Tujuan Mata Kuliah : Akhir perkuliahan diharapkan mampu Mengerti dan memahami Demokrasi di Indonesia dan menerapkan demokrasi dalam manajemen konflik dan ketahanan Nasional Pokok Bahasan - Pengertian konsep dasar demokrasi Indonesia - Konsep Dasar Konflik dan Ketahanan Nasional - Menerapkan demokrasi indonesia dalam manajemen konflik dan ketahanan Nasional
Prodi D-IV keperawatan Mlg.2014
DEMOKRASI INDONESIA
1. Pengertian Demokrasi Pancasila
Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara. Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih
dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat berbagai tafsiran serta pandangan. Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusionil cukup jelas tersirat di dalam Undang Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar kita menyebut secara eksplisit 2 prinsip yang menjiwai naskah itu dan yang dicantumkan dalam penjelasan mengenai Sistem Pemerintahan Negara, yaitu: I. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machstaat). II. Sistem Konstitusionil Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum Dasar), tidak bersifat Absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Dengan demikian demokrasi Indonesia mengandung arti di samping nilai umum, dituntut nilai-nilai khusus seperti nilai-nilai yang memberikan pedoman tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungannya dengan : -Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (demokrasi pancasila). Secara ringkas, demokrasi Pancasila memiliki beberapa pengertian sebagai berikut : 1. Demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong- royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasar kan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepri badian Indonesia dan berkesinambungan. 2. Sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat. 3. Kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial. 4. Keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan cita- cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas. 2. Prinsip Pokok Demokrasi Pancasila
Prinsip merupakan kebenaran yang pokok/dasar
orang berfikir, bertindak dan lain sebagainya. Dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi secara umum, terdapat 2 landasan pokok yang menjadi dasar yg merupakan syarat mutlak utk harus diketahui oleh setiap orang yg menjadi pemimpin negara/rakyat/ masyarakat/organisasi/partai/keluarga, yaitu: 1. Suatu negara itu adalah milik seluruh rakyatnya, jadi
bukan milik perorangan atau milik suatu keluarga/ke
lompok/golongan/partai, dan bukan pula milik pengua sa negara. 2. Siapapun yang menjadi pemegang kekuasaan negara, prinsipnya adalah selaku ‘pengurus’ rakyat, yaitu harus bisa bersikap dan bertindak adil terhadap seluruh rakyat nya, dan sekaligus selaku ‘pelayan’ rakyat, yaitu tidak boleh/bisa bertindak zalim terhadap ‘tuannya’, yakni rakyat. Adapun prinsip pokok demokrasi Pancasila 1. Pemerintahan berdasarkan hukum: dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan: a. Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat), b. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi /hukum dasar
tdk bersifat absolutisme (kekuasaan tidak terbatas)
c. Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan MPR. 2. Perlindungan terhadap hak asasi manusia, 3. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah 4. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehaki man) merupakan badan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lain contoh : Presiden, BPK, DPR, DPA atau lainnya, 5. adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi “Untuk menyalurkan aspirasi rakyat”, 6. Pelaksanaan Pemilihan Umum; 7. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR (pasal 1 ayat 2 UUD 1945), 8. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, 9. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan YME, diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain, 10. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita Nasional. 3. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila
1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.
2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong. 3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. 4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi. 5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban. 6. Menghargai hak asasi manusia. 7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan disalurkan melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya demonstrasi dan pemogo kan karena merugikan semua pihak. 8. Tidak menganut sistem monopartai. 9. Pemilu dilaksanakan secara luber. 10. Mengandung sistem mengambang. 11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas. 12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum . Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran Kewarganegaraan, Idris Israil (2005:52-53) 4. Sistem Pemerintahan Demokrasi Pancasila
Landasan formil dari periode Republik
Indonesia III ialah Pancasila, UUD’45 serta Ketetapan-ketetapan MPRS. Sedangkan sistem pemerintahan demokrasi Pancasila menurut prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Batang Tubuh UUD 1945 berdasarkan tujuh sendi pokok Tujuh sendi pokok, yaitu sebagai berikut : 1) Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machsstaat) 2) Indonesia menganut sistem konstitusional Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). 3) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi, MPR adalah lembaga negara tertinggi sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. 4) Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang ter tinggi di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 5) Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden tdk bertanggung jawab kpd DPR, tetapi DPR mengawasi pelaksanaan mandat (kekuasaan pemerintah) yang dipe gang oleh presiden dan DPR harus saling bekerja sama dalam pembentukan undang-undang termasuk APBN. 6) Menteri Negara adalah pembantu presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR 7) Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan diktator, artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Konsep Dasar Konflik dan Ketahanan Nasional
Konflik biasanya didefinisikan sebagai bentuk
peradaban atau pertentangan ide, pendapat, paham, dan kepentingan diantara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk fisik dan nonfisik, yang pada umumnya berkembang dari perten tangan nonfisik menjadi benturan fisik, yang bisa ber kadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent) dan bisa berkadar rendah yang tidak menggunakan kekeras an (nonviolent). konsep ketahanan nasional sering diartikan sebagai kondisi dinamik yang berisi tentang ‘keuletan’ dan ‘ketangguhan’ suatu bangsa dalam mengembangkan kemampuan untuk mengatasi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) baik yang muncul dari dalam maupun dari luar baik yang langsung atau tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas, dan kelangsungan hidup suatu bangsa dalam mengejar cita-cita nasionalnya. Substansi pokok ketahanan nasional mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa yang tergambar dalam bidang- bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan (ipoleksosbudhankam).
Jika ketahanan nasional Indonesia tidak mampu
mencip takan kondisi yang aman, perumusan politik dan strategi nasional tadi, tidak akan bisa dilakukan dengan cermat dan penuh dengan pertimbangan. Akibatnya, ke bijakan nasional tidak memiliki nilai fungsional, terutama dalam memberikan layanan serta pemberdayaan masyara kat, rakyat dan warga Beberapa Pandangan Tentang Konflik
Masyarakat Indonesia yang majemuk,
yang ditandai oleh beragamnya suku bangsa, agama, ras/etnis dan antargolongan (Sara), pada dasarnya merupakan masyarakat yang rentan akan konflik. Mengapa dikatakan demikian? Jika Saudara kaji secara mendalam, bahwa dalam setiap masyarakat, fenomena konflik memang bersifat inhernt ( melekat dan menyerta) dalam kehidupan masyarakat Hampir kebanyakan orang mempersepsikan bahwa konflik itu sebagai fenomena yang memba hayakan. Padahal, kondisi yang sebenarnya tidak lah demikian. Konflik juga diartikan sebagai bahaya meru sak. Hal itu tampak pada beberapa pernyataan bahwa ‘siapa yang bukan teman’ adalah ‘musuh saya’. Jika pernyataan itu dikembangkan terus menerus dalam kehidupan bisa melahirkan konflik yang berkepanjangan mengidentifikasi perbedaan cara pandang terhadap konflik menurut cara lama dan cara baru sebagai berikut :
1. Menurut cara pandang lama, konflik harus
dihilangkan karena dapat mengganggu organisasi dan merusak prestasi; sedangkan cara baru, konflik sesungguhnya meningkatkan prestasi organisasi dan karena itu harus dikelola dengan baik. 2.Dalam cara pandang lama, organisasi atau kelompok atau komunitas yang baik seharusnya tidak ada konflik; sedangkan dalam pandangan baru bahwa dalam organisasi baik konflik yang memuncak dapat mendorong anggotannya untuk memacu prestasi. 3. Dalam pandangan lama, konflik harus dibasmi atau dielakkan; sedangkan dalam pandangan baru konflik merupakan bagian integral dari kehidupan organisasi, kelompok dan komunitas tertentu.
4. Menurut pandangan lama, konflik itu jelek karena
menjurus ke tingkat stres yang lebih tinggi, memuncul kan kejahatan dan sabotase sebagai program kegiatan; sedangkan pandangan baru mengatakan konflik itu baik karena dapat merangsang orang untuk memecahkan persoalan dan penyebab timbulnya konflik.
Sujak (1990), menidentifikasi perbedaan cara pandang terhadap konflik
Karena konflik selalu ada dalam kehidupan masyarakat dan juga memiliki fungsi-fungsi positif, konflik hendaknya tidak serta-merta harus ditiadakan. Persoalan yang harus diperhatikan adalah bagaimana konflik itu bisa dimanajemen sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan disintegrasi sosial (bangsa). Manajemen Konflik dan Ketahanan Nasional
Konflik dapat berpengaruh baik dan atau
jelek, tetapi konflik adalah suatu kondisi yang alamiah dalam kehidupan. Setiap orang harus dapat memahami situa si semacam ini dan memberikan perhatian ter sendiri untuk dapat menetapkan cara yg tepat bagaimana konflik bisa dikelola sedemikian rupa agar tidak menimbulkan perpecahan antar manusia dan disintegrasi bangsa gambaran melalui berbagai metode penyelesaian konflik (conflict resolution methods).
Pertama, setiap orang menggunakan
kekuasaan dan kewenangan agar konflik dapat diredam atau dipadamkan. Sebenarnya dalam banyak hal, manajemen konflik tidak cukup hanya mengandalkan kekuasaan semata-mata karena bisa jadi konflik akan terus berlanjut dan orang akan kehilangan kekuasaan di mata orang lain yang terlibat konflik. Kedua, penyelesaian konflik dengan menggunakan metode penghalusan (smoothing). Pihak-pihak yang berkonflik hendaknya saling memahami konflik dengan menggunakan ‘bahasa cinta’, untuk memecahkan dan memulihkan hubungan yang bersifat perdamaian.
Ketiga, penyelesaian konflik dengan cara
demokratis, artinya memberikan peluang kepada masing-masing pihak untuk mengemukakan pendapat dan memberikan keyakinan akan kebenaran pendapatnya sehingga dapat diterima oleh kedua belah pihak. Berkaitan dengan ini, Cribbin (1985) mengelaborasi terhadap tiga hal, yaitu mulai yang paling tidak efektif, yang efektif, dan yang paling efektif.
Strategi yang dipandangnya paling tidak efektif, meliputi:
(1) Paksaan. Strategi ini umumnya tidak disukai oleh kebanyakan orang. Dengan paksaan, mungkin konflik bisa diselesaikan dengan cepat, namun bisa menimbulkan reaksi kemarahan atau reaksi negatif lainnya. (2) Penundaan, yang mengakibatkan penyelesaian konflik menjadi berlarut-larut. (3) Bujukan, bisa berakibat secara psikologis, di mana orang akan kebal dengan berbagai bujukan sehingga perselisihan akan semakin tajam.
(4) Koalisi, yaitu suatu bentuk persekutuan untuk
mengendalikan konflik. Akan tetapi strategi ini bisa memaksa orang untuk memihak, yang pada gilirannya bisa menambah kadar konflik menjadi sebuah ‘perang’.
(5) Tawar menawar distribusi.
Strategi ini sering tidak menyelesaikan masalah karena masing-masing pihak saling melepaskan. Dengan demikian, manajemen konflik dalam kerangka ketahanan nasional Indonesia harus ditangkap sebagai upaya saling memanfaatkan potensi yang melekat pada pihak-pihak yang berkonflik. Kiranya, ‘gaya kolaborasi’ dipandang lebih sesuai dengan keperluan ini. Hal ini menunjukkan, bahwa untuk menyelesaikan konflik dalam kerangka Tannas Indonesia, bukan mengguna kan parameter ‘benar salah’, akan tetapi senantiasa lebih ba nyak dipetakan lewat pemahaman setting kultural, terutama kecanggihan dalam menangkap simbol-simbol budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Dengan cara itu, latar belakang konflik dapat diidenti fikasi dengan objektif dan dimungkinkan adanya distribusi informasi secara terbuka. Dalam rangka ketahanan nasional Indonesia, manajemen konflik diharapkan mampu melahirkan ‘resultante’ keuletan, ketangguhan, dan daya tahan bangsa Indonesia sehingga memberikan kontribusi bagi upaya mempertahankan identitas, integritas, dan kelangsungan hidup dalam mencapai cita-cita nasionalnya. Terima kasih