Anda di halaman 1dari 12

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

created by: Indri Amelia


NIM: 20200302092
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami sejarah ejaan yang ada di Indonesia
2. Mengaplikasikan penggunaan pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia
dalam kegiatan sehari-hari
Sejarah Ejaan Di Indonesia
● ejaan bahasa Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi
adalah mempunyai tujuan untuk penyempurnaan. Dalam language planning proses ini dikenal dengan
sitilah elaborasi, yaitu pembuatan aturan-aturan kaidah kebahasaan seperti dalam kaidah penulisan
(ortografis). Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan ejaan Van Ophuysen yang dipergunakan
sejak tahun 1901 hingga bulan maret 1947. Ejaan ini dimuat dalam kitab logat melayu. Ejaan ini
berperan aktif serta cukup berjasa dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia, Selanjutnya Ejaan
Republik, Ejaan Republik merupakan hasil penyederhanaan daripada Ejaan Van Ophuysen. Ejaan
Republik mulai berlaku pada tanggal 19 maret 1947. Ejaan ini menghasilkan huruf-huruf yang
disederhanakan yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tuggal. Kemudian ejaan selanjutnya yaitu
ejaan Melindo (Melayu-Indonesia), Ejaan ini merupakan suatu hasil perumusan ejaan melayu dan
indonesia pada tahun 1959. Bentuk rumusan ejaan Melindo merupakan bentuk penyempurnaan dari
ejaan sebelumnya. Tetapi ejaan Melindo ini belum belum sempat dipergunakan, karena pada masa-masa
itu terjadi konfrontasi antara negara kita dengan pihak Malaysia. Ejaan berikutnya adalah Ejaan Baru
(Ejaan LBK), ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirilis oleh panitia
Ejaan Malindo. dan setelahnya ada Ejaan yang disebut dengan Ejaan Yang Disempunakan (EYD), Ejaan
ini merupakan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dengan penyederhanaan dan
penyempurnaan dari Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik yang dipakai sejak bulan maret 1947. Ejaan ini
berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Ejaan ini merupakan ejaan yang paling lama dipakai dan juga
mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia. Dan Ejaan yang terakhir yaitu
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), EBI resmi berlaku sebagai ejaan bahasa bari Bahasa Indonesia pada tahun
2015. Latar belakang diresmikan ejaan baru ini adalah karena perkembangan pengetahuan, teknologi,
dan seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas. Ejaan ini menyempurnakan EYD, terutama
dalam hal penambahan diftong, penggunaan huruf kapital, dan cetak tebal.
PAHAMI !!!
1. Pemakaian Huruf (huruf kapital dan miring)
2. Penulisan Kata (kata ganti, kata depan, kata turunan, bentuk ulang)
3. Tanda Baca (.)(,)(:)(/)(“...”)(-)
4. Penulisan Imbuhan
Pemakaian Huruf
# Huruf Kapital
1. Dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat 9. Dipakai sebagai huruf pertama nama geografi
Contoh: Apa maksudnya ? Contoh: Jakarta
2. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang 10. Dipakai sebagai huruf pertama semua kata dalam nama negara,
(julukan) lembaga, organisasi, dll.
Contoh: Amir Hamzah Contoh: Republik Indonesia
3. Dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung 11. Dipakai sebagai huruf pertama setiap kata didalam judul buku,
Contoh: Adik bertanya, “ Kapan kita pulang?” karangan, artikel, makalah dll
4. Dipakai sebagai huruf pertama nama agama, kitab, dan Contoh: Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan
Tuhan 12. Dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
Contoh: Allah, Islam, Kristen, Alkitab dll. pangkat, atau sapaan
5. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar Contoh: S.H untuk gelar sarjana hukum
kehormatan dan juga keturunan 13. Dipakai sebagai huruf pertama kata pertama penunjuk
Contoh: Indri Amelia S,Gz. & Sultan Hasanuddin kekerabatan, seperti bapak, ibu dll.
6. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan Contoh: Dendi bertanya, “itu apa, Bu?”
pangkat yang diikuti nama orang
Contoh: Professor Supomo
7. Dipakai sebagai huruf pertama nama, suku, dan bahasa
bangsa
Contoh: bangsa Indonesia
8. Dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, dan hari.
Contoh: tahun Hijriyah & hari Jum’at
Pemakaian Huruf
# Huruf Miring # Huruf Tebal

1. Dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, 1. Dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
atau nama surat kabar (daftar pustaka) dll miring
Contoh: Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala Contoh: Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat
2. Dipakai untuk menegaskan huruf, bagian kata, kata (kelompok dalam EBI
kata) dalam kalimat 2. Dipakai untuk menegaskan judul buku, bab, atau subbab.
Contoh: Huruf terakhir kata abad adalah d Contoh: 1.1 Latar Belakang dan Masalah
3. Dipakai untuk menuliskan kata /ungkapan dalam bahasa
daerah (asing)
Contoh: Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia
Mangostana
Penulisan Kata
# Kata Ganti # Kata Turunan

kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang Kata turunan adalah kata dasar yang mendapat imbuhan, baik
mengikutinya, sedangkan –ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai berupa awalan, sisipan atau akhiran, maupun gabungan kata.
dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Misalnya: Rumah itu telah kujual. Berlibur: imbuhan ber- + kata dasar libur
Sinari: kata dasar sinar + imbuhan -i

# kata Depan

Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya: Di mana dia sekarang?
Pemakaian Tanda Baca
# Tanda Titik (.)

1. Dipakai pada akhir kalimat pernyataan.


Misalnya: Mereka duduk di sana.
2. Dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya: 1. Kedudukan
3. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya: Pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Dipakai dalam daftar pustaka diantara nama penulis, tahun, judul, dan tempat terbit.
Misalnya: Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa, Jakarta: Gramedia.
5. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatan (jumlah)
Misalnya: Indonesia memiliki lebih dari 13:000 pulau.

# Tanda Koma (,)

1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan


Misalnya: Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
2. Dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Misalnya: “ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya”.
3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: “Kalau diundang, saya akan datang”
Pemakaian Tanda baca
4. Dipakai dibelakang kata/ungkapan penghubung antarkalimat (karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, DLL.
Misalnya: Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
5. Dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru (o, ya, ah, atau hai, dan kata sapaan)
Misalnya: “O, begitu?’’
6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
7. Dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
8. Dipakai diantara nama orang dan singkatan gelar akademis
Misalnya: Siti Aminah, S.H.,M.H.
9. Dipakai sebelum angka desimal atau diantara rupiah (angka)
Misalnya: 12,5 m atau 27,3 kg dll.
10. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi
Misalnya: Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.

# Tanda Titik Dua (:)


1. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti penjelasan.
Misalnya: Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
2. Dipakai jika perincian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya: Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi: ....
3. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: Ketua: Ahmad Wijaya dll
4.Dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukan pelaku
Misalnya:
Ibu: “bawa koper ini, Nak!” dll
Pemakaian Tanda Baca
# Tanda Pisah (-)

1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata/kalimat yang memberi penjelasan diluar bangun kalimat.
Contoh: kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai
2. Dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau yang lain.
Misalnya: Soekarno-Hatta-Proklamator Kemerdekaan RI
3. Dipakai antara dua bilangan, tanggal, atau tempat.
Contoh: Tahun 2010-2013

# Tanda Petik (“...”)

1. Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
2. Dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, bab buju yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.
3. Dipaai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Tanya dia, “kau dengar bunyi ‘kring-kring’tadi?”
Penulisan Imbuhan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya: berjalan, berkelanjutan, mempermudah, gemetar, lukisan, kemauan, perbaikan

2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.


Misalnya:
Adibusana
Aerodinamika
Infrastruktur
Mancanegara
Paripurna
Narapidana
Pramusaji
Telewicara
Transmigrasi
ultramodern
Thanks !

Anda mungkin juga menyukai