Anda di halaman 1dari 28

Nama : martono wede

Tempat tgl/lahir : semugih, 24 november 1993

Status : mahasiswa /pelajar


Asal sekolah : STTI Arastamar Ngabang
Semester : VII (Tujuh)

Motto hidup : bergantung pada yesus


berkarya pada panggilanya
SOLUSI MENGATASI
KEKUATIRAN HIDUP
(Matius 6:25-34 )
BAB I
Pendahuluan
Kekuatiran Menurut ( KBBI) dan
pengertianya
Kekuatiran adalah “rasa takut tentang
sesuatu hal
yang belum pasti terjadi; merasa cemas; atau
merasa gelisah”.
Kekuatiran hadir pertama kali dalam kehidupan
manusia sebagai akibat dosa. Kekuatiran
merupakan dampak dari kejatuhan manusia
pertama (Adam dan Hawa) dalam dosa. Akibat
dari kejatuhan itu, dosa telah menjalar kepada
semua manusia dan menjangkau setiap aspek
natur dan kemampuan manusia: termasuk rasio,
hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan
keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus
4:4, 1Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18;
Titus 1:15). Sebagaimana dosa bersifat universal,
maka kekuatiran juga bersifat universal.
BAB II
Pembahasan
Akibat dari kekuatiran
Manusia selalu diserang oleh ketakutan dan
tekanan-tekanan hidup yang dapat
memperburuk keadaannya. Banyak orang
yang kuatir menderita kesulitan-kesulitan
jasmani seperti: gugup, tidak bisa tidur,
gelisah, sakit kepala, sulit bernafas,
keringat berlebihan, dan sebagainya.
Ketidak mampuan melepaskan diri dari
kekuatiran dapat membawa seseorang
kepada keadaan yang lebih serius
seperti stres, depresi dan gangguan
mental lainnya, bahkan bunuh diri. Itu
sebabnya, Kristus memberikan
pengajaran khusus tentang kekuatiran,
dan melarang sikap kuatir ini (Matius
6:25-34).
Bentuk-bentuk umum kekuatiran
Pertama.
kuatir terhadap akibat dari kejahatan atau kesalahan
yang telah dilakukan. Adam berdosa dengan cara
melanggar perintah, maka ia mulai sadar akan dirinya,
menyadari kesalahannya, dan menjadi takut kepada
Tuhan. Ketakutan ini diekpresikan dengan
menyembunyikan dirinya dari hadapan Tuhan
(Kejadian 3:7-11). Saat ini, banyak orang yang
melakukan kesalahan atau kejahatan hidup di dalam
ketakutan. Mereka kuatir bahwa apa yang telah mereka
lakukan diketahui orang lain, dan menyadari
konsekuensi yang akan dialami akibat perbuatan
mereka tersebut.
Supaya kesalahan atau kejahatan
tersebut tidak ketahuan, maka mereka
berupaya sedemikian rupa untuk
menutupinya. Tujuannya adalah
supaya dosa itu tidak diketahui orang
lain! Tetapi justru hal ini yang
menjadikan hidup mereka hancur
karena kekuatiran akan
“terbongkarnya” kesalahan dan
kejahatan terus membayangi hidup
mereka.
Kedua. kekuatiran pada realitas kematian yang pasti
akan dialami. Seseorang tidak dapat memprediksi
kapan kita mati. Masalah kematian merupakan misteri
yang penuh dengan berbagai teka-teki yang
membingungkan. Kapan, dimana dan bagaimana
seseorang mati adalah misteri baginya. Tidak ada
seorangpun yang tahu kapan kematian itu akan datang
menjemputnya. Tidak ada seorang pun yang tahu pasti
berapa panjang usianya di dunia ini. Bila kita
melakukan riset singkat ke kuburan, dan mencatat usia
mereka yang meninggal, pastilah kita akan menemukan
berbagai jenis usia, mulai dari bayi, anak kecil, remaja,
pemuda, dewasa, dan orang tua yang usianya mungkin
mencapai 100 tahun sesungguhnya kita tidak bisa
mengukur atau menebak berapa usia seseorang.
Statistik dunia memberitahukan kita bahwa setiap
dua setengah detik, ada seorang manusia yang
meninggal dunia. Bagaimana cara matinya pun
bervariasi. Sekali lagi, semua fakta memberikan
kita teka-teki tentang misteri kematian, sekaligus
memberikan tanda peringatan agar kita bersiap-
siap menghadapi kematian bila datang
menjemput. Tetapi, sayangnya banyak orang
yang tidak siap ketika kematian kapan saja bisa
datang menjemputnya. Pilihan-pilihan dalam
hidup kita sekarang ini akan menentukan
kemana kita akan pergi setelah kematian. 
Ketiga. kekuatiran terhadap hidup dan kehidupan yang
harus dijalani setiap hari. Orang yang kuatir
sedemikian tercekam tentang apa yang akan terjadi di
masa depan. Sampai mereka lupa mengurus masa kini.
Mereka ditandai oleh kekuatiran tentang segala macam
hal. Hal-hal kecil yang tak berarti akan dibesar-
besarkan. Mereka kuatir kesulitan masa depan, kuatir
tentang kesehatan, kuatir tentang pekerjaan, kuatir
tentang keluarga, dan lainnya yang sebnarnya hanya
ada dalam angan-angan mereka. 
• Alasan Mengapa Kita Tidak Perlu Kuatir?
Kristus memerintahkan agar kita tidak perlu kuatir tentang
hidup kita, tentang apa yang kita makan minum dan pakai,
serta tidak perlu kuatir tentang masa depan kita, Tetapi
disini perlu ditegaskan beberapa salah tafsir mengenai
ajaran Yesus dalam Matius 6:25-34 ini, yaitu: (1) Ada yang
beranggapan bahwa orang Kristen tidak perlu bekerja. Ini
adalah kesalahan dalam memahami ayat 32. (2) Ada juga
yang mengajarkan orang Kristen tidak perlu membuat
rencana mengenai masa depan mereka. Ini adalah kesalahan
dalam memahami ayat 34. (3) Ada juga yang salah
memahami ayat 33 sehingga motivasinya bukan mencari
kerajaan Allah dan kebenarannya, tetapi mencari “semua
yang akan ditambahkan”.
Berdasarkan yang dikatakan Tuhan Yesus tersebut beberapa
alasan yang menjadikan kita tidak perlu kuatir yaitu:
Pertama, kita tidak perlu kuatir karena kita memiliki Allah
Bapa yang mahabaik dan berkemurahan (Matius 6:26,28-
30). Tuhan Yesus menguatkan lagi kepercayaan kepada
Bapa di Sorga dengan menggunakan contoh bagaimana
Allah memelihara burung-burung itu. Walaupun burung itu
tidak menjalankan menabur dan menuai, serta
mengumpulkan dalam lumbung, namun binatang itu
menerima makanan dari Tuhan. Kalau Tuhan memelihara
binatang itu, apalagi anak-anak-Nya, Ia pasti memelihara
mereka. Sebagai anak-anak Allah, manusia mempunyai
tempat yang lebih penting dan berharga dari pada burung-
burung itu.
Kemudian, dalam ayat 28-32. Tuhan Yesus mengambil
contoh “bunga bakung di ladang" untuk melukiskan kasih
Allah Bapa yang memelihara. Sebenarnya, Bunga Bakung
yang dimaksudkan disini kemungkinan besar adalah bunga
anemone, yang banyak sekali di lereng gunung pada bulan
Februari dan Maret di Palestina, dengan warnanya yang
ungu, sama dengan pakaian kebesaran seorang raja.
Kemudian yang dimaksud dengan “rumput” dalam ayat 30
mengacu pada bunga-bunga anemone itu. Jadi, apa yang
dimaksud dalam ayat 29 merujuk kepada Raja Israel
Salomo yang terkenal akan kekayaannya, bunga anemone
yang begitu singkat umurnya, dan yang tidak lama
kemudian ikut terpotong bersama rumput yang dipakai
sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan manusia
(lihat Yakobus 1:11).
Jenis bunga bakung atau yang dimaksud dengan bunga anemone
Bunga itu, kata Yesus, mempunyai “pakaian” lebih
indah dari pada raja Salomo. Dan semuanya itu,
karena Allah yang menghiasinya; karena bunga itu
tidak bekerja dan tidak memintal untuk memperoleh
“pakaian” tersebut. Jadi, jikalau Tuhan sedemikian
rupa memelihara bunga yang dianggap sebagai tidak
berharga, maka pastilah Bapa di Sorga akan
memberi pakaian kepada anak-anak-Nya yang
percaya akan Dia dan yang mau taat kepada-
Nya.Sebagai anak-anakNya, kita perlu mengetahui
bahwa merupakan kesenangan bagi Bapa memenuhi
semua kebutuhan kita. Yesus sendiri menegaskan
“Akan tetapi Bapamu yang disurga tahu, bahwa
kamu memerlukan semuanya itu” (matius 6:32b).
Kedua, kekuatiran tidak pernah menyelesaikan masalah-
masalah kita (Matius 6:27). Pada ayat 27 ini, Tuhan Yesus
ingin menegaskan bahwa kekuatiran itu tidak berguna.
Walau makanan itu penting bagi pertumbuhan seseorang,
tetapi pertumbuhan itu sendiri Allahlah yang
mengendalikan.
Waktu seorang anak bertumbuh menjadi dewasa, Allah
menambahkan jauh lebih dari pada sehasta (46 cm).
Dengan demikian jelaslah bahwa dengan kekuatiran,
kehidupan manusia tidak dapat diperpanjang. ringkasnya,
kekuatiran tidak membantu kesulitan esok hari, tetapi
benar-benar merusak kebahagiaan hari ini. Semakin kita
kuatir semakin sulit dan berat kehidupan yang kita jalani
karena itu jangan pernah membiarkan kekuatiran
mengarahkan hidup kita.
Sehari penuh kekuatiran lebih melelahkan
ketimbang sehari penuh bekerja. Jika kita tidak
dapat menghindar dari rasa kuatir, ingatlah kuatir
juga tidak akan pernah membantu kita.
Ketiga, pilihan untuk tidak kuatir adalah sikap
percaya dan ketaatan pada perintah Tuhan Yesus
Kristus. Tuhan memberikan perintah kepada kita
untuk tidak kuatir. Berulang-ulang Ia mengingatkan
kita akan perintah tersebut yang mengatakan
“janganlah kamu megkuatirkan hidupmu! (Matius
6:25). Tuhan mengajarkan agar kita menyerahkan
segala keinginan kita kepadaNya dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6). 
Bagaimana mengatasi kekuatiran kita.
Pertama, percaya dan berserah kepada Tuhan.
Perhatikan frasa "hai orang yang kurang percaya"
dalam ayat 30 ini adalah kata Yunani “oligopistoi” yang
berarti “hai yang beriman kecil”. Ungkapan ini
dipergunakan 4 kali dalam Injil Matius, satu kali dalam
Injil Lukas, sebagai dorongan pertumbuhan maupun
tegoran yaitu “jangan menjadi orang yang kurang
percaya!” atau “jangan menjadi kuatir dan gelisah!”
Sementara, bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah
hidup dalam kekuatiran karena mereka tidak mengenal
Bapa di Sorga; tidaklah demikian dengan orang-orang
percaya yang mengenal Allah, Bapa yang mengetahui
kebutuhan anak-anak-Nya dan dengan murah hati
memberi kepada kita.
Tuhan tidak menginginkan kita mengejar materi
dengan cara seperti orang-orang yang tidak
mengenal Allah. Tuhan mau supaya kita
mendahulukan mencari kerajaanNya dan
kebenaranNya. Saat kita melakukannya,
semuanya itu akan ditambahkan kepada kita.
Karena itu tetaplah percaya dan setia pada
Tuhan. Pemazmur mengatakan “Serahkanlah
hidupmu kepada TUHAN dan percayalah
kepada-Nya, dan Ia akan bertindak” (Mazmur
37:5). Ketika kita tidak memiliki apapun, selain
Tuhan, itu cukup bagi kita, karena memang
hanya Dia yang kita perlukan! Kita akan selalu
mengalami kesulitan jika berusaha mengatasi
Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang
benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia
menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi
berkat” (Mazmur 37:23-26).
Kedua, mencari kerajaan Allah dan Kebenarannya. Ayat 33 : Adalah ucapan
yang monumental, kalau Tuhan Yesus mengatakan: “Carilah (lebih) dahulu
Kerajaan Allah dan kebenaran Allah”. Kata “carilah” dalam kata Yunaninya
ini adalah “zeteite” berasal dari kata “zeteo” yang berarti “mencari” adalah
bentuk kata kerja aktif yang bermakna “merujuk terjadinya keasyikan terus-
menerus ketika mencari sesuatu; berusaha dengan sungguh-sungguh dan
tekun untuk memperoleh sesuatu”. Sedangkan kata Yunani untuk kata
“dahulu” dalam ayat 33 ini adalah “proton” yang berarti “pertama dalam
urutan atau kepentingan; menempati tempat yang tertinggi dari semua
kesenangan kita”. Ini artinya, kita diminta untuk mendahulukan Kerajaan
Jadi prioritas pertama dan utama kita setiap hari adalah mencari
kerajaan Allah dan kebenaranNya. Dan saat kita melakukannya,
maka kita akan mengalami “panta prostethêsetai humin”, yaitu
“semua akan diberikan dan ditambahkan kepadamu”. Kata
Yunani “prostithêmi” dapat diterjemahkan dengan “diberikan”
atau “ditambahkan”. Kedua arti tersebut, baik “diberikan”
maupun “ditambahkan” dapat kita pergunakan secara bersama-
sama. Hal ini dapat dipahami karena Allah yang mengetahui
kebutuhan kita, Ia juga akan menyediakan, memberikan, dan
menambahkan yang kita perlukan baik jasmani maupun rohani, 2
Korintus 9:8. Lalu, apakah yang dimaksud dengan “mencari
kerajaan Allah dan KebenaranNya?” Yang dimaksud dengan frasa
“tên basileian tou theou” atau “kerajaan Allah” adalah otoritas
dan pemerintahan Allah. Kita harus menempatkan sungguh-
sungguh kepemimpinan, otoritas dan supremasi Allah dinyatakan
melalui kehidupan kita.
Dengan mencari kerajaan Allah berarti bahwa kita hendak
melakukan dan memberlakukan kehendak dan otoritas Allah
dalam setiap aspek kehidupan kita. Sedangkan kata “tên
dikaiosunên autou”, atau “kebenaran-Nya” disini berkaitan
dengan sifat atau karakter yang ada pada Allah. Mencari
kebenaran disini berarti kita berkata, bertindak dan bertingkah
laku yang sesuai dengan karakter Allah. Pertama-tama
kebenaran yang kita cari adalah kedudukan kita yang benar
dihadapan Allah melalui anugerah yang kita terima dalam
Kristus (Roma 5:17). Kedua, dengan augerahNya kita tetap
berpegang pada kebenaran melalui kasih dan ketaatan kepada
Allah (Efesus 4:16). Dengan demikian, mencari dahulu kerajaan
Allah dan kebenaranNya berarti kita mengutamakan dan
memberlakukan terus menerus supremasi dan perintah Allah
dalam hidup kita. Menempatkan Allah sebagai yang pertama dan
terutama, berarti kita merelakan Dia memerintah atas hidup
kita.
BAB III PENUTUP

Tuhan kita, Yesus Kristus mengakhiri ajaranNya tentang


kekuatiran ini dengan berkata, “Sebab itu janganlah
kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari
cukuplah untuk sehari” (Matius 6:34). Frase Yunani
untuk ayat ini adalah “mê oun merimnêsête eis tên
aurion hê gar aurion merimnêsei ta eautês arketon tê
hêmera hê kakia autês”, dapat diterjemahkan menjadi
“Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari
besok akan mengurus persoalan-persoalannya sendiri.
Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”.
Terjemahan yang lebih ringkas tetapi tepat
adalah sebagai berikut: "Biarkanlah besok
mengurus persoalan-persoalannya sendiri".
Sedangkan yang dimaksud dengan frase
“Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari",
mengandung makna bahwa kesusahan yang
dimaksud jelas jasmaniah maupun batiniah,
mengacu kepada persoalan-persoalan yang
mungkin timbul. Dengan demikian maknanya
jelas, bahwa kita tidak perlu menambahkan
masalah esok kepada masalah hari ini. Tuhan
mengetahui bahwa di dalam kehidupan kita
masing-masing setiap hari ada persoalan, entah
Hal yang sama juga dikatakan Paulus
“Janganlah hendaknya kamu kuatir
tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada
Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur” (Filipi 4:6). Demikian juga
dengan Petrus yang menasihati supaya
“Serahkanlah segala kekuatiranmu
kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu” (1 Petrus 5:7). Amin.
GOOD lUCK
GBU….
New Testamant Theology. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Newman, Barclay M, 1993.
Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, terjemahkan, BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Pfeiffer, Charles F & Eferett F. Herrison., ed, 1962.
The Wycliffe Bible Commentary.
Moody Bible Institute of Chicago, USA.
Edisi Indonesia dengan judul Tafsiran Alkitab Wycliffe Perjanjian Baru, volume 3, diterjemahkan
(2004), Penerbit Gandum Mas : Malang.
Schafer, Ruth., 2004.
Belajar Bahasa Yunani Koine: Panduan Memahami dan Menerjemahkan Teks Perjanjian Baru.
Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Sproul, R.C 1997 Essential Truths of the Christian Faith.
Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan.
Terj, Penerbit Gandum Mas : Malang. 
Susanto, Hasan. 2003.Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru,
jilid 1 dan 2.
Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Anda mungkin juga menyukai