K DENGAN
DIAGNOSA UTAMA ISOLASI SOSIAL DI DESA LUGUSARI RT/RW:
004/002 KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU
Disusun Oleh:
KELOMPOK IV
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVESITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TA.2020-2021
LATAR BELAKANG
PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang
individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi denganorang lain
disekitarnya (Damayanti, 2008)
TANDA DAN GEJALA
◦ Gejala subjektif
Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
Klien merasa bosan
Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
Klien merasa tidak berguna
◦ Gejala objektif
Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan
Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara berulang-ulang
Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
Ekspresi wajah tidak berseri
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
(Trimelia, 2011: 15)
RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif
4. Saling
tergantung
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Tn. K
Umur : 20 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/Bahasa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Informan :
Alamat : Desa Lugusari 1, RT/Rw: 004/002 Kec.Pagelaran
Kab.Pringsewu
Tanggal Masuk RS : -
Tanggal Pengkajian: 8 Febuari 2021
Nomor Register :-
ALASAN GANGGUAN JIWA
berhasil
Penganiayaan: pelaku/usia korban/usia saksi/usia
◦ Aniaya fisik
◦ Aniaya seksual
◦ Penolakan (√)
◦ Kekerasan dalam keluarga
◦ Tindakan kriminal
Masalah Keperawatan : penolakan
Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? ( ) ya (√)
tidak
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mmHg
S : 36,2 °C,
N : 86 x/menit,
RR : 19 x/menit
Ukur : TB: 171 , BB: 59
Keluhan fisik : Tidak ada
ANALISA DATA
Halusinasi
Isolasi sosial
Isolasi Sosial
Halusinasi
Harga Diri Rendah
INTERVENSI
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
ISOLASI SOSIAL SP 1 :
1. Beri salam teraupetik
2. Perkenalan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan
perawat berkenalan
3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
4. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi
klien
5. Buat kontrak interaksi yang jelas
6. Identifikasi penyebab isolasi sosial: siapa yang serumah,
siapa yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya
7. Keuntungan punya teman dan bercakap cakap
8. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
9. Latih cara berkenalan dengan pasien dan perawat atau
tamu
INTERVENSI
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
ISOLASI SOSIAL SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (beberapa orang). Beri
pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan
2-3 orang pasien, perawat dan tamu, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
SP 3 :
4. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) &
bicara saat melakukan dua kegiatan harian.
5. Beri pujian
6. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2
kegiatan baru)
INTERVENSI
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
ISOLASI SOSIAL SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat
melakukan empat kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih cara bicara sosial: meminta sesuatu, menjawab
pertanyaan
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk Latihan
berkenalan >5 orang, orang baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian & sosialisasi
SP 5 :
4. Evaluasi kegiatan Latihan berkenalan, berbicara saat
melakukan harian dan sosialisai. Beri pujian
5. Latih kegiatan harian
6. Nilai kemampuan yang telah mandiri
7. Nilai apakah isolasi sosial
INTERVENSI
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
HALUSINASI SP 1 :
1. Membantu pasien mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu
terjadinya, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi).
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan harian.
3. Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik halusinasi.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik.
SP 2 :
5. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian.
6. Latih cara mengontrol halusinasi.
7. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 5 benar
: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontunuitas obat).
8. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan
minum obat.
INTERVENSI
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
HALUSINASI SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan harian menghardik dan obat, beri pujian.
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
saat terjadi halusinasi.
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
minum obat dan bercakap-cakap.
SP 4 :
4. Evaluasi kegiatan menghardik, minum obat dan bercakap-
cakap, beri pujian.
5. Latihan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian (mulai 2 kegiatan).
6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
minum obat, brcakap-cakap dan kegitan harian.
INTERVENSI
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
HALUSINASI SP 5 :
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat & bercakap-
cakap & kegiatan harian. Beri pujian.
2. Latihan kegiatan harian.
3. Nilai kemampuan yang telah mandir.
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol.
INTERVENSI
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
HARGA DIRI SP 1 :
Pengkajian
Pengkajian data dasar dilakukan pada tanggal 08 Februari 2021, proses pengumpulan
data dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Pengkajian
merupakan tahap awal dari proses keperawatan tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan masalah atau kebutuhan klien.
Pada Tn. K ada beberapa tanda gejala yang ada dalam landasan teori yaitu terlihat
kontak mata kurang, klien tampak was-was, klien menyindiri, klien selalu menolak
dalam proses berinteraksi dengan orang lain, gangguan daya ingat jangka panjang,
gangguan bermakna, reaksi lambat, menghindar.
Senada dengan penelitian Suharis (2019) tanda dan gejala pada An. H yaitu pasien
tampak sering diam dan menyendiri, saat diajak berkenalan /berkomunikasi lainnya
pasien hanya diam, pasien tampak apatis dan tidak peduli dengan lingkungan, karena
menjawab pertanyaan semaunya sendiri dan tidak sesuai dengan yang diajukan.
Faktor predisposisi yang didapat diteori Dermawan dan Rusdi (2014) yaitu
faktor perkembangan, faktor biologis dan sosiokultural.
Faktor pencetus atau presipitasi pada isolasi sosial menurut teori adalah
biologi, sosiokultural dan psikologis. Pada Tn. K faktor pencetusnya yaitu Tn. K
tidak mau untuk berinterkasi dengan orang lain.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola
respon klien baik actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan mungkin
muncul pada pasien dengan isolasi sosial sesuai dengan teori yaitu :
Resiko gangguan persepsi sensoris halusinasi
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. K dengan isolasi sosial yaitu:
Isolasi Sosial
Halusinasi
Harga Diri Rendah
Intervensi
Setelah diagnose keperawatan maka selanjutnya adalah melakukan
perencanaan keperawatan, perencanaan dibuat sesuai dengan landasan
teori dimana lingkup keperawatan adalah diagnose keperawatan, tujuan
dan intervensi. Rencana keperawatan disusun berdasarkan kalimat
perintah untuk mengatasi, mencegah, mengurangi masalah-masalah
klien, tujuan pada perencanaan terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus yaitu tidak terjadi isolasi sosial dan tujuan khusus.
Pada tahap ini penulis kesulitan atau hambatan, karena dalam menyusun
rencana asuhan keperawatan adalah mengacu pedoman asuhan
keperawatan jiwa yang sudah ada tetapi pada kenyataannya dalam
pelaksanaan perlu mempertimbangkan kondisi pasien.
Implementasi
Implementasi merupakan wujud dari rencana keperawatan yang telah disusun
oleh penulis. Pada tahap ini penulis mengacu pada rencana tindakan yang
telah dibuat dan disesuaikan dalam kondisi klien. Dalam tindakan keperawatan
tinjauan kasus yang telah dilakukan kepada klien dengan isolasi sosial yaitu:
Klien dapat mengidentifikasi siolasi sosial
Klien dapat mengatasi isolasi sosial dengan berkenalan
Klien dapat mengatasi isolasi sosial dengan berkenalan 2-3 orang
Klien dapat mengendalikan perilaku dengan memanfaatkan obat
Klien dapat mengatasi isolasi sosial dengan berkenalan 5 orang
Klien mampu menerapkan jadwal latihan perkenalan dan bercakap-cakap sesuai arahan
perawat
Pertemuan ketiga (SP 2) Isolasi sosial dengan hasil :
Klien dapat mengatasi isolasi sosial dengan berkenalan 2-3 orang
Klien mampu melakukan latihan berbicara saat melakukan kegiatan harian (latiah 2
kegiatan)
Pertemuan keempat (SP 3) Isolasi sosial dengan hasil :
Klien dapat mengatasi isolasi sosial dengan berkenanalan 4-5 orang
Klien mampu melakukan latihan berbicara saat melakukan kegiatan harian ( 2 kegiatan
baru)
Pertemuan kelima (SP 4) Isolasi sosial dengan hasil :
Klien mampu melakukan latihan bicara sosial: meminta sesuatu, menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan jiwa
pada pasien dengan gangguan isolasi sosial: menarik diri maka penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
◦ Isolasi sosial: Menarik diri adalah gangguan kejiwaan pada pasien dimana
pasien mengalami suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
◦ Masalah keperawatan jiwa yang muncul pada Tn. K meliputi yaitu resiko
isolasi sosial : menarik diri, defisit perawatan diri, harga diri rendah,
halusinasi, defisit pengetahuan tentang penyakit, koping keluarga tidak
efektif, ketidakefektifan koping individual.
◦ Merumuskan rencana keperawatan sesuai dengan teori dimana rencana
keperawatan semua sudah dilakukan penulis dalam bentuk implementasi
◦ Pada implementasi semua intervensi dilakukan menggunakan sumber-
sumber dan kerja sama dengan pasien
◦ Asuhan keperawatan jiwa pada Tn. K dengan isolasi sosial semua
intervensi telah tercapai.
SARAN
Dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :
Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan baik dan
keterlibatan klien dan perawat sehingga timbul rasa saling percaya yang akan
menimbulkan kerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa.
Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai pengetahuan dan
keterampilan baru dengan cara mengikuti seminar-seminar keperawatan jiwa, serta dapat
bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan masalah utama isolasi sosial: menarik diri.
Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional alangkah baiknya
formal dan dengan informal khususnya pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan
pasien, dengan harapan perawat mampu memberikan pelayanan asuhan keperawatan
sesuai standart asuhan keperawatan dan kode etik.
Mengembangkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia secara komprehensif
dengan harapan perawat mempunyai respon yang tinggi terhadap keluhan pasien sehingga
intervensi yang diberikan dapat membantu menyelesaikan masalah.
Kerja sama dengan keluarga sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, serta perawatan paska sangat berpengaruh pada
kondisi pasien dalam kehidupan bermasyarakat.
TERIMA KASIH