Anda di halaman 1dari 17

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
DETERMINAN SOSIAL BUDAYA
DALAM KESEHATAN
MASYARAKAT
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah perkuliahan ini diharapkan kepada Mahasiswa semester 1


(satu) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
mampu:
• Memahami konsep determinan kesehatan
• Menguasai teori determinan sosial budaya dalam konteks
kesehatan masyarakat
Sumber: https://www.aihw.gov.au/australias-health/2016/determinants
MODEL DAHLGREN DAN WHITEHEAD (1991)
DALAM DETERMINAN KESEHATAN
• Lapisan pertama (level mikro, hilir/downstream) determinan kesehatan meliputi perilaku dan
gaya hidup individu, yang meningkatkan ataupun merugikan kesehatan.
• Lapisan kedua (level meso) adalah pengaruh sosial dan komunitas, yang meliputi norma
komunitas, nilai-nilai sosial, lembaga komunitas, modal sosial, jejaring sosial, dan sebagainya
• Lapisan ketiga (level ekso) meliputi faktor-faktor struktural: lingkungan pemukiman atau
perumahan papan yang baik, ketersediaan 9 pangan, ketersediaan energi, kondisi di tempat
bekerja, kondisi sekolah, penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan, akses terhadap pelayanan
kesehatan yang bermutu, akses terhadap pendidikan yang berkualitas, lapangan kerja yang layak.
• Lapisan terluar (level makro, hulu/upstream) meliputi kondisikondisi dan kebijakan makro sosial-
ekonomi, budaya, dan politik umumnya, serta lingkungan fisik.
Berdasarkan model determinan ekonomi-sosial kesehatan
Dahlgren dan Whitehead (1991) dapat disimpulkan bahwa
kesehatan individu, kelompok dan komunitas yang optimal
membutuhkan realisasi potensi penuh dari individu, baik secara
fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan ekonomi, pemenuhan
ekspektasi peran seorang dalam keluarga, komunitas, tempat
bekerja, dan realisasi kebijakan makro yang dapat memperbaiki
kondisi lingkungan makro.
DETERMINAN SOSIAL

• Determinan sosial adalah faktor-faktor penentu secara sosial di dalam


masyarakat. Pada prinsipnya determinan sosial adalah sejumlah variabel yang
tergolong dalam faktor sosial, seperti; budaya, politik, ekonomi, pendidikan,
faktor biologi dan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan individu
atau masyarakat.
• Determinan sosial berkontribusi terhadap kesenjangan kesehatan di dalam
kelompok masyarakat yang disebut determinan sosial kesehatan dan
mempengaruhi kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga dapat menjadi tolak ukur status kesehatan masyarakat.
Determinan sosial kesehatan merupakan proses yang
membentuk perilaku di dalam masyarakat. Perilaku adalah
semua kegiatan yang dilakukan manusia baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Perilaku seseorang terbentuk dari pengetahuan,
sikap dan praktek atau tindakan yang dimiliki (Notoatmodjo,
2012).
DETERMINAN SOSIAL (BAPPENAS, 2010)

• Determinan sosial kesehatan dan perilaku mempengaruhi mortalitas dan


morbiditas dalam suatu komunitas. Hubungan determinan sosial kesehatan
dan perilaku terhadap mortalitas atau kematian sangat menarik untuk
dibicarakan karena mortalitas merupakan salah satu dari tiga komponen
demografis selain fertilitas dan migrasi, yang mempengaruhi jumlah, struktur
dan komposisi penduduk.
• Determinan sosial dan perilaku yang berkembang di masyarakat dipengaruhi
oleh pemerintah sebagai penyedia layanan, masyarakat, dan fasilitas
pelayanan kesehatan itu sendiri.
CONTOH KASUS
Sehubungan dengan salah satu tujuan pembangunan milenium
atau Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia
berupaya untuk menurunkan angka kematian anak. Anak- anak
terutama bayi sangat rentan terhadap penyakit dan kondisi
hidup yang tidak sehat yang dapat menyebabkan kematian.
Kematian bayi juga turut menjadi tolak ukur derajat kesehatan
dan pembangunan manusia, sehingga determinaan sosial Perlu diidentifikasi risiko
kesehatan yang mempengaruhi risiko kematian bayi perlu
diidentifikasi. Kunci dari model kelangsungan hidup anak
determinan sosial kesehatan
terletak pada identifikasi sekumpulan variabel yang dan perilaku terhadap
menyebabkan peningkatan risiko kematian anak
Angka kematian bayi merupakan indikator yang sensitif
kejadian kematian bayi
terhadap ketersediaan, pemanfaatan dan kualitas pelayanan
kesehatan terutama pelayanan perinatal. Angka ini
menggambarkan besarnya masalah kesehatan yang
bertanggung jawab langsung terhadap kematian bayi misalnya
sakit diare, ISPA, malnutrisi sampai kondisi perinatal dan
menggambarkan tingkat kesehatan ibu, misalnya perawatan
antenatal sampai sesudah melahirkan.
KEBUDAYAAN
DAN
KESEHATAN
• Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri.
• Proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya
adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi
dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk merubah
perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan.
• Untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan
yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam
mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah yang
implikasinya adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat  memberikan
peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam
masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat
dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu
perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan
budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
PERILAKU KESEHATAN

• Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan
masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
• Menurut Sudarti (2005) yang menyimpulkan pendapat Bloom tentang status kesehatan, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan yaitu; lingkungan yang terdiri dari
lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan,
selanjutnya Bloom menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja
mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
• Selanjutnya Sudarti (2005), yang mengutip pendapat G.M. Foster menyatakan, selain aspek sosial
yang mempengaruhi perilaku kesehatan, aspek budaya juga mempengaruhi kesehatan seseorang
antaranya tradisi, sikap fatalisme, nilai, etnocentrism, dan unsur budaya yang dipelajari pada
tingkat awal dalam proses sosialisasi.
TEORI PERILAKU – L.GREEN
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat kesehatan
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause) dan faktor di luar
perilaku (non-behaviour cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor, yaitu;
•Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
•Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, air
bersih dan sebagainya
•Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
CONTOH
DISKUSI

Nyonya A tinggal di Desa Melati yang berjarak 7 jam perjalanan darat dari pusat kota. Infrastruktur jalan
sangat tidak mendukung sehingga membuat desa ini tergolong ke dalam desa yang terisolasi. Fasilitas
kesehatan yang ada di desa tersebut hanya 1 klinik Bidan Desa. Puskesmas terletak di ibukota kecamatan yang
berjarak 3 jam dari desa tersebut. Nyonya A memiliki 8 orang anak, dan saat ini sedang mengandung anak ke-
9. Suami Nyonya A bekerja sebagai buruh pabrik kelapa sawit dan memiliki kebiasaan merokok. Nyonya A
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Nyonya A memiliki prinsip bahwa pemenuhan gizi untuk keluarga sangat
penting, hal ini terlihat dari ke-8 anaknya tumbuh dengan sehat. Termasuk dalam masa kehamilannya saat ini,
Nyonya A sangat memperhatikan kondisi kesehatannya secara mandiri walaupun jauh dari pelayanan
kesehatan. Akan tetapi, suami Nyonya A kurang mendukung untuk melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
dengan alasan masih ada keluarga yang bisa membantu proses persalinan secara tradisional.

1.Pembelajaran apa yang bisa Saudara peroleh dari narasi di atas?


2.Bagaimana budaya mempengaruhi kondisi kesehatan di keluarga tersebut?

Anda mungkin juga menyukai