan
ada perbedaan tahapan dan jenis proses yang dipilih.
 
PPK_ Desain IPAL halaman-6

Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)


Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk menyaring benda
terapung dan mengendapkan benda yang berukuran besar seperti
sampah, lemak, kerikil atau pasir. Tahap selanjutnya adalah
melakukan penyeragam an kondisi air limbah (equalization) yang
meliputi debit dan keasaman air limbah.
 
Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Pengolahan primer bertujuan untuk menghilangkan zat padat
tersuspensi melalui pengendapan (sedimentatio) atau pengapungan
(flotation). Proses pengendapan tahap pertama ini masih sederhana
karena partikel-partikel yang ada diendapkan dengan cara gravitasi.
Bahan kimia dapat digunakan untuk membantu proses pengendapan
tersebut.
PPK_ Desain IPAL halaman-7

Pengendapan biasanya dilakukan pada bak atau kolam


pengendapan yang secara periodik dibersihkan endapannya.
 
Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pengolahan sekunder bertujuan untuk mengurangi kadar
bahan organik dalam air limbah dengan menggunakan proses
biologi seperti lumpur aktif, trickling filter, anaerobic digester,
biogas, dll. Terdapat dua hal penting dalam proses ini adalah
penambahan oksigen dan pertumbuhan bakteri.
 
Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan apabila setelah pengolahan
pertama dan kedua masih banyak bahan polutan yang terdapat
dalam air limbah.
PPK_ Desain IPAL halaman-8
Pengolahan ini dilakukan secara khusus tergantung jenis
bahan polutan yang ada. Beberapa alat yang biasa digunakan untuk
pengolahan tersier adalah saringan pasir, saringan multimedia, vacum
filter, penyerapan, dll.
 
Pembunuhan Kuman (Desinfektion)
Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh
mikroorganisme patogen yang ada dalam air limbah. Bahan kimia
biasanya digunakan dalam proses ini seperti klorin.
 
Pembuangan Lanjutan (Ultimate Disposal)
Dari pengolahan air limbah biasanya dihasilkan lumpur. Lumpur
tersebut perlu diolah lebih lanjut untuk menghilangkan tingkat
polutannya dan kemudian dapat dimanfaatkan atau dibuang ke
lingkungan.
PPK_ Desain IPAL halaman-9

Beberapa proses pengolahan lumpur adalah pemekatan, penstabilan,


pengurangan air, dan pengeringan.
 
3. DESAIN IPAL
3.1 Pengumpulan Data
Untuk menentukan teknik pengolahan dan desain Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) diperlukan beberapa informasi terkait
proses produksi atau peng olahan yang dilakukan, karakteristik air
limbah yang dihasilkan dan baku mutu air  

1) Proses Produksi
Proses produksi akan menentukan karakteristik limbah yang
dihasilkan. Dengan bahan baku yang sama, namun proses produksi
yang berlainan, maka akan dihasilkan limbah yang berlainan pula.
PPK_ Desain IPAL halaman-10

Dengan demikian, proses produksi menjadi informasi awal mengenai


potensi limbah yang dihasilkan.

Secara prinsip proses produksi menggunakan bahan baku,


bahan tambahan, dan air yang diproses menggunakan teknik dan
peralatan tertentu.
PPK_ Desain IPAL halaman-11

Pada proses produksi terdapat bagan-bagian proses tertentu


yang juga memungkinkan dihasilkannya limbah. Informasi
mengenai potensi dan jenis limbah dari masing-masing tahapan
proses selanjutnya perlu dianalisa untuk mengetahui karakteristik
fisik, kimia atau biologinya.

Pengetahuan mengenai sifat-sifat limbah akan sangat


membantu dalam penetapan metode penanganan dan atau
pembuangan limbah yang efektif. Penanganan biologik misalnya
cocok dilakukan pada limbah cair yang mengandung bahan
padatan organik terlarut. Limbah padat dengan kadar organik
tinggi cocok untuk pembakaran atau pemupukan.
 
PPK_ Desain IPAL halaman-12

2) Karakteristik Air Limbah


Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan
menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari
lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air limbah
yang diperlukan untuk mendesain IPAL meliputi karakterisitik
fisik, biologis dan bakteriologis, kimia dan debit.
 
Karakteristik Fisik
Air limbah sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil
terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Karakterisitik fisik
dalam air limbah yang diperlukan untuk pengelolaan dan
pengolahan air limbah meliputi suhu, pH, padatan tersusupensi,
padatan terlarut, dan warna.
 
PPK_ Desain IPAL halaman-13

Karakteristik Biologis dan Bakteriologis


Kandungan biologi dan bakteriologis terdapat juga dalam air
limbah tergantung darimana sumbernya namun keduanya tidak
berperan dalam proses pengolahan air limbah. Mikroorganisme
dan bakteri pada air limbah dapat berupa eucaryotes (tanaman
biji, spora, lumut), eubacteria, dan archaebacteria. Yang paling
berbahaya adalah bakteri colli (E-colli dan Streptococci).
Baktericolli berasal dari usus manusia dan makluk hidup lain
(ayam, sapi, itik, babi).

Selain itu pada air limbah juga ditemukan ganggang


(fitoplankton) yang hidup dengan memanfaatkan nutrien serta
jamur yang bermanfaat dalam menguraikan senyawa karbon.
 
PPK_ Desain IPAL halaman-14

Karakteristik Kimiawi
Pada umumnya, dalam air limbah pengolahan pangan, bahan
kimia yang membutuhkan oksigen berada dalam bentuk terlarut,
sedangkan dalam limbah peternakan sebagian besar terdapat
dalam bentuk partikulat. Bahan kimia penting dalam air limbah
yang berguna untuk mendesain dan menentukan teknik
pengolahan air limbah meliputi:
- Bahan organik yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak,
midetergen/ surfaktan, nyak dan gemuk serta fenol. Substansi
organik dalam air limbah terdiri dari 2 gabungan, yakni: pertama,
gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea, protein,
amin dan asam amino; dan kedua, gabungan yang tak
mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun dan karbohidrat,
termasuk selulosa.
PPK_ Desain IPAL halaman-15

- Bahan anorganik yang terdiri dari pH, klorida, sulfur, zat beracun,
logam berat, dll.

3) Debit
Karakteristik lainnya yang digunakan untuk pengolahan air
limbah adalah debit atau jumlah aliran air per satuan waktu. Satuan
waktu dalam penghitungan aliran air yang digunakan dapat dalam
hitungan detik, menit, atau jam, atau juga dapat berupa debit sesaat,
harian atau mingguan. Informasi mengenai debit dan mutu limbah
yang dikeluarkan diperlukan untuk merancang fasilitas yang
diperlukan untuk mengelola pengeluaran yang konstan atau
sewaktu-waktu, yang disebabkan karena sifat musiman dari
pengolahan buah dan sayuran, serta sifat limbah peternakan.
 
PPK_ Desain IPAL halaman-16

3.2 Teknik dan Metode Pengujian Sampel


Teknik dan pengujian sampel untuk beberapa parameter penting
dalam menentukan teknik pengolahan dan desain IPAL adalah sebagai
berikut:
1) Kebutuhan oksigen biokimia (BOD)
Uji BOD adalah salah satu metode analisis yang paling banyak
digunakan dalam penanganan limbah dan pengendalian polusi. Uji ini
mencoba menentukan kekuatan polusi dari suatu limbah dalam
pengertian kebutuhan mikroba akan oksigen dan merupakan ukuran
tak langsung dari bahan organik dalam air limbah. Uji BOD
distandarisasi pada periode 5 hari, suhu 200oC. Sampel disimpan
dalam botol yang kedap udara. Stabilisasi yang sempurna dapat
membutuhkan waktu lebih dari 100 hari pada suhu 200oC. Periode
inkubasi yang lama ini tidak praktis untuk penentuan rutin.
 
PPK_ Desain IPAL halaman-17

Oleh karena itu prosedur yang disarankan oleh AOAC


(Association of Official Analytical Chemists) adalah periode
inkubasi 5 hari dan disebut BOD5. Nilai ini hanya merupakan
indeks jumlah bahan organik yang dapat dipecah secara biologik
bukan ukuran sebenarnya dari limbah organik. Air limbah
domestik yang tidak mengandung limbah industri mempunyai
BOD kira-kira 200 ppm. Limbah pengolahan pangan umumnya
lebih tinggi dan seringkali lebih dari 1000 ppm.

Walaupun BOD5 merupakan pengukuran umum untuk polusi


air, uji BOD memakan waktu dan reprodusi bilitasnya
rendah. Uji-uji seperti kebutuhan oksigen secara kimia (COD)
dan karbon organik total (TOC) lebih cepat, lebih andal, dan lebih
reprodusibel.
 
PPK_ Desain IPAL halaman-18

2) Kebutuhan oksigen secara kimia (COD)


Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara basah dari bahan
organik dalam sampel. Larutan asam dikromat (K2Cr2O7) digunakan
untuk mengoksidasi bahan organik pada suhu tinggi. Berbagai
prosedur COD yang menggunakan waktu reaksi dari 5 menit sampai 2
jam dapat digunakan. Metode ini dapat dilakukan lebih cepat dari uji
BOD. Oleh karena uji COD merupakan analisis kimia, uji ini juga
mengukur senyawa-senyawa organik yang tidak dapat dipecah seperti
pelarut pembersih dan bahan yang dapat dipecah secara biologik
seperti yang diukur dalam uji BOD.
Penggunaan dua katalis perak sulfat dan merkuri sulfat diperlukan
masing-masing untuk mengatasi gangguan klorida dan untuk
menjamin oksidasi senyawa-senyawa organik kuat menjadi
teroksidasi.
PPK_ Desain IPAL halaman-19

Limbah hewan dan limbah pengolahan pangan seperti pengolahan


saurkraut, pikel dan zaitun dapat mengandung konsentrasi klorida
yang tinggi dan akan membutuhkan merkuri sulfat dalam analisis
COD atau faktor koreksi klorida. Senyawa-senyawa benzena dan
ammonia tidak diukur oleh uji ini. Prosedur COD tidak
mengoksidasi ammonia walaupun mengoksidasi nitrit.
 
3) Karbon organik total (Total Organik Carbon = TOC)
Karbon organik total (TOC) mengukur semua bahan yang
bersifat organik. TOC diukur dengan konversi karbon organik
dalam air limbah secara oksidasi katalitik pada suhu 900oC
menjadi karbon dioksida. Metode pengukuran polusi ini cepat
(5-10 menit) dan dapat diulang, memberikan perkiraan kadar
karbon organik dari air limbah secara cepat.
PPK_ Desain IPAL halaman-20

Nilai TOC sangat berkorelasi dengan uji-uji BOD5 standar dan


COD, bila limbah relatif seragam. Uji BOD dan COD
menggunakan pendekatan oksigen, TOC menggunakan pendekatan
karbon. Senyawa-senyawa yang dianalisis dalam uji TOC, seperti
selulosa, hanya memecah secara lambat dalam lingkungan alamiah.
Nilai TOC akan berubah bila limbah diberi penanganan dengan
berbagai metode.
 
4) Kebutuhan oksigen total (Total Oxygen Demand = TOD)
Kebutuhan oksigen total (TOD) dari suatu bahan didefinisikan
sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran semua
bahan pada suhu 900oC menggunakan katalis Platinum. Proses
mengoksidasi semua bahan organik dan bahan anorganik yang
tidak teroksidasi sempurna.
PPK_ Desain IPAL halaman-21

Kebutuhan oksigen dari karbon, hydrogen, nitrogen, dan sulfur


dalam suatu contoh air limbah diukur dengan metode ini.
 
5) Residu dalam limbah cair
Residu dalam air limbah dapat berupa padatan terendapkan
dan padatan tersuspensi total. Padatan terendapkan adalah
padatan dalam limbah cair yang mengendap pada dasar dalam
limbah cair yang mengendap pada dasar dalam waktu 1 jam.
Padatan ini biasanya diukur dalam kerucut Imhoff berskala dan
dilaporkan sebagai ml padatan terendap per liter. Padatan
terendap merupakan indikator jumlah padatan limbah yang
akan mengendap dalam alat penjernih dan kolam pengendapan.
PPK_ Desain IPAL halaman-22

Penetapan endapan ini mudah dilakukan dan berguna bila akan


merancang sistem penanganan pengendapan. Padatan tersuspensi
total kadang-kadang disebut residu yang tidak dapat disaring,
ditetapkan dengan cara menyaring sejumlah volume air limbah
melalui filter membran. (tikar gelas fiber) dalam cawan gouch.
Berat kering dari padatan tersuspensi total diperoleh setelah satu
jam pada suhu 103-105oC.
 
6) Padatan terlarut total
Padatan terlarut total ditetapkan dalam berat contoh yang
telah disaring dan dievaporasi atau sebagai perbedaan antara
berat residu setelah evaporasi dan berat padatan tersuspensi
total.
PPK_ Desain IPAL halaman-23

Oleh karena larutan ini sulit dihilangkan dari air limbah, maka
pengetahuan mengenai padatan terlarut total adalah penting bila
menangani air limbah.
 
3.3 Penentuan Desain IPAL
Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah ditentukan oleh beberapa
faktor yaitu:
1) Debit Air Limbah
Desain IPAL dipengaruhi oleh debit air limbah yang dihasilkan,
karena debit digunakan sebagai penentuan volume unit-unit
pengolahan air limbah. Bila debitnya besar maka volume unit
pengolahannya harus dibuat besar untuk dapat menampung air limbah
tersebut. Terlebih lagi bila akan digunakan unit pengolahan yang
membutuhkan waktu tinggal, maka perhitungan volume unit
pengolahannya dikalikan dengan waktu tinggalnya.
 
PPK_ Desain IPAL halaman-24

2) Aliran Air Limbah


Industri yang beroperasi sepanjang waktu akan menghasilkan
aliran air limbah yang terus menerus.
PPK_ Desain IPAL halaman-25

Biasanya air limbah berasal dari setiap unit produksi dalam jumlah
yang beragam. Untuk jenis aliran seperti ini dapat didesain bak
pengatur aliran dan keseragaman kualitas air limbah sebelum masuk
ke unit pengolahan utama. Bak ini disebut bak ekualisasi yang dapat
pula dilengkapi dengan pembubuh bahan kimia untuk
mengkondisikan sifat air limbah yang diinginkan.

Industri yang beroperasi hanya pada waktu tertentu saja akan


menghasilkan air limbah hanya pada waktu tersebut.Biasanya air
limbah yang dihasilkan hanya sesaat namun dalam jumlah yang besar.
Industri yang aliran limbahnya seperti ini misalnya adalah industri
pembuatan tempe, tahu, rumah pemotongan hewan (RPH) dan rumah
pemotongan unggas (RPU).
PPK_ Desain IPAL halaman-26

Untuk industri seperti ini maka desain IPALnya dipilih yang dapat
menerima aliran sesaat atau shock loading seperti pengolahan fisik
(penyaringan dan pengendapan), pengolahan kimia (koagulasi dan
flokulasi) dan pengolahan biologi (anaerobic digester).
 
3) Parameter Pencemar (Karakteristik) Air Limbah
  Setiap industri memiliki parameter pencemar yang berlainan
hal ini terkait dengan penggunaan bahan baku dan proses
produksi yang juga berlainan. Bahkan, industri sejenispun dapat
memiliki karakteristik air limbah yang tidak sama karena
penanganan bahan dan penggunaan air yang tidak serupa.
Secara umum parameter pencemar atau karakteristik air limbah
ditentukan oleh jenis bahan baku yang digunakan danproses yang
dilakukan.
PPK_ Desain IPAL halaman-27

Bila bahan baku yang digunakan adalah bahan organik maka


limbah yang digunakan akan memiliki kandungan bahan organik,
demikian juga bila industri tersebut menggunakan bahan kimia
dalam proses produksinya, maka dalam air limbahnya akan
ditemui kandungan bahan kimia tersebut dalam ikatan aslinya atau
ikatan dengan bahan kimia lainnya.
Dengan bahan yang sama namun proses berbeda maka akan
dihasilkan karakteristik air limbah yang berbeda. Dengan bahan
baku kedelai, industri tahu dan tempe menghasilkan karakteristik
air limbah yang berlainan. Kandungan bahan organik dan padatan
dalam limbah tahu lebih banyak karena ada proses penghancuran
kedelai dan penyaringan bubur tahu.
PPK_ Desain IPAL halaman-28

Jenis parameter pencemar utama dalam air limbah adalah bahan


organik, bahan an-organik, minyak dan lemak, mikroorgsnisme,
warna dan bahan padatan. Untuk masing-masing jenis parameter
pencemar tersebut dapat digunakan unit pengolahan tertentu agar
dapat dikurangi konsentrasinya atau tingkat bahayanya. Unit-
unit pengolahan air limbah tersebut ada yang secara khusus untuk
mengolah pencemar tertentu, namun ada juga yang berfungsi
untuk mengolah secara bersama-sama beberapa jenis bahan
pencemar.
 
4) Baku Mutu Air Limbah
Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan/ atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang/ atau dilepas ke
dalam sumber air.
PPK_ Desain IPAL halaman-29

Pada baku mutu air limbah diatur beberapa hal terkait kadar bahan
pencemar, kuantitas dan beban pencemaran dalam air limbah yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan.  
Secara umum, gabungan beberapa unit pengolahan berupa
penyaringan, pengendapan, pengolahan biologi dan pemanfaatan
lumpur (sludge) serta pemanfaatan gas/ energi dapat dijadikan pilihan
untuk instalasi pengolahan air limbah kegiatan agroindustri.
 
5) Ketersediaan Lahan atau Ruang
Besarnya lahan atau ruang bagi instalasi pengolahan air limbah
ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1) Volume limbah
yang dihasilkan, 2) Kadar dan keragaman bahan pencemaran air
limbah, dan 3) Pilihan jenis unit pengolahan air limbah.
 
PPK_ Desain IPAL halaman-30

Beberapa kegiatan agroindustri seperti pengolahan kelapa sawit,


karet, dan gula memiliki lahan yang cukup luas karena biasanya
berlokasi di dekat perkebunannya. Namun demikian, agroindustri
seperti pengolahan susu, kedelai, rumah potong hewan, dll karena
berlokasi di perkotaan atau dekat perkotaan memiliki lahan yang
minim untuk penggunaan instalasi pengolahan air limbah.
 
6) Ketersediaan Biaya
Pembangunan (konstruksi), operasional dan perawatan IPAL
membutuhkan pembiayaan yang tidak murah. Terdapat bangunan atau
unit pengolahan yang terbuat darisemen (bak penyaringan, bak
pengendapan, biogas, bak kontrol, bak pengering lumpur, dll), terbuat
dari besi (trickling filter, RBC, anaerobic digester, dll), dan terbuat
dari plastik atau fiber (biogas).
 
PPK_ Desain IPAL halaman-31

Selain itu terdapat unit pengolahan yang tidak membutuh kan


peralatan penunjang, namun ada pula yang membutuhkan peralatan
penunjang mekanik dan elektrik. Peralatan penunjang ini
membutuhkan pembiayaan dalam pembangunan, operasional dan
perawatannya. Biaya operasional dapat berupa biaya untuk membeli
bahan yang diperlukan dalam proses IPAL (koagulan, kapur,
aktivator, dll), membayar biaya energi (listrik atau energi lainnya),
membayar tenaga kerja dan biaya uji laboratorium.
Instalasi pengolahan air limbah perlu dirawat agar beroperasi
secara optimal. Banyak dari IPAL kegiatan agroindustri yang tidak
lagi beroperasi atau berfungsi optimal karena tidak
menganggarkan pembiayaan perawatan IPAL. Perawatan IPAL terdiri
dari kegiatan pengecekan fungsi alat dan bangunan serta perbaikan
alat dan bangunan.
 
PPK_ Desain IPAL halaman-32

Alat pengolahan biologi yang relatif rendah biaya konstruksi,


operasional dan perawatannya adalah biogas. Alat ini dapat
digunakan untuk mengolah limbah dengan bahan organik yang
tinggi, dan mengandung padatan tersuspensi. Biogas juga
menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk menjalankan
generator listrik, menyalakan kompor, patromax, alat pemanas,
dll, sehingga dapat menghemat biaya pembelian/pembayaran
energi yang lain.
 
PPK_ Desain IPAL halaman-33
PPK_ Desain IPAL halaman-33
C. Tugas Desain dan Instalasi
Kumpul 1 hari sebelum UAS

Nilai: Dipresentasikan, maksimum nilai 100


Tanpa dipresentasikan, maksimum nilai 85
Tidak ikut berpartisipasi/ membuat, nilai maksimum 0

1. Pabrik Gula;
2. Pabrik Semen;
3. Pabrik Air Bersih;
4. Pabrik Cuko dan Pempek;
5. Pabrik Kecap;
6. Pabrik Tahu;
7. Pabrik Soya;
8. Pabrik Tempe;
9. Pabrik Air Minum;
10. Pabrik Oksigen;
11. Dan lain-lain (dengan persetujuan Dosen Pengampu)
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai