1
Pengantar
Seiring ekonomi beralih ke basis informasi dan pengetahuan, pembelajaran bukan lagi
one-time dan berorientasi instruksional tetapi proses secara terus-menerus yang mengharuskan
karyawan untuk belajar dengan cepat dan teratur untuk mengimbangi kemajuan teknologi,
persaingan global, dan perubahan yang cepat. Menghadapi perubahan ini, Training Center
melihat model manajemen yang dapat memperbaiki dan merevolusi cara mereka merancang dan
menyelenggarakan pembelajaran di dalam organisasi. Namun, industri pelatihan menemukan
bahwa banyak hal-hal yang terabaikan dalam pengelolaan dan pengembangan bisnis organisasi.
Industri TC harus mengembangkan koneksi yang jelas ke misi dan tujuan organisasi dan harus
membuktikan bahwa pembelajaran berkontribusi pada organisasi sejalan dengan visi, misi dan
sasaran strategis organisasi. Pada tahun 1950, Corporate University mulai dibentuk untuk
membantu organisasi dalam menghubungkan (lingkage) dan menselaraskan (alignment)
program-program pembelajaran dengan visi, misi dan sasaran strategis organisasi.
Namun, yang perlu diperhatikan, CU bukan sebuah tempat seperti kampus, juga bukan
nama lain dari TC dan pengembangan, bukan pula training katalog dan bukan sebuah institusi
yang menawarkan berbagai macam program yang berbeda. Dalam CU, ada 3 elemen yang
penting yaitu :
1. Pembelajaran formal dan informal (Blended Learning)
2. Riset dan pengembangan serta
3. Learning solution atau Kurikulum akademik yang terstruktur.
Banyak organisasi berpikir bahwa masalah kinerja mereka terletak pada satu hal yang
sederhana, yaitu: Pelatihan. Jadi apa yang mereka lakukan? Mereka menghabiskan waktu dan
energi untuk merancang agenda pembelajaran setiap tahunnya pelatihan 5-7 man-days untuk
setiap individu. Begitu mereka merancang agenda tahunan ini, mereka menghabiskan sisa
waktunya untuk meyakinkan para pekerja/karyawan agar mengikuti pelatihan ini. Dan ketika
akhirnya pekerja mereka menghadiri program pelatihan; yang mengejutkan, hasilnya tidak
kelihatan. Mengapa demikian? Mengapa 90% program pelatihan yang dilakukan menghasilkan
hal yang sia-saia?
Pertama
Hal paling utama, Anda harus berkomitmen untuk menjauh dari mentalitas serba cepat.
Batas waktu sudah dekat dan Anda telah begitu sibuk dengan pekerjaan lain sehingga Anda tidak
pernah memiliki waktu yang cukup untuk memfinalisasi program pelatihan dan sekarang Anda
akan menerima apapun yang sesuai dengan keinginan Anda. Anda belum menyediakan cukup
waktu untuk memilih materi pada sesi pelatihan dan mencocokkannya kembali dengan
persyaratan peserta pelatihan yang sesuai dengan tujuan organisasi. Ini membutuhkan beberapa
perencanaan, harus lebih proaktif dan, yang lebih penting, memerlukan disiplin dan tidak
mengambil jalan keluar yang mudah. Hal ini membutuhkan assessmen kebutuhan organisasi pada
bagian eksekutif Human Capital (HC). Tapi kebanyakan dari kita diliputi oleh keadaan yang
dikendalikan oleh situasi. Sebelum organisasi melatih karyawan utama mereka di bidang
Kedua
Ketiga
Kita harus menyadari fakta bahwa pelatihan mungkin bukan jawaban untuk semua
masalah terkait kinerja kita, masalahnya bisa terletak pada satu atau lebih dari tiga bidang utama.
Menemukenali orang yang bermasalah dalam organisasi adalah bagian yang sulit, dibutuhkan
peran aktif dari eksekutif SDM untuk menggalinya.
Jika orang tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman keterampilan yang dibutuhkan
maka pelatihan diperlukan
Jika orang tidak ingin mengembangkan diri karena mereka tidak sepenuhnya memahami
nilai pelatihan. Hal ini membutuhkan motivasi. Pemimpin perlu menginspirasi mereka
dengan menghubungkan pekerjaan dengan apa yang paling penting bagi mereka-
kebutuhan, nilai, sasaran, sikap, minat, dan lain-lain.
Mereka mungkin tahu bagaimana, mereka bahkan mungkin termotivasi untuk melakukan
pekerjaan itu namun mungkin kekurangan wewenang, bimbingan, informasi, personalia,
fasilitas, persediaan, peralatan, teknologi, transportasi, dana atau sumber daya lainnya.
Karena hal-hal ini bergantung pada organisasi, orang bergantung pada manajemen untuk
Dari tiga area; Dua pengetahuan dan minat, bisa dikendalikan oleh eksekutif SDM. Yang
ketiga adalah inisiatif organisasi yang menyediakan sumber daya. Tapi dengan melakukan ini,
kita akan meningkatkan peluang kita untuk memberikan solusi yang berdampak.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peranan eksekutif SDM sangat penting dalam
mengembangkan karyawan. CU menjadi sangat penting untuk mengitegrasikan praktek-praktek
SDM dengan visi, misi dan sasaran strategis organisasi.
Saat ini telah banyak perusahaan memiliki management development program, namun itu
belum seideal CU. Implementasi CU masih banyak didominasi oleh perusahaan besar khususnya
multinational companies (MNC). Ada beberapa hal yang mendorong perusahaan mendirikan CU.
Ada banyak investasi di organisasi, dan banyak yang ingin investasi pada sisi manusia-
nya, meski tingkat pengembaliannya tidak cepat. Dengan demikian suatu perusahaan mendirikan
CU sebaiknya bukan karena hanya mengikuti tren tapi memang karena dorongan kebutuhannya.
Karena tanpa kajian yang jelas maka hal itu akan gagal dan sia-sia.
Di lain pihak, sangat memungkinkan apabila CU adalah hasil dari ekspansi TC untuk
menjadi strategic business unit yang lebih besar, mengingat proses CU tidak hanya sebatas
kerjasama dengan satu pihak saja, melainkan juga dengan berbagai macam provider training.
Sehingga jika dalam organisasi sudah memiliki CU, maka TC sudah tidak diperlukan lagi.
Ada 4 faktor yang menjadi bahan pertimbangan perusahaan mengapa termotivasi untuk
mendirikan CU, yaitu
1. Ketika organisasi melihat adanya individual development needs yang sama di semua
karyawannya, sehingga organisasi memerlukan satu pengembangan yang sifatnya cocok
Bicara Corporate University tentu tidak lepas dengan pengembangan dan perubahan dari
sebuah organisasi. Banyaknya perusahaan-perusahaan besar multinasional yang meminati CU ini,
karena CU merupakan strategic umbrella untuk menyelaraskan, mengkoordinasikan dan
memfokuskan kepada usaha pembelajaran untuk karyawan, pelanggan dan supplier dalam rangka
mencapai strategi dan tujuan bisnis organisasi (Jeanne C. Meister, page 29). Tujuan dasar
dibentuknya CU adalah membuat suatu organisasi menjadi organisasi pembelajaran.
Dalam strategi penerapan CU, sangat diperlukan "kaki tangan" dan orang-orang yang
duduk di level strategi. Biasanya, dalam CU ada yang namanya Chief Learning Officer (CLO).
Ini setara dengan Chief Finance Officer atau Chief Operasional Officer, dimana orang tersebut
bertanggung jawab terhadap pembelajaran organisasi. Perlu diketahui bahwa komitmen dari para
leader di perusahaan tersebut, baik dari awal pendirian hingga pada proses pelaksanaannya
merupakan kunci sukses dari implementasi CU.
Tahapan yang harus dikerjakan dalam membangun CU, semuanya tergantung dari arahan
strateginya. Organisasi harus melihat kesiapan organisasi tersebut untuk membentuk CU. Siap
dalam arti
• sudah melakukan survei mengenai kebutuhan pembelajaran,
• siap dengan metode pembelajaran yang akan ditawarkan, seberapa tinggi respon yang
ada, seberapa tinggi mereka sadar terhadap pembelajaran, atau apakah semua ini
hanya sebatas ulangan saja. Kalau base learning tinggi, organisasi tinggal menentukan
strategi pembelajarannya.
• berapa biaya yang harus dikeluarkan.
Dengan adanya CU, maka organisasi bisa lebih efisien dalam biaya pengembangan
stakeholdernya. Umumnya efisiensi yang signifikan ini baru dapat terjadi setelah berjalan 3-4
tahun. karena dalam tahun pertama masih banyak penataan dan pembentukan secara keseluruhan,
termasuk orang-orang yang terlibat di dalamnya. beberapa provider juga masih dalam tahap
penjajagan. Saat sebuah organisasi bicara kerjasama jangka panjang, berarti organisasi tersebut
akan bicara kontrak dan hubungan jangka panjang kepada para provider sehingga efisiensi biaya
baru bisa terjadi.
Selain faktor pembuatan CU, perlu pula diperhatikan konsep yang merupakan sistem
terintegrasi dalam organisasi pembelajaran. Dalam konsep dasar, ada 5 hal yang diperlukan yaitu
10. organisasi, yang di dalamnya sudah mencakup visi, kultur, struktur, strategi dan target
bisnis.
11. yang tak kalah penting adalah manusia, baik itu internal maupun eskternal yang
mencakup karyawan, manajer, pelanggan, dan komunitas.
12. teknologi, sudah mencakup teknologi informasi, teknologi berbasis learning dan
electronic performance support system.
Hambatan dan kendala yang ada saat membangun CU akan muncul dari dalam organisasi
itu sendiri saat implementasi CU dimulai.
1. Kemauan dari karyawan agar mau meluangkan waktu untuk belajar atau kursus baik
itu secara online maupun secara ikut sub development atau diklat guna memenuhi
komitmen ? Dan ini sangat berhubungan dengan sistem yang ada.
Solusinya, adalah dengan menekankan kepada orang-orang dalam sebuah
organisasi bahwa ini merupakan komitmen untuk semua orang agar
menggunakan CU yang sedang dibangun untuk belajar.
2. Di samping itu dalam perjalanannya tidak mudah untuk mendapatkan full
commitment dari leader dari perusahaan tersebut untuk senantiasa terlibat dalam
pengembangan CU.
Solusi lain untuk menjembatani keengganan karyawan untuk meluangkan waktu yaitu
dengan mengaitkan pada performance management mereka. Dalam performance management,
disarankan untuk mengkaitkan setiap orang yang ada dalam organisasi dengan pengembangan
pribadi. Ketika memasukkan area pengembangan pribadi dalam performance management
tentunya setiap orang berkewajiban dan harus ikut dalam pengembangan tersebut. Bentuknya bisa
training atau apapaun. Tergantung dari kebutuhan developer melalui servis yang diberikan lewat
CU. Sarana yang harus dipersiapkan untuk menunjang operasional CU yaitu
Call center untuk mengatur segala kebutuhan pengembangan dari karyawan kepada CU.
Idetifikasi learning, dan memasarkan CU seperti apa.
CU perlu diposisikan secara strategis di perusahaan dengan memegang suatu brand yang
cocok untuk organisasi tersebut. Misalnya seperti Hamburger University milik McDonald's. Yang
harus diingat, bicara CU, tidak hanya sekedar bicara development saja. Tapi juga bicara juga
program mentoring dan coaching, yang ditangani CU dari segi mekanisme dan sistem
pelaksanaannya. Melalui CU, seseorang bisa mengetahui siapa mentornya, dan bagaimana proses
mentoring itu. Data base seseorang sebagai karyawan juga akan tersimpan di CU sehingga CU
bisa menyarankan kepada karyawan tentang proyek pekerjaan karyawan lain yang sesuai dengan
pengembangannya karena servis yang diberikan CU adalah asssesment center.
Saat ini, perusahaan-perusahaan local masih cukup kuat dengan kinerja departemen
training, sehingga jika perusahaan itu mulai menerapkan CU, maka akan terjadi servis
maintenance secara besar-besaran karena biasanya harus diimplementasikan kepada seluruh
organisasi yang ada di seluruh region dengan tujuan efisiensi.
Tantangan perusahaan lokal untuk mendirikan CU sebagian besar dari sisi investasi atau
prioritas untuk biaya. "Saya sangat mengerti sekali alokasi biaya pengembangan yang dimiliki
oleh banyak perusahaan masih banyak tersedot untuk mengembangkan dasar-dasar system HR
seperti misalnya Competency Profiling, atau Assessment Center ataupun Performance
Management. Namun di tahun-tahun mendatang ketika semua sistem HR sudah establish di
Gambaran buku
Buku ini disusun dalam 15 Bab yang dibagi dalam dua bagian yaitu Perancangan Corporate
University dan Best Practice Implementasi Corporate University di beberapa peruahaan di
Indonesia.