Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

THT

Pembimbing : dr. Dian Nurul Al Amini, Sp.THT-KL


Laras asri fatahani (2012730057)
IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. F
• Umur : 6 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Pekerjaan : Pelajar
• Agama : Islam
• Alamat : Jakarta
KELUHAN UTAMA

Nyeri telinga kiri sejak 2 hari yang lalu


Riwayat penyakit sekarang

• Anak usia 6 tahun datang bersama orang tuanya ke Poliklinik THT RSIJ
Pondok Kopi dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak 2 hari yang lalu, nyeri
dirasa sangat hebat dan semakin berat sejak 1 hari yang lalu. Keluhan
telinga terasa penuh, berdengung, gatal, pendengaran menurun dan keluar
cairan dari telinga disangkal. Kebiasaan mengorek telinga dengan cotton
bud disangkal. Keluhan ini disertai batuk berdahak warna putih cair dan
pilek sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengaku terdapat nyeri saat menelan.
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam sejak 2 hari yang lalu.
Demam dirasa naik turun, naik jika pasien meminum obat dan tidak lama
demam akan naik kembali. Orang tua pasien menyangkal jika setiap pagi
hari pasien bersin- bersin, atau jika terkena debu langsung batuk.
• Pasien pernah mengalami keluhan sama seperti ini
pada bulan Maret tahun 2017 dan dibawa ke Poli
RPD THT dan setelah itu mengalami perbaikan.
• Pasien sering mengalami penyakit ISPA dan
amandel berobat ke dokter spesialis anak terahir
bulan Juli tahun 2017 dan mengalami perbaikan.

• Dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami


keluhan sama seperti pasien.
RPK • Ayah pasien menderita asma.
• Kakak pertama pasien menderita asma.
• Os mengonsumsi obat parasetamol
Riwayat Pengobatan

• Riwayat sering membersihkan telinga dengan cutton


bud disangkal
• Sering mengorek liang telinga menggunakan jari.
Riwayat Psikososial • Pasien suka mengkonsumsi gorengan dan
mengkonsumsi air dingin.

• Os menyangkal memiliki riwayat alergi terhadap obat-


Riwayat Alergi obatan tertentu, makanan, debu, atau bulu binatang
Status generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
Nadi : 124x/ menit, kuat, reguler.
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : Tidak diperiksa
TD : Tidak diperiksa

BB : 38 kg
Kepala : normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)
Thorax : simetris, retraksi (-/-), massa (-/-), scar (-/-)
Abdomen : cembung (-), massa (-), scar (–)
Ekstremitas : udem (-/-)
Kulit : scar (-)
STATUS LOKALIS THT
TELINGA
AD AS
Aurikula

Normotia Normotia

MAE
Hiperemis(+), udem(+),
Hiperemis(-), udem(-),
serumen(+), sekret(-), massa
sekret(-), serumen (-), massa(-)
(-)

Membran timpani hiperemis (+),


hiperemis (-), reflek cahaya (-), reflek cahaya (-),
bulging (-), perforasi (-) perforasi (-),
bulging (+)
STATUS LOKALIS THT
TELINGA
AD AS
Preaurikula
Fistula preaurikula (-) Tanda Fistula preaurikula (-)
radang(-) Tanda radang(-)

Retroaurikula
Tenang, udem(-)
Tenang, udem(-)
massa(-), sikatriks (-)
massa(-), sikatriks (-)
nyeri tekan( -)
nyeri tekan(-)

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Uji Rinne
Tidak dilakukan Uji Weber Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Uji Schwabach Tidak dilakukan


Hidung dan sinus paranasal
Dextra RHINOSKOPI ANTERIOR Sinistra

Hiperemis Mukosa hiperemis


SINUS PARANASAL
+ Sekret +
Inspeksi : pembengkakan pada wajah (-), tanda peradangan pada wajah (-)
Palpasi : nyeri tekan kedua pipi(-), dahi (-), sudut medial mata (-)
Eutrofi Konka inferior Hipertrofi

Deviasi (-) Septum Deviasi (+)

(-) Massa (-)

(+) Passase udara (+)

Uji penciuman tidak dilakukan


STATUS LOKALIS
THT
Tenggorok
Pemeriksaan Orofaring
Mulut
Tenang Mukosa mulut Tenang
Bersih, basah Lidah
Nasofaring (Rhinoskopi posterior) Bersih, basah
Tenang
Konka superior Palatum molle TidakTenang
dilakukan
Karies (-) Laringofaring (Laringoskopi
Gigi geligi indirect) Karies (-)
Simetris
Torus tubarius
Epiglotis Uvula TidakSimetris
Tidak dilakukan dilakukan
Faring
Tonsil
Plika ariepiglotikaDextra TidakSinistra
dilakukan
Tenang
Fossa Rossenmuller Mukosa Tenang
Tidak dilakukan
Plika ventrikularis
Thiperemis Mukosa Tidak dilakukan
hiperemis
Muara
Plika tuba eustachius
vokalis+ T3 Post nasal drip
Besar Tidak+dilakukan
Tidak dilakukan T3

Rima glotismelebar Kripta melebar


Tidak dilakukan
- Detritus -
- Perlengketan -
Pemeriksaan penunjang

Endoskopi telinga

Membran timpani AS :
• Hiperemis (+)
• Bulging (+)
Resume
• Anak usia 6 tahun datang ke Poliklinik THT RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak
2 hari yang lalu, nyeri dirasa sangat hebat dan semakin berat sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini
disertai batuk, pilek dan demam sejak 3 hari yang lalu
• Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang
dengan kesadaran composmentis, nadi : 124x / menit, kuat, reguler, pernapasan : 22x/menit
• Status lokalis THT :
• Telinga : AS : MAE hiperemis, edema, membran timpani hiperemis, bulging (+), reflek cahaya (-)
• Pemeriksaan hidung terdapat hiperemis, sekret +/+, septum deviasi sinistra dan hipertrofi konka
inferior sinistra.
• Pemeriksaan tonsil T3-T3, hiperemis.
• Terdapat post nasal drip.
• Endoskopi AD : Membran timpani hiperemis & bulging
Diagnosis
Diagnosa kerja :
Oti ti s Media Akut Stadium Supurasi Auris Sinistra
Tonsiliti s kronik
Sinusiti s
Penatalaksanaan
• Antibiotik
amoksisilin 40mg/kgbb/hari
• Simtomatik
- ambroksol syr 5ml 3x1/hr
- paracetamol 250 mg
• Pro miringotomi
• Pro tonsilektomi
• Rontgen waters
Prognosis

• Ad functionam : dubia ad bonam


• Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Telinga Luar

b. Meatus akustikus eksterna


 Daun Telinga  tulang
- Panjang pada orang dewasa
rawan
sekitar elastin
2 – 2,5 cm dan kulit
- Terbagi atas :
1/3 pars kartilagineus lateral
2/3 Liang
 Telinga
pars osseus  berbentuk
medial
huruf S dengan P: ± 2,5-3
• Lapisan
cm, D: kulit
± 0,5dicm
atas kartilago
mengandung gld. sebasea, gld.
seruminosa dan folikel rambut
Telinga Tengah
• Membran Timpani
• Menerima getaran suara
• Menggerakkan ossicles
• Ossicula auditus
• Menghantarkan getaran
• Cavum Timpani
• Tuba eustachius
- Menyeimbangkan tekanan udara di dlm cavitas timpani
dengan nasofaring

19
ANATOMI
Telinga Tengah

Membran tympani
 Bagian atas : pars
flaksida (membran
shrapnell)
 Bagian bawah : pars
tensa (membran propria)
 Terdiri dari 3 lapis :
epitel skuamous,
jar.fibrosa dan mukosa
 Terbagi atas 4 kuadran :
atas-depan, atas-
belakang, bawah-depan
dan bawah-belakang
ANATOMI
Telinga Tengah

Tuba eustachius (Tuba auditiva) 


3 jenis tulang pendengaran: menghubungkan cavum timpani degan
nasofaring,
Malleus : tulang pendengaran terbesar  caput,
collum, processus longum atau manubrium mallei 1/3 posterior pars osseus, 2/3 anterior pars
Incus  Corpus incudis berbentuk bulat dan cartilago
bersendi di anterior dengan caput mallei, dan dua Lumen tuba dilapisi oleh mukosa
crus : Crus longum & Crus breve
Lumen TA terbuka (aktif)  menelan,
Stapes  caput, collum, dua lengan, dan sebuah
menguap, bersin (kontraksi otot tensor veli
basis.
palataini di nasofaring dibuka oleh m.levator
veli palatini)
ANATOMI
Telinga Dalam
• TelingaKoklea
dalam(rumah
: siput)  dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3
• Labirynth vestibuler
buah kanalis semisirkularis.
• Labyrinth cochlea

Ujung/ puncak
• Alat vestibuler koklea
terletak pada disebut helikotrema,
telinga
bagianmenghubungkan
dalam : perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli.
• Labirin osseus + perilimf
• Labirin membran + endolimf
Dasar skala vestibuli  membran vestibuli
(Reissner’s membrane)
• Labirin vestibuler terdiri dari :
A. 3 Kanalis Semi Sirkularis
- superior
- horizontal
Dasar skala media  membrana basalis.
- posterior
Pada membran ini terletak Organo Corti.
B. Sakulus dan Utrikulus
Anatomi Tonsil

- Suatu jaringan limfoid


- Ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus
- Terletak di fossa tonsillaris
- Bagian dari cincin Waldeyer

Gambar 1
Tonsilla palatina
Histologi Tonsil

- Memiliki 10 – 30 kripte
- Kripte berisi sel degenerasi
dan debris selular
- Epitel kripte modifikasi epitel
skuamosa berstratifikasi

Gambar 2
Histologi Tonsil
Definisi

OTITIS MEDIA
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid
dan sel-sel mastoid.

OTITIS MEDIA AKUT


peradangan akut pada telinga tengah yang biasanya
disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas dengan onset
sampai 3 minggu.

Pencetus terjadinya otitis media adalah sumbatan tuba


eustachius dan infeksi saluran napas atas
Etiologi

• Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering


- Streptococcus pneumoniae (40%),
- Haemophilus influenzae (25-30%)
- Moraxella catarhalis (10-15%)
- 5% kasus Streptococcus pyogenes (group A betahemolytic),
Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif
Patogenesis
Faktor penyebab OMA berkembang menjadi OMSK

• Terapi yang terlambat diberikan


• Terapi yang tidak adekuat
• Virulensi kuman yang tinggi
• Daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk
Stadium

Oklusi tuba eustachius

Hiperemis

Supurasi

Perforasi

Resolusi
Oklusi Tuba Eustachius

 Anamnesis : Telinga terasa tertutup dan penuh

 Pemeriksaan Fisik :
- Retraksi membran timpani
- Membran timpani tampak normal
(tidak ada kelainan) atau berwarna
keruh pucat
- Efusi mungkin telah terjadi
Hiperemis

 Anamnesis : Selain gejala stadium oklusi, mulai didapati rasa


nyeri

 Pemeriksaan Fisik :
- Tampak pembuluh darah yang
melebar di membran timpani
atau seluruh membran timpani
tampak hiperemis serta edem.
- Sekret yang terbentuk mungkin
bersifat eksudat yang serosa
sehingga sukar terlihat.
Supurasi

 Anamnesis :
Pasien tampak sangat sakit,
nadi dan suhu meningkat,
nyeri ditelinga bertambah hebat

 Pemeriksaan Fisik :
Membran timpani menonjol (bulging)
Perforasi

 Anamnesis :
Keluhan berkurang, rasa sakit, suhu tubuh menurun

 Pemeriksaan fisik:
Ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir
dari telinga tengah ke liang telinga luar
Resolusi

• Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran


timpani perlahan-lahan akan normal kembali
• Bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan
akhirnya kering
• Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka
resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan
Gejala Klinis

• Nyeri telinga
• Rasa penuh di telinga
• Gangguan pendengaran
• Suhu tinggi, dapat mencapai 39,5oC
• Anak gelisah dan sulit tidur
• Saat terjadi perforasi, sekret mengalir ke liang telinga, suhu
tubuh menurun dan anak tertidur tenang
Tatalaksana

Oklusi tuba eustachius • Tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik
(anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam larutan
fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan
• Obat
pada tetes
oranghidung
dewasadan analgetika.
Hiperemis • Antibiotika
Antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan
penisilin dan ampisilin.
• Jika pasien alergi terhadap penisilin, maka akan
• Antibiotika
diberikan eritromisin.
Supurasi
• Idealnya
Pada anak,harus disertai
ampisilin dengan dengan
diberikan miringotomi, bila
dosis 50-
membran
100mg/kg timpani masih
BB per hari, utuhdalam 4 dosis, atau
dibagi
amoksisilin 40mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis,
Perforasi • atau eritromisin
H2O2 3% selama403-5mg/kgBB/hari
hari
• Antibiotik

Resolusi • Bila secret masih mengalir di liang telinga luar melalui


perforasi di membran timpani, antibiotik lanjutkan
sampai 3 minggu
KOMPLIKASI

Abses sub
Meningitis
periosteal

Abses
otak
Prognosis
• Quo ad fungsionam & sanationam :
dubia ad bonam jika pengobatan
adekuat
Definisi
• Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin Waldeyer.
• Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa
yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu :
- Tonsil faringeal (Adenoid)
- Tonsil palatina (Tonsil faucial)
- Tonsil lingual (Tonsil pangkal lidah)
- Tonsil tuba Eusthacius (lateral band dinding
faring/Gerlach’s tonsil)
Epidemiologi
• Penyebaran infeksi melalui
udara (air borne droplets),
tangan dan ciuman
• Dapat terjadi pada semua
umur, terutama pada anak-anak
.
Faktor Predisposisi
• Rangsangan yang menahun dari rokok
• Beberapa jenis makanan
• Higiene mulut yang buruk
• Pengaruh cuaca
• Kelelahan fisik
• Pengobatan Tonsilitis akut yang tidak adekuat
Patologi
• Karena proses radang berulang yang timbul 
epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis
• Pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti
menjadi jaringan parut yang yang akan mengalami
pengerutan sehingga kripte melebar
• Bila proses tembus ke kapsul tonsil dan akhirnya
menimbulkan perlekatan dengan jaringan di
sekitar fossa tonsilaris.
• Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfa submandibula.
Gejala dan Tanda
• Pada pemeriksaan tonsil tampak
membesar dengan permukaan yang tidak
rata, kriptus melebar dan beberapa kripte
terisi detritus
Derajat Tonsil Keterangan
Derajat 0 Post tonsilektomi
Derajat I Tonsil pada fossa tonsilar, hampir tidak
tampak dibelakang arkus anterior
Derajat II Tonsil tampak dibelakangarkus anterior.
Derajat III Melewati linea paramediana, tetapi belum
mencapai linea mediana.
Derajat IV Mencapai linea mediana
T0 Tonsil terletak pada fossa tonsil (tidak ada pembesaran/
tidak punya tonsil)
T1 < 25% tonsil menutupi orofaring ( batas medial tonsil
melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula)

T2 >25% sampai < 50% tonsil menutupi orofaring, (batas


medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior uvula sampai
½ jarak pilar anterior uvula)
T3 >50% sampai 75% tonsil menutupi orofaring (batas medial
tonsil melewati ½ jarak pilar anterior uvula sampai 3/4jarak
pilar anterior uvula)

T4 >75% tonsil menutupi orofaring ( batas medial tonsil


melewati ¾ jarak pilar anterior uvula sampai uvula atau
lebih).
• Gejala lokal, bervariasi dari rasa tidak enak di
tenggorok, sakit tenggorok, sulit sampai sakit
menelan dan napas berbau
• Gejala sistemis, rasa tidak enak badan atau
malaise, nyeri kepala, demam subfebris
Tanda Tonsilitis Akut Tonsilitis Tonsilitis
Kronis Rekuren
Warna Hiperemis (+) Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Edema (+) (-) (+)
Kripte Melebar (-) Melebar (+) Melebar (+)
Detritus (+/-) (+) (+)
Perlengketan (-) (+) (+)
Onset 14.Hari >4 minggu Ada fase sembuh
diantara 2 fase
akut/lebih
Terapi
• Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau
obat hisap
• Terapi medikamentosa diterapi sesuai dengan penyebabnya.
• Pada tonsilitis viral dilakukan penatalaksanaan berupa istirahat,
minum yang cukup, analgetika, dan obat antiviral jika menunjukkan
gejala yang berat.
• Pada tonsilitis bakterial diberikan obat antibiotik spektrum luas
penisilin, eritromisin, antipiretik dan obat kumur yang mengandung
desinfektan.
• Tonsilektomi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan
serta kecurigaan neoplasma
indikasi tonsilektomi menurut The American of Otolaryngology-head and Neck
Surgery Clinical Indicators Compendium 1995 adalah:
• Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali pertahun walaupun telah mendapat terapi
yang adekuat.
• Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan orofacial.
• Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan
napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor pulmonal.
• Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilits, abses peritonsil yang tidak berhasil
hilang dengan pengobatan.
• Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
• Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptokokus beta
hemolitkus.
• Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
• Otitis media difusa/otitis media supuratif.
Indikasi tonsilektomi

Relatif Absolut
• Pembengkakan tonsil yang
menyebabkan obstruksi saluran napas, • Pembengkakan tonsil yang
disfagia, gangguan tidur dan komplikasi menyebabkan obstruksi saluran napas,
kardiopulmonar. disfagia, gangguan tidur.
• Abses peritonsil yang tidak membaik • Abses peritonsil yang tidak membaik
dengan pengobatan medis dan drainase dengan pengobatan medis dan drainase
• Tonsilitis yang menimbulkan kejang • Tonsilitis yang menimbulkan kejang
demam demam
• Tonsilitis yang membutuhkan biopsi • Tonsilitis yang membutuhkan biopsi
untuk menentukan patologi anatomi untuk menentukan patologi anatomi
   

Anda mungkin juga menyukai