Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien
terhadap luka berpotensi tetanus di wilayah Puskesmas Muaro Bodi
Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan
pasien terhadap luka berpotensi tetanus.
2. Untuk mengetahui kendala yang berhubungan dengan tindakan
pasien dalam mengobati luka berpotensi tetanus.
Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan terutama
dalam meneliti secara langsung di lapangan.
Bagi Masyarakat
Baik luka yang kecil, besar, hingga Bila tubuh kita terluka karena benda benda ini, kemungkinan besar kuman
luka karena gigitan binatang, luka tetanus akan menempel pada luka tersebut.
bakar, luka lecet.
Etiologi dan faktor resiko lainnya
Status imunisasi tetanus yang tidak lengkap
Adanya cidera jaringan, serta praktik obstetrik dan injeksi obat yang
tidak aseptik
Tindakan bedah abdomen
Akupunktur
Tindik telinga
Tusuk gigi
Infeksi telinga tengah.
Luka yang kotor
Patofisiologi
Bakteri ini dapat bertahan hidup
di kotoran hewan, tanah, serta
barang berkarat
Bakteri dapat masuk
kedalam tubuh
melalui luka
Manifestasi klinis:
Tetanus lokal
Tetanus sefalik
Tetanus general
Tetanus neonatorum
Tetanus Lokal
Terutama pada orang yang telah mendapat imunisasi
Pasien dengan tetanus lokal mengalami spasme dan peningkatan
tonus otot terbatas pada otot-otot di sekitar tempat infeksi tanpa
tanda-tanda sistemik
Kontraksi dapat bertahan selama beberapa minggu sebelum
perlahan-lahan menghilang
Mortalitas akibat tetanus lokal hanya 1%.
Tetanus Sefalik
Tetanus lokal yang terjadi pada saraf safar cranial
Terjadi fenomena motorik sesuai dengan nervus cranial yang terkena
(N. III, IV, V, VI, VII, IX, X, dan XXI)
Dapat timbul setelah otitis media kronik maupun cidera kepala (kulit
kepala, mata dan konjungtiva, wajah, telinga, atau leher)
Manifestasi klinis dapat timbul dalam 1-2 hari setelah cidera, antara
lain fasial palsi akibat paralisis nervus VII (paling sering), disfagia, dan
paralisis otot-otot ekstraokuler serta ptosis akibat paralisis nervus III.
Tingkat mortalitas yang dilaporkan tinggi, yaitu 15-30%.
Tetanus General
Paling sering terjadi (sekitar 80%)
Gejala yang pertama dirasakan pasien adalah kaku otot maseter yang
mengakibatkan gangguan membuka mulut (trismus). Gejala lain seperti
kekakuan leher, kesulitan menelan, rigiditas otot abdomen yang teraba
seperti papan. Selanjutnya tubuh penderita dapat membentuk
lengkungan seperti busur yang dikenal sebagai opistotonus.
Dapat tampak juga risus sardonikus (wajah tampak menyeringai) karena
kaku otot wajah dan kekakuan ekstremitas. Gangguan menelan juga
dapat terjadi sehingga pasien merasa sangat terganggu.
Tetanus General
Kejang otot yang akut, paroksismal, tidak terkoordinasi, dan menyeluruh
merupakan karakteristik dari tetanus general. Kejang tersebut terjadi
secara intermiten, ireguler, tidak dapat diprediksi, dan berlangsung
selama beberapa detik sampai beberapa menit. Pada awalnya kejang
bersifat ringan dan terdapat periode relaksasi diantara kejang, lama
kelamaan kejang menimbulkan nyeri dan kelelahan (paroksismal). Kejang
dapat terjadi secara spontan atau dipicu berbagai stimulus eksternal dan
internal.
Tetanus Neonatorum
Infeksi C. tetani yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses
pertolongan persalinan.
Spora masuk disebabkan proses pertolongan persalinan yang tidak steril,
baik karena penggunaan alat maupun obat-obatan yang terkontaminasi
spora C. tetani.
Gambaran klinis tetanus neonatorum serupa dengan tetanus general.
Gejala awal ditandai dengan ketidakmampuan untuk menghisap 3-10
hari setelah lahir. Gejala lain termasuk iritabilitas dan menangis terus
menerus (rewel), risus sardonikus, peningkatan rigiditas, dan
opistotonus.
Diagnosis
Anamnesis:
Kelainan yang dapat menjadi tempat masuknya kuman tetanus
Riwayat imunisasi tetanus toksoid
Adanya trismus, risus sardonikus, kaku kuduk, opostotonus, perut
papan, atau kejang tanpa gangguan kesadaran
Pemeriksaan laboratorium:
Leukositosis sedang.
Pemeriksaan cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat
meningkat akibat kontraksi otot.
Hasil elektromiografi dan elektroensefalografi biasanya normal dan tidak
membantu diagnosis.
Pada kasus tertentu apabila terdapat keterlibatan jantung
elektrokardiografi dapat menunjukkan inversi gelombang T.
Setelah diagnosis tetanus dibuat, harus ditentukan derajat keparahan penyakit.
Beberapa sistem skoring tetanus dapat digunakan, diantaranya adalah skor Phillips
Parameter Nilai
< 48 jam 5
Masa 2-5 hari 4
inkubasi 6-10 hari 3
11-14 hari 2
> 14 hari 1
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
Dipengaruhi oleh
-Pengalaman
-Tingkat pendidikan
-Sumber informasi
Sikap
Sikap dapat menimbulkan pola cara fikir yang mempengaruhi tindakan atau
membuat keputusan terhadap hal hal penting
Namun tindakan tidak selalu sejalan dengan pengetahuan dan sikap karena
berbagai faktor, seperti tradisi masyarakat, keadaan sosial ekonomi, informasi
kesehatan yang masih simpang siur diterima oleh masyarakat, sarana, serta
prasarana untuk menunjang tindakannya
Analisis Masalah
Letak Geografis
Puskesmas Muaro Bodi
Dalam dua tahun terakhir didapatkan dua kematian akibat tetanus di Wilayah
kerja Puskesmas Muaro Bodi.
Keterangan
Luka berpotensi Pemberian ATS
Bulan
tetanus di puskesmas Butuh tetagam Menolak Lainnya
Januari 14 3 3 4 4
Februari 4 - - 1 3
Maret 12 4 1 2 5
April 13 - - - 13
Mei 13 2 1 2 8
Juni 11 4 - 1 6
Juli 13 7 - 2 4
Agustus 19 3 - 1 15
September 13 4 2 1 7
Oktober 13 4 - - 9
November 15 8 4 - 3
Desember 25 11 6 - 8
Total 165 50 17 14 85
Metodologi Penelitian
Desain Penelitian
Pendidikan Terakhir
Definisi : Pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh responden
Cara ukur : observasi
Alat ukur : kuesioner
Skala ukur : nominal
Hasil ukur : SD
SMP / SLTP
SMA / SLTA
Sarjana/Diploma
Tidak pernah mendapat pendidikan formal
Definisi Operasional
Pengetahuan
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti dengan
menggunakan teknik wawancara.
Instrumen yang digunakan adalah kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti
berdasarkan landasan teori dan terdiri dari 4 bagian. Bagian A digunakan untuk
mengetahui karakteristik responden, bagian B untuk mengetahui tindakan
terhadap luka berpotensi tetanus responden, bagian C untuk mengetahui
pengetahuan responden mengenai luka berpotensi tetanus, dan bagian D untuk
mengetahui sikap responden mengenai luka berpotensi tetanus.
Teknik Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data
Pengolahan Data (Editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah
cukup baik sehingga dapat di proses lebih lanjut.
Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan
data sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya Pembersihan Data (Cleaning)
perbaikan dapat segera dilaksanakan. Data yang telah di masukan kedalam
komputer diperiksa kembali untuk
mengkoreksi kemungkinan kesalahan.
Pengkodean (coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban- A
jawaban yang ada menurut
macamnya, menjadi bentuk yang lebih
ringkas dengan menggunakan kode.
B D
C
Analisis univariat pada setiap variabel
Pemasukan data (Entry) dilakukan untuk menghasilkan distribusi
Memasukan data ke dalam perangkat dan presentaseyang akan disajikan dalam
komputer sesuai dengan kriteria. bentuk tabel
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Responden Frekuensi
Karakteristik (n=61) (%)
Usia 17-30 tahun 21 34
31-60 tahun 36 59
>60 tahun 4 7
Jenis Kelamin Laki-laki 23 38
Perempuan 38 62
Pendidikan terakhir Tidak sekolah 0 0
SD 4 7
SMP 12 20
SMA 30 49
Sarjana/Diploma 15 24
Sikap dan Tindakan
Sikap Frekuensi Presentase (%)
Baik 49 80
Cukup 11 18
Buruk 1 2
Total 61 100
Tindakan tidak selalu sejalan dengan pengetahuan dan sikap karena berbagai
faktor, seperti tradisi masyarakat, keadaan sosial ekonomi, informasi kesehatan
yang masih simpang siur diterima oleh masyarakat, sarana, serta prasarana untuk
menunjang tindakannya.
Meningkatkan pengetahuan
Penutup
Kesimpulan
Namun masyarakat
lebih mengetahui
tentang penanganan
Dengan meningkatnya
agar tidak terjadi
tetanus bila sudah pengetahuan, diharapkan akan
terluka dibandingkan lebih memperbaiki sikap dan
tentang tetanus itu tindakan tentang penyakit tetanus
sendiri dan pencegahannya.
Saran
Penyuluhan tentang tetanus dan imunisasi
Pos Unit Kesehatan Kerja (UKK)
Penggunaan alat perlindungan diri selama bekerja
Menatalaksana luka dengan benar
Pos Pelayanan terpadu (POSYANDU) balita
Imunisasi dasar bagi balita
Penyuluhan terhadap orang tua balita.
Poli KIA-KB
Suntik TT kepada calon pasangan pengantin (catin) dan ibu hamil
Edukasi tentang penyakit tetanus
Program BIAS
Booster berupa DT dan Td untuk anak usia sekolah
Penyuluhan juga dapat dilakukan kepada anak anak.
Semua tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab untuk melakukan penyuluhan dan edukasi
tentang tetanus sesuai dengan bidangnya masing-masing
Terimakasih
Apakah ada yang ingin
ditanyakan?