Leprosy
Ferdinant M.D.
FK UNCEN 2020
Penyakit Kusta
Pendahuluan
SUBKLINIS
95%
SEMBUH
70% INDETERMINATE (I)
30%
DETERMINATE
I TT Ti BT BB BL Li LL
TT : Tuberculoid polar, bentuk stabil
Ti : Tuberkuloid indefinite
BT : Borderline tuberculoid
Ridley & Jopling BB : Mid Borderline labil
BL : Borderline lepromatosa
Li : Lepromatosa indefinite
LL : Lepromatosa polar, bentuk stabil
• Penularan :
– M. Leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh penderita dan
masuk kedalam tubuh orang lain.
– Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak
yang lama dengan penderita
– Penderita yang sudah minum obat sesuai regimen WHO tidak
menjadi sumber penularan kepada orang lain.
– Teori-teori mekanisme penularan; Sehgal (2006) :
• Kontak langsung dengan penderita kusta
• Sekret pernapasan yang terinfeksi, melalui bersin
• Melalui tanah yang terinfeksi M. Leprae.
– Timbulnya reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang
dapat sembuh sendiri atau progresif → penyakit imunologik
(cellular mediated immune)
– Penyakit kusta akan menjadi tuberkolid ketika seseorang
mempunyai imunitas yang tinggi.
– Gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi
selularnya daripada intensitas infeksinya (Djuanda, 2013).
– Manusia satu-satunya yang dianggap sebagai sumber
penularan walaupun kuman kusta dapat hidup pada armadillo,
simpanse dan pada telapak kaki tikus yang tidak mempunyai
kelenjar tymus (Athymic nude mouse).
Klasifikasi
PB MB
1. Lesi kulit (makula datar, 1-5 lesi > 5 lesi
papul yang meninggi, Hipopigmentasi / eritema Distribusi lebih simetris
nodus) Distribusi asimetris Hilangnya sensasi
Hilangnya sensai yang jelas
2. Kerusakan saraf Hanya satu cabang safaf Banyak cabang saraf
(hilangnya sensasi,
kelemahan otot yang
diinervasi)
• Deformitas akibat kusta :
– Primer, disebabkan oleh granuloma, yang mendesak dan
merusak jaringan di sekitarnya, yaitu kulit, mukosa TR atas,
tulang-tulang jari, dan muka.
– Sekunder , kerusakan lebih besar akibat kerusakan saraf
– Pada mata, dapat terjadi alopesia alis mata dan bulu mata
(madarosis).
– Kerusakan N. fasialis dapat membuat paralisis N. orbikularis
palpebrum menyebabkan lagoftalmus.
– Pada tipe lepromatosa dapat timbul ginekomastia akibat
gangguan keseimbangan hormonal ok infiltrasi granuloma
pada tubulus seminiferus testis.
• Kusta histoid
1. Pemeriksaan bakterioskopis
Kepadatan BTA (solid dan solid) pada sebuah sediaan dinyatakan
dengan Indeks Bakteri (I.B) dengan nilai dari 0 sampai 6+ menurut
Ridley :
0 : tidak ada BTA dalam 100 LP
1+ : 1-10 BTA dalam 100 LP
2+ : 1-10 BTA dalam 10LP
3+ : 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
4+ : 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
5+ : 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
6+ : > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
• Indeks Morfologi (IM) adalah persentase bentuk solid
dibandingkan dengan jumlah solid dan non-solid.
• Rumus :
Jumlah solid
-------------------------------- X 100% =
jumlah solid + nonsolid
Syarat :
– Jumlah minimal kuman tiap lesi 100 BTA
– IB 1+ tidak usah dibuat IM nya, karena utk mendapat 100 BTA
harus mencari dalam 1000 sampai 10.000 LP
– Mulai dari IB 3+ ke atas harus dicari IM, sebab dengan IB 3+
hanya maksimum harus dicari dalam 100 LP
2. Pemerikasaan Histopatologis
A C
C
Lepromatous leprosy. A, Dense diffuse sheets of histiocytes are present.
B, the infiltrate includes many foamy histiocytes. C, Acid-fast bacilli are
numerous, often clumped into globi
Histiocytoid leprosy. A dermal fibroma–like lesion is identified.
Lepromatous leprosy. (A) Scattered erythematous plaques and
nodules on the trunk. (B) Diffuse infiltration of the dermis by foamy
macrophages separated from the dermis by a grenz zone.
Reaksi kusta
• Pengobatan
– DDS (diaminodifenil sulfon), klofazimin (lamprene) dan
rifampisin
– Protionamid/etionamid (jarang dipakai)
– Alternatif : Ofloksasin, Minosiklin, klaritromisin
Relaps :
Relaps sensitif (persistent) :
– Secara klinis, bakterioskopis, histopatologik dapat dinyatakan penyakit
sekonyong-konyong aktif kembali dengan timbulnya lesi baru,
bakterioskopik kembali positif.
– Basil M.leprae masih sensitif terhadap DDS
– M. leprae yang tadinya dorman, sleeping, atau persisten menjadi aktif
kembali → sulit dihancurkan dengan terapi
Relaps resisten :
– Dengan GK, bakterioskopik, dan histopatologik, terbukti resisten
terhadap terapi DDS
• Resistensi Primer Terhadap DDS :
– Bila tertular oleh M.leprae yang telah resisten, manifestasi
dapat dalam segala tipe (TT, BT, BB, BL, LL) bergantung SIS.
– Derajat rendah masih bisa diterapi dengan DDS