www.esaunggul.ac.id
o Manajemen Nyeri
o Menurut (Prasetyo, 2010)., mendefinisikan bahwa nyeri merupakan
suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang
rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri (Prasetyo, 2010).
o Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama
dengan 55 tahun (WHO, 2013). Lansia dapat juga diartikan sebagai
menurunnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015).
o Manajemen Nyeri pada lansia adalah mengidentifikasi dan mengelola
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan pada usia lanjut > 55
o Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018)
www.esaunggul.ac.id
Etiologi Nyeri lansia
Nyeri arthritis terjadi pada lebih dari setengah jumlah
seluruh lansia dengan osteoarthritis yang
menyebabkan lebih banyak nyeri kronis daripada
kondisi yang lain.
Jenis nyeri lain yang sering terjadi pada lansia adalah
sakit kepala, nyeri punggung bagian bawah, dan nyeri
tajam dan menusuk, nyeri neuropatik terbakar
(misalnya fantom ekstremitas, neuropati diabetes,
neuralgia pasca herpetic, neuralgia trigeminal, dan
kausalgia).(Aisyah, Siti. 2017))
www.esaunggul.ac.id
Klasifikasi Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda.
www.esaunggul.ac.id
Skala Nyeri
Pengukuran subyektif nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
alat pengukur nyeri seperti skala visual analog, skala nyeri numerik, skala
nyeri deskriptif, atau skala nyeri Wong-Bakers (Black & Hawks, 2009).
www.esaunggul.ac.id
Manajemen nyeri
• Farmakologi
• Non farmakologi
Penanganan nyeri pada lansia dengan metode non farmakologik telah
terbukti dapat membantu lansia dalam menurunkan nyeri dan efek samping
yang ditimbulkan sangat kecil dan tidak mahal.
Masase, relaksasi dan guide imagery, stimulasi saraf dengan listrik
transkutan, penggunaan kompres panas dan dingin, sentuhan
terapeutik, meditasi, hipnotis dan akupresur, TENS (Transcutaneus
Electrical Nerve stimulation). Tehnik-tehnik ini pada umumnya aman,
tersedia dengan mudah dan dapat dilakukan di rumah atau dalam
lingkungan fasilitas perawatan akut (Mickey S dan Patricia GB, 2007)
www.esaunggul.ac.id
Pengkajian Nyeri pada Lansia dengan Teknik PQRST
P (Provoking Incident)
Q (Quality or Quantity of Pain)
R (Region, Radiation,Relief)
S (Severity/Scale of Pain)
T (Time)
www.esaunggul.ac.id
1. P : Provokatif / Paliatif
Apa kira-kira penyebab timbulnya rasa nyeri?
Kontraksi
2. Q : Qualitas / Quantitas
Seberapa berat keluhan nyeri terasa? Bagaimana rasanya? Seberapa sering
terjadinya?
3. R : Region / Radiasi
Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah juga
menyebar kedaerah lain / area penyebarannya?
4. S : Skala Seviritas
5. T : Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan /dirasakan? Seberapa sering keluhan
nyeri tersebut dirasakan / terjadi? Apakah terjadi secara mendadak atau bertahap?
Akut atau kronis?
www.esaunggul.ac.id
www.esaunggul.ac.id
o Pointers
www.esaunggul.ac.id
JUDUL
o Pointers
www.esaunggul.ac.id
JUDUL
o Pointers
www.esaunggul.ac.id
o Pointers
www.esaunggul.ac.id
Terima Kasih
www.esaunggul.ac.id