Anda di halaman 1dari 26

KEP

Kelompok B
Definisi
•Kwashiorkor adalah suatu sindrom klinik yang timbul sebagai akibat
adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang
kurang dari yang dibutuhkan. Kwashiorkor merupakan bentuk dari
malnutrisi protein-energi yang berhubungan dengan defisiensi protein
yang ekstrim dan dikarakteristikan dengan edema, hipoalbunemia,
anemia dan pembesaran hati. 

Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat karena makanan yang
dikonsumsi tidak menyediakan energi yang cukup untuk
mempertahankan hidupnya sehingga badan menjadi sangat kecil dan
tinggal kulit pembalut tulang. 
Penentuan KEP pada Anak
• Lingkar lengan atas (LiLA) <12,5 cm
• Berat Badan : Indeks BB/U, BB/TB dibawah garis -2
• Tinggi Badan : Indeks TB/U dibawah garis -2
KLASIFIKASI (KEP)
Klasifikasi Kurang Energi Protein (KEP) Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP
yang dilakukan dengan menimbang berat badan anak dibanding dengan umur dan
menggunakan KMS dan tabel BB/U Baku Median WHO – NCHS.
1.KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita kuning
2.KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis
Merah ( BGM ).
3.KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U < 60 % baku median WHO-
NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/gizi buruk dan KEP sedang,
sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan tabel BB/U Baku median
WHO-NCHS.
Tanda dan Gejala
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak
kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan
sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmus-kwashiorkor. Tanpa
mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain
adalah KEP berat/gizi buruk tipe kwashiorkor. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk
yang dapat ditemukan:
Etiologi
Marasmus
• Asupan makanan yang sangat kurang
• Penyakit infeksi
• Bawaan lahir
• Prematuritas
• Penyakit pada saat neonates
• Masalah lingkungan
Kwashiorkor
• kurang mendapatkan asupan protein yang cukup
Marasmus kwashiorkor

Marasmus kwashiorkor merupakan kondisi anak mengalami kekurangan protein


yang kronis yang disebabkan oleh :
• Anak tidak mendapatkan asupan makanan bergizi (terutama makanan yang
mengandung tinggi protein dan energi)
• Anak tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai
• Kemungkinan disebabkan oleh adanya penyakit infeksi
Pengelompokan KEP
Kekurangan energy protein terdapat tiga tipe utama :
1. Marasmus
2. Kwarshiokor
3. Marasmus kwarshiokor
Marasmus
• kekurangan gizi buruk yang paling sering ditemukan pada
batita usia 0-2 tahun yang tidak mendapatkan cukup air susu
ibu (ASI), infeksi, BBLR, prematuritas, penyakit pada masa
neonates serta kesehatan lingkungan.

• berat badan tang sangat rendah kurang dari 60% dari berat
badan normal

• Tanda dan gejala : ukuran kepala lebih besar dari tubuh,


Rambut tipis mudah rontok, old man face, kulit kering berlipat,
kesadaran menurun, perut cekung, tulang iga tampak jelas
(iga ngambang), pantat kendur (baggy pants),
Kwarshiokor
• kondisi ini banyak di temukan pada usia 1-3 tahun yang kurang mendapatkan
asupan protein.

Tanda dan gejala :


pembengkakan (edema), otot mengecil LLA kurang dari 14cm,
ruam berwarna merah muda pada kulit yang berubah coklat kehitaman dan
mengelupas, tidak nafsu makan/kurang, rambut tipis berwarna merah seperti
jagung mudah di cabu, mata sayu, sering terkena infeksi, anemia, diare, anak
rewel, apatis, perut membesar/ buncit.
Marasmus kwarshikor
• campuran dari beberapa gejala klinik kwarshiokor dan
marasmus disertai dengan edema yang mencolok.
• Biasa terjadi busung lapar (honger edema) Yang diakibatkan
karena kekurangan protein kronis pada anak-anak,
• tidak cukup mendapatkan makanan, anak tidak mendapat
asupan gizi yang memadai sehingga anak mudah terkena
infeksi.
Patofisiologi
Pencegahan KEP
• Kecukupan Asupan Makanan

Asupan makan terkait dengan ketersediaan pangan namun tidak berarti jika tersedia

pangan kemudian akan secara pasti setiap orang akan tercukupi konsumsi makanan

karena kecukupan gizi seseorang tergantung dari makanan yang dikonsumsinya.

Apabila anak balita intake makanannya tidak cukup maka daya tahan tubuhnya akan

menurun sehingga akan mengalami kurang gizi dan mudah terserang penyakit

infeksi. Demikian pula bila anak balita menderita penyakit infeksi maka anak akan

kehilangan nafsu makan sehingga intake makanan menjadi kurang . Dua hal inilah

sebagai penyebab langsung gizi kurang. Selama masa pertumbuhan balita

memerlukan asupan energi dan protein. Protein diperlukan oleh anak balita untuk

pemeliharaan jaringan, perubahan komposisi tubuh dan pertumbuhan jaringan baru.


• Hindari Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi dapat menyebabkan kehilangan nafsu makan sehingga

terjadi kekurangan gizi secara langsung. Pada anak umur 12 sampai 36

bulan khususnya mempunyai risiko penyakit infeksi seperti

gastroenteritis dan campak (WHO, 2000). Hubungan yang sangat kuat

antara malnutrisi dan kematian anak balita dikarenakan anak menderita

gizi kurang disertai dengan penyakit infeksi. Beberapa penyakit yang

menyebabkan terjadinya malnutrisi antara lain adalah penyakit diare,

campak, ISPA, malaria, dan lain-lain.


• Menjaga Sanitasi Lingkungan

Ketersediaan air bersih, sanitasi dan higiene memberi


dampak pada penyakit infeksi khususnya penyakit diare.
Ketersediaan air bersih merupakan upaya pencegahan yang
berkaitan dengan status gizi. Ketersediaan air bersih sangat
berhubungan dengan kejadian kurang energi protein
khususnya pada anak balita
• Pantau Status Gizi Anak

Pantau rutin status gizi anak dapat dilakukan dengan cara


pengukuran antropometri. Antropometri adalah ukuran dari
tubuh dan sangat umum digunakan untuk mengukur status
gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan energi
dan protein. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Epidemiologi
1. Sering terjadi pada anak usia <5 tahun

2. Status ekonomi rendah

3. Negara berkembang / miskin


Penatalaksanaan
PRINSIP DASAR PELAYANAN RUTIN KEP
BERAT/GIZI BURUK
Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu: 

• 1. Atasi/cegah hipoglikemia
• 2. Atasi/cegah hipotermia
• 3. Atasi/cegah dehidrasi
• 4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
• 5. Obati/cegah infeksi
• 6. Mulai pemberian makanan
• 7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
• 8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
• 9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
• 10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk
terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase transisi,
dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus
trampil memilih langkah mana yang sesuai untuk
setiap fase.
Tata laksana ini digunakan pada pasien
Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-
Kwashiorkor.
Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai