Anda di halaman 1dari 13

TUGAS BENCANA

BANJIR DI JAKARTA

NAMA : GARINI PUSPITA


MAYANGSARI
NIM : 01.2.17.00606
DEFINISI
• DKI Jakarta sebagai ibukota Negara Republik
Indonesia mempunyai letak geografis yang rentan
terhadap banjir atau genangan air, baik yang berasal
dari hujan maupun banjir kiriman dari daerah hulu.
Pada musim hujan air melimpah memasuki Jakarta
dari daerah hulu (di selatan), sementara itu bagian
utara Jakarta adalah daerah pantai yang
kemiringannya tidak cukup untuk mengalirkan air ke
laut dengan cepat, sehingga menimbulkan
genangan dan banjir.
• Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi
ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan, Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan
banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada
daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam
arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti
masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh
volume air di suatu badan air seperti sungai atau 
danau yang meluap atau melimpah dari bendungan
sehingga air keluar dari sungai itu.
Logika dan Penalaran pribadi
• Banjir merupakan bencana atau suatu
keadaan dimana terjadinya peningkatan
volume air yang menggenangi suatu wilayah
yang disebabkan oleh peningkatan curah
hujan dan perilaku negatif manusia seperti
membuang sampah disembarang tempat
sehingga menyebabkan gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar
Fase Pra Bencana (Fase pencegahan dan mitigasi)

• Mitigasi
• Mitigasi ancaman bahaya banjir dilakukan agar
keadaan darurat yang ditimbulkan oleh
bahaya banjir dapat diringankan atau dijinakan
efeknya melalui:
a. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pengendalian banjir.
b. Perlindungan sumberdaya air dan lingkungan
Face pencegahan

– penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau


informasi-informasi, baik dari Pemerintah maupun
pemerintah daerah, berkaitan dengan masalah banjir
– pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-
menerus;
– optimasi pengoperasian prasarana dan sarana
pengendali banjir;
– penyebarluasan informasi daerah rawan banjir,
ancaman/bahaya, dan tindakan yang harus diambil
oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana;
– peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen
pengendalian banjir dengan menyiapkan dukungan sumber
daya yang diperlukan dan berorientasi kepada pemotivasian
individu dalam masyarakat setempat agar selalu siap sedia
mengendalikan ancaman/bahaya;
– persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman;
– penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat,
seperti: karung plastik, bronjong kawat, dan material-
material pengisinya (pasir, batu ,dan lain-lain), dan
disediakan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan rawan/kritis;
– penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk,
buldozer, dan lain-lain) dan disiapsiagakan pada lokasi yang
strategis, sehingga sewaktu-waktu mudah dimobilisasi
– penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti:
speed boat, perahu, pelampung, dan lain-lain
Fase Bencana (Fase tanggap darurat : akut
dan sub akut)
• Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko.
• Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood
warning system)
– Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada
setiap titik pantau.
– Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai
tingkat siaga kepada dinas/instasi terkait, untuk
kemudian diinformasikan kepada masyarakat sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional Banjir.
• Peramalan
Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara:
• analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall – runoff
relationship),
• metode perambatan banjir (flood routing), metode lainnya.
• Komunikasi
Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian
informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio
komunikasi, telepon, faximili, dan sarana lainnya.
• Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)
Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine,
kentongan, dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-
masing pos pengamatan berdasarkan informasi dari posko
banjir.
Fase Pasca Bencana (Fase rekonstruksi : fase
recovery dan fase rehabilitasi)
• Surveilans Penyakit Potensial Kejadian Luar Biasa Lanjutan
Rusaknya lingkungan akibat bencana dapat berpengaruh pada
kesehatan masyarakat seperti rusaknya sarana air bersih, sarana
jamban, munculnya bangkai dan vektor penyebar penyakit yang
merupakan potensi menimbulkan kejadian luar biasa. Untuk mencegah
terjadinya terjadinya KLB maka Puskesmas bersama Satgas Kesehatan
melakukan pemantauan terhadap kejadian beberapa kasus penyakit
seperti Diare, Malaria, ISPA, Kholera, keracunana makanan melalui hasil
kegiatan pelayanan kesehatan, faktor-faktor resiko yang dapat
menimbulkan masalah penyakit antara lain vektor penyakit (nyamuk,
lalat, tikus), kecukupan air bersih, sarana jamban, sarana pembuangan
air limbah dan status gizi penduduk rentan (bayi, anak, balita ibu hamil,
ibu bersalin).
• Pemantauan Sanitasi Lingkungan
• Kegiatan pemantauan sanitasi lingkungan
paska bencana ditujukan terhadap kecukupan
air bersih, kualitas air bersih, ketersediaan dan
sanitasi sarana mandi, cuci kakus, sarana
pembuangan air limbah termasuk sampah
dilokasi pemukiman korban bencana.
Pemantauan juga dilakukan terhadap vektor
penyebab penyakit
• Upaya Pemulihan Masalah Kesehatan Jiwa dan
Masalah Gizi pada Kelompok Rentan
• Stress paska trauma yang banyak dialami oleh
korban bencana dapat diatasi melalui konseling
dan intervensi psikologis lainnya, agar tidak
berkembang menjadi gangguan stress paska
trauma. Masalah gizi pada kelompok rentan
(Balita, ibu hamil dan ibu menyusui serta usia
lanjut) memerlukan pemantauan dan pemulihan
melalui pemberian makanan tambahan yang
sesuai dengan kelompok umur untuk
menghindari terjadinya kondisi yang lebih buruk.

Anda mungkin juga menyukai