Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah
skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis
servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim,
letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.
PENYEBAB PENYAKIT
Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus
(HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40
di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus
risiko rendah jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus
risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat
menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV
tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV risiko tinggi yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual.
Peran infeksi HPV sebagai faktor risiko mayor kanker serviks telah mendekati
kesepakatan, tanpa mengecilkan arti faktor risiko minor seperti umur, paritas,
aktivitas seksual dini/prilaku seksual, dan merokok, pil kontrasepsi, genetik,
infeksi virus lain dan beberapa infeksi kronis lain pada serviks seperti klamidia
trakomatis.
PENYAKIT BERDASARKAN
EPIDEMIOLOGI
Kanker serviks dmasukkan kedalam kategori pandemi. Karena Menurut (WHO),
suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi:
- timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi
bersangkutan,
- agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
- agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada
manusia.
PENCEGAHAN
1. Test PAP
Melakukan Tes PAP tiap tiga tahun setelah dua kali hasil negatif terhadap
terhadap semua wanita yang aktif secara seksual atau yang telah berusia
18 tahun.
2. IVA
- tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 2 %) dan
larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi
setelah dilakukan olesan. Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang
mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim.
(tidak direkomendasi kepada wanita yg telat menopause)
3. Pencegahan primer
A. Menunda Onset Aktivitas Seksual
Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara
monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.
B. Penggunaan Kontrasepsi Barier
Dokter merekomendasikan kontrasepsi metode barier (kondom, diafragma, dan
spermisida) yang berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan lateks
lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat dari kulit kambing.
C. Penggunaan Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human
Papiloma Virus , karena mempunyai kemampuan proteksi >90%. Tujuan dari
vaksin propilaktik dan vaksin pencegah adalah untuk mencegah perkembangan
infeksi HPV dan rangkaian dari event yang mengarah ke kanker serviks.
4. Pencegahan sekunder
a. Pasien Dengan Risiko Sedang
Hasil tes Pap yang negatif sebanyak tiga kali berturutturut dengan selisih waktu
antarpemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk
pasien (atau partner hubungan seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui),
dianjurkan untuk melakukan tes Pap tiap tahun.
b. Pasien Dengan Risiko Tinggi
Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia < 18 tahun dan wanita yang
mempunyai banyak partner ( multipel partner ) seharusnya melakukan tes Pap
tiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse aktif. Interval sekarang ini dapat
diturunkan menjadi setiap 6 bulan untuk pasien dengan risiko khusus, seperti
mereka yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang.
PENATALAKSANAAN