10-10-2020 ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN Menurut Pengertiannya, etika dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Etika sebagai praktis (apa yang dilakukan sejauh ini sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral). 2. Etika sebagai refleksi (dalam hal ini menyoroti dan menilai baik-buruknya seseorang). Pengertiannya dapat dibedakan menjadi : Secara makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara keseluruhan. Secara meso, etika bisnis mempelajadi masalah-masalah etis dibidang organisasi. Secara mikro, etika bisnis difokuskan pada hubungan individu dengan ekonomi dan bisnis. Lanjutan ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN Menurut Zimmerer, etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan- persoalan yang dihadapi. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin, etika bisnis adalah istilah yang sering digunakan untuk menunjukan perilaku etika dari seorang manajer atau karyawan suatu organisasi. Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan.
Jadi, Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha
berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam berusaha dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam suatu perusahaan. Lanjutan ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN 6 Tingkatan Membangun Moral Menurut ahli psikologi, Lawrence Kohlberg, dengan risetnya selama 20 tahun,menyimpulkan, bahwa ada 6 tingkatan (terdiri dari 3 level, masing-masing 2 tahap) yangteridentifikasi dalam perkembangan moral seseorang untuk berhadapan dengan isu- isumoral. Tahapannya adalah sebagai berikut : 1. Level satu : Tahap Prakonvensional Pada tahap pertama, seorang anak dapat merespon peraturan dan ekspektasi sosial dandapat menerapkan label-label baik, buruk, benar dan salah. Tahap satu : Orientasi Hukuman dan Ketaatan. Tahap dua : Orientasi Instrumen dan Relativitas. Lanjutan ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN 2. Level dua : Tahap Konvensional Pada level ini, orang tidak hanya berdamai dengan harapan, tetapi menunjukkan loyalitasterhadap kelompok beserta norma-normanya. Remaja pada masa ini, dapat melihat situasidari sudut pandang orang lain, dari perspektif kelompok sosialnya. Tahap Tiga : Orientasi pada Kesesuaian Interpersonal. Tahap Empat : Orientasi pada Hukum dan Keteraturan. 3. Level tiga : Tahap Postkonvensional, Otonom, atau Berprinsip. Pada tahap ini, seseorang tidak lagi secara sederhana menerima nilai dan normakelompoknya. Dia justru berusaha melihat situasi dari sudut pandang yang secara adilmempertimbangkan kepentingan orang lain. Dia mempertanyakan hukum dan nilai yangdiadopsi oleh masyarakat dan mendefinisikan kembali dalam pengertian prinsip moral yang dipilih sendiri yang dapat dijustifikasi secara rasional. Hukum dan nilai yang pantas adalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang memotivasi orang yang rasional untuk menjalankannya Lanjutan ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN Tahap Lima : Orientasi pada Kontrak Sosial Tahap ini, seseorang menjadi sadar bahwa mempunyai beragam pandangan dan pendapatpersonal yang bertentangan dan menekankan cara yang adil untuk mencapai consensusdengan kesepahaman, kontrak, dan proses yang matang. Dia percaya bahwa nilai dannorma bersifat relative, dan terlepas dari consensus demokratis semuanya diberi toleransi. Tahap Enam : Orientasi pada Prinsip Etika yang Universal. Tahap akhir ini, tindakan yang benar didefinisikan dalam pengertian prinsip moral yangdipilih karena komprehensivitas, universalitas, dan konsistensi. Alasan seseorang untukmelakukan apa yang benar berdasarkan pada komitmen terhadap prinsip-prinsip moraltersebut dan dia melihatnya sebagai criteria untuk mengevaluasi semua aturan dantatanan moral yang lain. Lanjutan ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN A. Moralitas Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat. Nilai-nilai moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”. Standar moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh kemasyarakatan seperti sekolah, televisi, majalah, music dan perkumpulan. Lanjutan ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN Hakekat standar moral :
1. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan
merugikan secara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia. 2. Standar moral tidak dapat ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu. 3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk (khususnya) kepentingan diri. 4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak. Prinsip enterpreunership Ada tujuh prinsip yang diberikan, diantaranya: 1. Passion (semangat) 2. Independent (mandiri) 3. Marketing sensitivity (peka terhadap pasar) 4. Creative and innovative (kreatif dan inovatif) 5. Calculated risk taker (mengambil resiko dengan penuh perhitungan) 6. Persistent (pantang menyerah) 7. High ethical standard (berdasar standar etika) lanjutanPrinsip enterpreunership apabila kedua pendapat tersebut digabungkan ada 12 prinsip dalam berwirausaha yaitu: 1. Jangan takut gagal. Banyak yang berpendapat bahwa untuk berwirausaha dianalogkan dengan impian seseorang untuk dapat berenang. Walaupun teori mengenai berbagai gaya berenang sudah bertumpuk,sudah dikuasai dengan baik dan literatur-literatur sudah lengkap, tidak ada gunanya kalau tidak di ikuti menyebur ke dalam air (praktek berenanga) demikian halnya untuk berusaha, tidak ada gunanaya berteori kalau tidak terjun langsung, sehingga mengalami (berpengalaman), dan sekalilagi jangan takut gagal sebab kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. 2. Penuh semangat Hal yang menjadi penghargaan terbesar bagi pembisnis atau perwirausahaan bukanlah tujuannya melainkan lebih kepada proses dan perjalanannya. 3. Kreativ dan Inovativ. Kreativitas dan Inovasi adalah modal bagi seorang pengusaha. Seorang wirausaha tidak boleh berhenti dalam berkreativitan dan berinovasi dalam segala hal. Lanjutan Prinsip enterpreunership 4 Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko. Resiko selalu ada dimanapun kita berada. Seringkali kita menghindra dari resiko yang satu, tetapi menemui bentuk resiko lainnya. Namun yang harus diperhitungkan adalah perhitugkan deangan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu, terutama yang tingkat resikonya tinggi. 5. Sabar, ulet dan tekun. Prinsip lain yang tidak kalah penting dalam berusa adalah kesabaran dan keytekunan. Saban dan tekun meskipun harus menghadapi berbagai bentuk permasalahan, percobaan, dan kendala bahkan diremehkan oleh orang lain. 6. Harus optimis. Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi usahawan, sebab kata optimis nerupakan sebuah prinsip yang dapat memotivasi kesadaran kita sehingga apapun usaha yang kita lakukan harus penuh optimis bahwa usaha yang kita laksanakan akan sukses. 7. Abisius. Demikian juga prinsip ambisius seorang wirausahawan harus berambisi, Lanjutan Prinsip enterpreunership 8. Pantang menyerah atau jangan putus asa. Prinsip pantang menyerah adalah bagian yang harus dilakukan kapanpun waktunya. 9. Peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasar. Prinsip peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasa radalah prinsip mutlak yang harus dilakukan oleh wirausahawan, baik pasar ditingkat lokal, regional, maupun internasional. Peluang pasar sekecil apapun harus di identifikasi dengan baik, sehingga dapat mengambil peluang pasar tersebut dengan baik. 10. Berbisnis dengan standar etika. Prinsip bahwa setiap pebisnis harus senantiasa memegang secara baik tentang standar etika yang berlaku secara universal Lanjutan Prinsip enterpreunership 11. Mandiri. Prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha. Mandiri dalam banyak hal adalah kunci penting agar kita dapat menghindarkan ketergantungan dari pikak-pikak atau para pemangku kepentingan atas usaha kita. 12. Jujur. Menurut Pytagoras, kejujuran adalah mata uang yang akan laku dimana-mana. Jadi, jujur kepada pemasok dan pelanggan atau kepada seluh pemangku kepentingan perusahaan adalah prinsip dasar yang harus dinomorsatukan dalam berusaha. 13. Peduli lingkungan. Seorang pengusaha harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sehingga haruas turut serta menjaga kelestarian lingkungan tempat usahany KARAKTERISTIK ENTERPREUNERSHIP 1. Memiliki komitmen tinggi terhadap tugasnya. Boleh dikata setiap saat pikiran tidak lepas dari perusahaannya. 2. Mau bertanggungjawab. Apa saja tindakan yang ia lakukan, selau diikuti dengan penuh rasa tanggungjawab, ia tidak takut rugi. 3. Keinginan betanggungjawab ini erat hubungannya dengan mempertahankan internal locus of control yaitu minat kewirausahaan dalam dirinya. 4. Peluang untuk mencapai obsesi. Seorang wirausaha mempunyai obsesi. Seorang wirausaha mempunyai obsesi mencapai mencapai prestasi tinggi dan ini bisa diciptakannya. 5. Toleransi menghapi resiko kebimbingan dan ketidakpastian. 6. Yakin pada dirinya. 7. Kreatif dan fleksibel. Lanjutan KARAKTERISTIK ENTERPREUNERSHIP 8. Ingin memperoleh balikan segera. Dia mempunyai keinginan yang kuat untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman guna memperbaiki penampilannya. 9. Enerjik tinggi. Seorang wirausaha lebih enerjik dibandingkan dengan rata- rata orang lain. 10. Motivasi untuk lebih unggul. Seorang wairausaha memiliki motivasi untuk bekerja lebih baik dan unggul dari apa yang sudah dikerjakan. 11. Berorientasi kemasa depan. 12. Mau belajar dari kegagalan. Seorang wirausaha tidak takut gagal, dia memusatkan perhatiannya pada kesuksesan dimasa depan dan menggunakan kegagalan ini sebagai guru yang berharga. 13. Kemampuan memimpin. Seorang wirausaha harus mampu menjadi pemimpin yang baik dia memimpin sumberdaya manusia yang berbagai macam karakternya. Dan juga dia memimpin sumberdaya non manusia yang harus dikelola sebaik-baiknya. Proses ENTERPREUNERSHIP Proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi . Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan lingkungan Faktor-faktornya antaralain: kreativitas, inovasi, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar tersebut membentuk locus of control. Secara internal, inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Lanjutan Proses ENTERPREUNERSHIP Proses entrepreneurhip berlangsung dalam empat fase, yaitu fase conception (saat calon entrepreneur melihat adanya peluang bisnis), fase gestation (ketika peluang yang ada dievaluasi), fase infancy (ketika perusahaan didirikan), dan fase adolescene (saat perusahaan mencapai tahap kematangan). Pembagian ini disebutkan P.D. Reynolds dalam makalah ‘The Role of Entrepreneurship in Economic Systems: Developed Market and Post-Socialist Economies’ yang dipresentasikan dalam The Second Freiberg Symposium on Economics, Freiberg, 9-11 September 1993. Lanjutan Proses ENTERPREUNERSHIP Model proses entrepreneurship, para peneliti akhir- akhir ini telah berusaha untuk menghubungkan I / O psikologi dan penelitian kewirausahaan. seperti, menurut Baron dan Henry, suatu proses model entrepreneurship menggambarkan bagaimana “pengusaha membuat dan mengoperasikan perusahaan dengan layak melalui aplikasi dari ide-ide mereka, keterampilan, pengetahuan dan bakat” [24]. Proses ini meliputi empat tahap: 1. Motivasi (faktor yang berhubungan dengan apa yang memotivasi individu untuk menjadi pengusaha). 2. Opportunity Recognition (faktor yang berhubungan dengan individu kemungkinan akan mengenali peluang dan jenis peluang diakui). 3. Acquiring resources (faktor yang berhubungan dengan individu ‘perilaku, keterampilan, dan tindakan karena itu semua mempengaruhi perolehan sumber daya perusahaan). 4. Entrepreneurial Success/Performance (faktor yang berhubungan dengan tingkat hasil/ pencapaian organisasi). Lanjutan Proses ENTERPREUNERSHIP Proses inovasi merupakan bagian langkah ke tiga dari model proses entrepreneurship diatas yaitu keterampilan/ skills untuk ber inovasi dari peluang sumber daya yang ada dalam sebuah organisasi bisa dilakukan dalam 2 hal yaitu: inovasi dalam nilai tangible (aset yang terlihat) dan intangible (aset yang tidak terlihat seperti: strategi, human capital/ skills). entrepreneurship juga memerlukan value creation untuk menguntungkan stakeholder, anggota dan selain anggota/ lingkunga Contoh kasus Kasus Tylenol Johnson & Johnson Kasus penarikan Tylenol oleh Johnson & Johnson dapat dilihat sebagai bagian dari etika perusahaan yang menjunjung tinggi keselamatan konsumen di atas segalanga, termasuk keuntungan perusahaan. Johnson & Johnson segera mengambil tindakan intuk mengatasi masalahnya. Dengan bertindak cepat dan melindungi kepentingan konsumennya, berarti perusahaan telah menjaga trustnya. Kasus obat anti nyamuk Hit Pada kasus Hit, meskipun perusahaan telah meminta maaf dan berjanji untuk menarik produknya, ada kesan permintaan maaf itu klise. Penarikan produk yang kandungannya bisa menyebabkan kanker tersebut terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu masih beredar di pasaran. Kasus Baterai laptop Dell Dell akhirnya memutuskan untuk menarik dan mengganti baterai laptop yang bermasalah dengan biaya USD 4,1 juta. Adanya video clip yang menggambarkan bagaimana sebuah note book Dell meledak yang telah beredar di internet membuat perusahaan harus bergerak cepat mengatasi masalah tersebut. Terimakasih