Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus

Tonsilitis Kronis

Baiq Denda Putria Ningsih


Supervisor : dr. Alfian Sulaksana, Sp. THT-KL
OUTLINE

01 02
Pendahuluan Tinjauan Pustaka

03 04
Penutup
Laporan Kasus dan Pembahasan
01
PENDAHULUAN
Pendahuluan
 Tonsillitis kronis merupakan peradangan kronik dari tonsil sebagai lanjutan
peradangan akut atau sub akut yang berulang atau rekuren dengan kuman
penyebab non spesifik

 Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada tonsiliti kronis dapat berupa
gejala lokal yaitu nyeri menelan, nyeri tenggorok, rasa mengganjal di
tenggorokan, mulut berbau, demam, mendengkur, gangguan bernafas, hidung
tersumbat, batuk pilek berulang. Serta gejala sitemik yaitu Rasa lemah, nafsu
makan berkurang, sakit kepala, nyeri pada sendi. Dan tanda klinis yang dapat
ditemukan yaitu pembesaran tonsil, permukaan kripta tonsil melebar, detritus
pada penekanan kripta, arkus anterior atau posterior hiperemis, pembesaran
kelenjar submandibular

 Tatalaksana : medikamentosa dan operatif


02
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
 Tonsillitis kronis merupakan peradangan kronik dari tonsil sebagai lanjutan
peradangan akut atau sub akut yang berulang atau rekuren dengan kuman
penyebab non spesifik.

 Peradangan kronik ini dapat mengakibatkan pembesaran tonsil yang


menyebabkan gangguan menelan dan gangguan pernapasan.

 Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer.

 Tonsilitis kronis digambarkan sebagai lebih dari tujuh episode dalam satu
tahun, lebih dari lima episode setiap tahun selama lebih dari dua tahun, lebih
dari tiga episode setiap tahun selama lebih dari tiga tahun, atau dua minggu
atau lebih tidak masuk sekolah dalam satu tahun karena tonsillitis.
Etiologi dan Faktor resiko
 Tonsillitis kronis dapat disebabkan oleh serangan ulang dari tonsilitis akut yang mengakibatkan kerusakan permanen
pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase resolusi yang tidak sempurna.

 Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan,
higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

 Pada penderita tonsilitis kronis jenis kuman yang sering adalahstreptococcus β hemolyticus grup A (SBHGA).Selain itu
terdapat streptococcus pyogenes, streptococcus grup B, C, adenovirus, Epstein barr, bahkan virus herpes.
Patofisiologi
Antigen  masuk ke dalam tonsil  terbentuk fokus infeksi  Keadaan ini akan semakin berat jika
daya tahan tubuh penderita menurun  peradangan tonsil  Karena proses radang yang timbul maka
selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar (Secara klinik
kripti ini tampak diisi oleh detritus) Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil 
akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris disertai dengan pembesaran
kelenjar limfa dengan submandibular  Apabila tidak terjadi penyembuhan yang sempurna pada tonsil
 infeksi berulang  terjadi peradangan yang kronis atau yang disebut dengan tonsilitis kronis.
Gejala Klinis
 Gejala Lokal
Nyeri menelan, nyeri tenggorok, rasa mengganjal di tenggorokan, mulut berbau, demam, mendengkur, gangguan
bernafas, hidung tersumbat, batuk pilek berulang.

 Gejala Sistemik
Rasa lemah, nafsu makan berkurang, sakit kepala, nyeri pada sendi.

 Tanda Klinis
Pembesaran tonsil, permukaan kripta tonsil melebar, detritus pada penekanan kripta, arkus anterior atau posterior
hiperemis, pembesaran kelenjar submandibular.
Tanda Klinis

 Tanda Klinis
Pembesaran tonsil, permukaan kripta
tonsil melebar, detritus pada
penekanan kripta, arkus anterior atau
posterior hiperemis, pembesaran
kelenjar submandibular.
Diagnosis
Anamnesis

Anamnesis mulai dari keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit
keluarga dan riwayat sosial. Tanyakan terutama mengenai faktor risiko tonsilitis, apakah keluhan ini berulang, sudah
berapa kali keluhan ini berulang.

Pemeriksaan Fisik

Pada tonsilitis kronik ditemukan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus melebar dan berisi detritus.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikrobiologi yaitu melalui swab permukaan tonsil
dengan pewarnaan Gram. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan penunjang lain
yang dapat dilakukan adalah kultur resistensi swab tenggorok, rinofaringolaringoskopi (RFL), foto polos nasofaring
lateral, polisomnografi bila diperlukan (ppk perhati, dan ppk dilayanan primer IdI).
Tatalaksana
 Medikamentosa

Penatalaksanaan medis termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari, dan usaha untuk
mernbersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi gigi atau oral. Golongan makrolida dapat digunakan hanya jika
terdapat alergi terhadap penisilin, hal ini disebabkan efek samping yang ditimbulkan golongan makrolida lebih
banyak .

 Operatif (Tonsilektomi)

Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan tonsil. Tindakan ini dilakukan pada kasus-
kasus di mana penatalaksanaan medis atau yang lebih konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala yang
dirasakan.
Komplikasi
 Abses peritonsil
Penyebaran infeksi pada tonsil dapat meluas dan membentuk abses serta pus pada celah diantara tonsil. Manifestasi
klinis yang dapat terjadi seperti nyeri tenggorokan, trismus, hot-potato voice, otalgia dan odinofagia.

 Obstruksi jalan napas


Hal ini dapat terjadi karena edema pada palatum molle dan tonsil diikuti dengan abses peritonsilar atau infeksi EBV.
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan yaitu stridor, meningkatnya kerja pernapasan dan takipnea.

 Glomerulonefritis pasca streptococcus


Glomerulonefritis pasca streptococcus merupakan inflamasi yang dapat terjadi pada ginjal setelah 1-2 minggu pasca
infeksi tenggorokan oleh streptococcus. Manifestasi klinis yang tampak mencakup uris berwarna gelap, edema
periorbital, malaise dan anorexia.

 Demam reumatik
Merupakan komplikasi yang jarang terjadi, tapi merupakan komplikasi yang serius akibat infeksi tenggorok oleh
streptococcus yang tidak diobati. Manifestasi klinis yang tampak meliputi poliartritis, keterlibatan jantung sehingga
menimbulkan nyeri dada, sesak napas dan murmur (regurgitasi mitral).
Konseling dan Edukasi
Memberitahu individu dan keluarga untuk :
 Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi
 Melakukan pengobatan yang adekuat karna resiko kekambuhan cukup tinggi.
 Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur
 Berhenti merokok
 Selalu menjaga kebersihan mulut
 Mencuci tangan secara rutin.
03
LAPORAN KASUS dan PEMBAHASAN
IDENTITAS PASIEN

● Name : Haerul
● Age : 19 tahun
● Gender : Laki-laki
● Occupation :-
● Religion : Islam
● Ethnicity : Sasak
● Addres : Jonggat, Lombok Timur
● Medical record : 002425
● Examination Date : 03 Oktober 2020
Keluhan Utama
Rasa mengganjal ditenggorokan
Riwayat Penyakit Sekarang
 Keluhan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, terus menerus.
 Selain itu pasien juga mengeluhkan sering nyeri tenggorokan dalam 3 bulan terakihr, dirasakan hilang timbul, namun
sering kambuh, dalam 3 bulan ini kambuh lebih dari 3 kali. Setiap kali kambuh pasien mengalami kesulitan dan nyeri
saat menelan.
 Orang tua pasien mengaku bahwa pasien tidur mengorok.
 Pasien mempunyai riwayat amandel saat usia 10 tahun dan sembuh dengan terapi obat-obatan, dan baru kambuh lagi
3 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Keluhan Serupa (+) sejak usia 10  Operasi (+) Hernia inguinal kiri
tahun (2017)
 Opname (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
 Keluhan serupa (-)

 Diabetes militus (-)

 Hipertensi (-)

 Asma (-)

 Penyakit jantung (-)


Riwayat Alergi
 Riwayat alergi antibiotik (+) : ceftriaxon

 Riwayat alergi makanan, debu (-)


Riwayat Pengobatan
● Pasien sebelumnya sudah berobat ke puskesmas namun tidak diberikan terapi medikamentaso
melainkan langsung dilakukan perujukan ke RSUDP NTB.
Riwayat Sosial-Ekonomi
● Keluarga pasien mengaku bahwa pasien sering makan mie instan, gorengan, dan makan-makanan
yang pedas, merokok dan konsumsi alkoholl disangkal.
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis / E4V5M6

Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 beats / minute
Pernapasan : 18 times / minute
Suhu : 36.5 C
No Area Telinga Kanan Telinga Kiri
.

Pemeriksaan Telinga 1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-),


krusta (-)
Nyeri tekan (-), edema (-),
krusta (-)
2. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, hematoma (-), batas normal, hematoma (-),
nyeri tarik aurikula (-), nyeri tarik aurikula (-),
edema (-), krusta (-) edema (-), krusta (-)
minimal
3. Liang telinga  Edema (-) 
 Hiperemis (-) Edema (=)
 Sekret (+)  Hiperemis (-)
 Serumen (-)  Sekret (-)
 Furunkel (-)  Serumen (-)
 Otorrhea (-)  Furunkel (-)
 Liang telinga sempit  Otorrhea (-)
(-)  Liang telinga sempit
(-)
Membran Retraksi (-), bulging (-), Retraksi (-), bulging (-),
4. timpani hiperemi (-), edema (-), hiperemi (-), edema (-),
perforasi (-), kolesteatom (-), perforasi (-), kolesteatom
(-),

MT intak MT intak
Cone of light (+) Cone of light(+)
Pemeriksaan Hidung Hidung kanan Hidung kiri
Pemeriksaan Hidung Hidung luar Bentuk (dbn), inflamasi (-), Bentuk (dbn), inflamasi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-) nyeri tekan (=), deformitas (-)
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi dbn, ulkus (-) dbn, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (dbn), mukosa Bentuk (dbn), mukosa
hiperemia (-) hiperemia (-)
Meatus nasi media Mukosa hiperemia (-) , sekret Mukosa hiperemia (-) , sekret
(-), massa (-) (-), massa (-)
Konka nasi inferior Hipertrofi (-), mukosa Hipertrofi (-), mukosa
hiperemi (-), sekret (-) hiperemi (=), sekret (-)
minimal warna jernih

Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), benda asing(-),
perdarahan (-), ulkus (-) perdarahan (-), ulkus (-)
Palpasi sinus maksila Nyeri tekan maxila (-) Nyeri tekan maxila (-)
dan frontal Nyeri tekan frontal (+) Nyeri tekan frontal (-)
Pemeriksaan Tenggorokan
Bibir & mulut Mukosa bibir & mulut basah, berwarna merah muda (N)
Geligi Tidak ada lubang atau tanda infeksi pada gigi rahang atas.
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembran (-)
Uvula Bentuk normal tepat ditengah, hiperemi (-), edema (-),
pseudomembran (-)
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-), massa di orofaring (+)
Tonsila Kanan: T3, kripte melebar (+), detritus (+)
palatina Kiri: T3, kripte melebar (+), detritus (+)
Assesment

Diagnosis Kerja
 Tonsillitis Kronis
Tatalaksana

 Ceftriaxon 1 gr
 Eksisi Tumor
 Tonsilektomi
Konseling, Informasi dan Edukasi
 Pasien diberi informasi mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.
 Pasien diberikan KIE post operasi tonsilektomi
Pembahasan
 Tonsillitis kronis merupakan peradangan kronik dari tonsil sebagai lanjutan peradangan akut atau sub akut yang berulang atau rekuren
dengan kuman penyebab non spesifik

 gejala dapat berupa gejala lokal yaitu nyeri menelan, nyeri tenggorok, rasa mengganjal di tenggorokan, mulut berbau, demam,
mendengkur, gangguan bernafas, hidung tersumbat, batuk pilek berulang. Serta gejala sitemik yaitu Rasa lemah, nafsu makan
berkurang, sakit kepala, nyeri pada sendi. Pada pasien didapatkan gejala tonsillitis berupa rasa mengganjal pada tenggorokan, nyeri,
kesulitan menelan, tidur ngorok, dan pasien memiliki riwayat amandel pada usia 10 tahun. Serta pasien mengaku sering makan mie
instan, gorengan, dan makan-makanan yang pedas.

 Dan tanda klinis yang dapat ditemukan yaitu pembesaran tonsil, permukaan kripta tonsil melebar, detritus pada penekanan kripta,
arkus anterior atau posterior hiperemis, pembesaran kelenjar submandibular. hasil pemeriksaan fisik pasien didapatkan adanya
pembesaran tonsil T3/T3 dengan kripte yang melebar dan terisi detritus.

 Pada pasien dilakukan tindakan operatif berupa tonsilektomi.


04
PENUTUP
Kesimpulan
Terdapat pasien dengan kasus tonsilitis kronis yang memiliki gejala berupa rasa mengganjal pada
tenggorokan, nyeri, kesulitan menelan, tiddur ngorok, dan pasien memiliki riwayat amandel pada usia 10
tahun. Serta pasien mengaku sering makan mie instan, gorengan, dan makan-makanan yang pedas,
merokok dan konsumsi alkohol disangkal. Serta dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya
pembesaran tonsil T3/T3 dengan kripte yang melebar dan terisi detritus. Penatalaksanaan yang dapat
diterapkan pada pasien dengan tonsillitis kronis dapat berupa tatalaksana medikamentosa dan operatis.
Pada pasien diberikan tatalaksana operatif berupa tonsilektomi.
Reference
● PERHATI-KL. Panduan Praktik Klinis Prosedur Tindakan (Clinical Pathways). Pengurus Pusat Perhati-KL
[Internet]. 2013;1:4–8. Tersedia di http://perhati-kl.or.id/wp-content/uploads/2017/05/ppk-perhati-vol1-okt2015.pdf
<Diakses pada 21 April 2020>.
● Soepardi E, Iskandar N, Bashiruddin J, Rusiati RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. 7th ed. Badan Penerbit FK UI; 2015.
● Ardilla, S. W. (n.d.). TONSILITIS. 483-494.
● Ramadhan F, Sahrudin, & Ibrahim, K. (20117). Analisis Faktor Risiko Kejadian Tonsilitis Kronis Pada Anak Usia 5-
11 Tahun Di Wilayahh Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 2(6), 1-8.
● Kalaiarasi R, Subramanian K S, Vijayakumar C, et al. (September 22, 2018) Microbiological Profile of Chronic
Tonsillitis in the Pediatric Age Group. Cureus 10(9): e3343. DOI 10.7759/cureus.3343.
Thanks!
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai