Anda di halaman 1dari 7

Jalan Berliku

Mendapatkan
Obat
Kepentingan
Filosofi Mulia: Bisnis Asuransi
Meningkatkan
EFISIENSI
Pengobatan
Beberapa Kekacauan
 Paket ekonomis, banyak kebutuhan
tidak terjamin
 E-catalogue  tanding murah, bukan
tanding kualitas, apalagi inovasi
 Merepotkan pasien harus bolak – balik
Puskesmas/ RS
Efek Sistemik
• Peta Industri Farmasi di Indonesia: 4 BUMN, 178
swasta Nasional, 24 MNC  Banyak tapi kecil
• Industri farmasi swasta nasional terseok bersaing di

Jens Martensson
pasar  seolah mendapat angin segar dengan e-
catalogue.
• BPJS nunggak (GPF mengklaim BPJS utang 6T) 
PBF dan industri kalang kabut (modal lemah)
• Industri Farmasi Nasional semakin lemah, semakin
jauh dari harapan kemandirian obat
Industri Mencoba Survive
• Sayangnya PBF dan industri tidak punya taring di hadapan
BPJS (“dilindungi” Pemerintah)
• PBF menekan Apotek, mempersulit transaksi demi

Jens Martensson
menyelamatkan cash flow industri
Pangkal Keruwetan
 Pengalihan peran Negara dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan kepada swasta
 Perubahan paradigma pelayanan menjadi bisnis

Jens Martensson
Islam Memandang Obat
 Efektivitas adalah “segalanya”, setelah itu baru
efisiensi
 Efisiensi dicapai BUKAN dengan
mempertaruhkan kualitas, melainkan dengan
menanggung biaya pengembangan obat yang
selama ini ditanggung swasta
 Industri Farmasi adalah industri strategis, Negara
harus memiliki industri Farmasi yang kuat untuk
menopang kedaulatan Negara

Anda mungkin juga menyukai