Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA PADA TN.

K DENGAN
DIAGNOSA UTAMA ISOLASI SOSIAL DI DESA LUGUSARI RT/RW:
004/002 KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU

Disusun Oleh:
KELOMPOK IV

 
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVESITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TA.2020-2021
LATAR BELAKANG

 Kesehatan jiwa tidak luput dari beberapa gangguan jiwa yang


merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat
adanya distorsi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah
laku (Nasir, 2011). Gangguan psikotik hampir sama dengan
skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional
dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni antara
proses pikir, emosi dan kemauan, salah satunya pada kasus jiwa
dengan isolasi sosial.
 Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Dermawan dan Rusdi, 2013). Fenomena lapangan yang
muncul dan dapat dilihat dengan nyata pada penderita isolasi sosial
dan menarik diri adalah kurangnya hubungan sosial dengan orang
lain, merasa harga diri rendah, ketidaksesuaian sosial, tidak tertarik
dengan aktivitas rekreasi, kerancuan identitas gender, menarik diri
dari orang lain yang berhubungan dengan stigma, dan mengalami
penurunan kualitas hidup yang dapat mengarah ke defisit perawatan
diri (Stuart 2013).
TINJAUAN TEORI

PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang
individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi denganorang lain
disekitarnya (Damayanti, 2008)
TANDA DAN GEJALA

◦ Gejala subjektif
 Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
 Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
 Klien merasa bosan
 Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Klien merasa tidak berguna
 
◦ Gejala objektif
 Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan
 Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
 Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
 Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
 Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara berulang-ulang
 Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
 Ekspresi wajah tidak berseri
 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
 Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
(Trimelia, 2011: 15)
RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

1. Menyendiri 1. Merasa sendiri 1. Manipulative

2. Otonomi 2. Menarik diri 2. Impulsive

3. Bekerjasama 3. Tergantung 3. Narcissism

4. Saling

tergantung
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Identitas Klien
 Nama : Tn. K
 Umur : 20 tahun
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Tidak bekerja
 Suku/Bahasa : Jawa/Indonesia
 Agama : Islam
 Informan :
 Alamat : Desa Lugusari 1, RT/Rw: 004/002 Kec.Pagelaran
Kab.Pringsewu
 Tanggal Masuk RS : -
 Tanggal Pengkajian: 8 Febuari 2021
 Nomor Register :-
ALASAN GANGGUAN JIWA

Klien mengalami gangguan jiwa sejak 4 tahun


yang lalu dikarenakan dibuli oleh teman-
temannya selama sekolah sehingga
menyebabkan ia sering menyendiri, tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain, klien juga
mengatakan ia bodoh dan tidak pantas jika
bertemu dengan orang lain.
FAKTOR PREDISPOSISI
 Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu : (√) ya ( ) tidak
 Pengobatan sebelumnya: ( ) berhasil ( ) kurang berhasil (√) tidak

berhasil
 Penganiayaan: pelaku/usia korban/usia saksi/usia

◦ Aniaya fisik
◦ Aniaya seksual
◦ Penolakan (√)
◦ Kekerasan dalam keluarga
◦ Tindakan kriminal
 Masalah Keperawatan : penolakan
 Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? ( ) ya (√)

tidak
 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :

Pasien mengatakan dahulu sering dibuli oleh teman-temannya


selama sekolah.
 Masalah Keperawatan : Depresi
PEMERIKSAAN FISIK

 Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mmHg
S : 36,2 °C,
N : 86 x/menit,
RR : 19 x/menit
 Ukur : TB: 171 , BB: 59
 Keluhan fisik : Tidak ada
ANALISA DATA

No. Data Fokus Problem


1 DS: Isolasi
- Klien mengatakan tidak mau berinteraksi dengan orang
sosial
lain
 
- Klien mengatakan tidak mau keluar rumah
- Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang
lain
- Klien mengatakan merasa tidak aman berada dengan
orang lain
- Klien mengatakan orang lain jahat dengan dirinya
- Klien mengatakan merasa bosan dan lambat
menghabiskan waktu
DO:
- Klien terlihat mengisolasi diri
- Klien banyak diam dan tidak mau berbicara
- Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan
ANALISA DATA

No. Data Fokus Problem


2 DS: Harga diri
- Klien mengatakan merasa tidak aman berada rendah
dengan orang lain kronik
- Klien mengatakan malu dan minder jika bertemu
orang lain
- Klien mengatakan dirinya tidak berguna
- Klien mengatakan tidak mampu berkonsentrasi dan
membuat keputusan
DO:
- Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi
dengan orang yang dekat
- Klien tampak malu
- Klien tampak gelisah
ANALISA DATA

No. Data Fokus Problem


3 DS: Resiko
- Klien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan doa gangguan
- Klien mengatakan mendengar bisikan ketika sholat persepsi
DO: sensori :
- Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang Halusinasi
yang dekat  
- Klien sering melamun
- Kontak mata kosong
POHON MASALAH

Halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah


DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Isolasi Sosial
 Halusinasi
 Harga Diri Rendah
INTERVENSI

Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
ISOLASI SOSIAL SP 1 :
1. Beri salam teraupetik
2. Perkenalan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan
perawat berkenalan
3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
4. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi
klien
5. Buat kontrak interaksi yang jelas
6. Identifikasi penyebab isolasi sosial: siapa yang serumah,
siapa yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya
7. Keuntungan punya teman dan bercakap cakap
8. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
9. Latih cara berkenalan dengan pasien dan perawat atau
tamu
INTERVENSI

Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
ISOLASI SOSIAL SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (beberapa orang). Beri
pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan
2-3 orang pasien, perawat dan tamu, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
SP 3 :
4. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) &
bicara saat melakukan dua kegiatan harian.
5. Beri pujian
6. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2
kegiatan baru)
INTERVENSI

Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
ISOLASI SOSIAL SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat
melakukan empat kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih cara bicara sosial: meminta sesuatu, menjawab
pertanyaan
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk Latihan
berkenalan >5 orang, orang baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian & sosialisasi
SP 5 :
4. Evaluasi kegiatan Latihan berkenalan, berbicara saat
melakukan harian dan sosialisai. Beri pujian
5. Latih kegiatan harian
6. Nilai kemampuan yang telah mandiri
7. Nilai apakah isolasi sosial
INTERVENSI

Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
HALUSINASI SP 1 :
1. Membantu pasien mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu
terjadinya, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi).
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan harian.
3. Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik halusinasi.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik.
SP 2 :
5. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian.
6. Latih cara mengontrol halusinasi.
7. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 5 benar
: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontunuitas obat).
8. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan
minum obat.
INTERVENSI

Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
HALUSINASI SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan harian menghardik dan obat, beri pujian.
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
saat terjadi halusinasi.
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
minum obat dan bercakap-cakap.
SP 4 :
4. Evaluasi kegiatan menghardik, minum obat dan bercakap-
cakap, beri pujian.
5. Latihan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian (mulai 2 kegiatan).
6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
minum obat, brcakap-cakap dan kegitan harian.
INTERVENSI

Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
HALUSINASI SP 5 :
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat & bercakap-
cakap & kegiatan harian. Beri pujian.
2. Latihan kegiatan harian.
3. Nilai kemampuan yang telah mandir.
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol.
INTERVENSI
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
HARGA DIRI SP 1 :

RENDAH 1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif


pasien (buat daftar kegiatan)
2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan
saat ini untuk dilatih
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannnya)
5. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan dua kali per hari
SP 2 :
6. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
7. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
8. Latih kegiatan kedua (alat dan cara)
9. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: dua kegiatan
INTERVENSI
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
HARGA DIRI SP 3 :
RENDAH 1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan
berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga (alat dan cara)
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: tiga
kegiatan, masing-masing dua kali perhari
SP 4 :
5. Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah
dilatih dan berikan pujian
6. Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
7. Latih kegiatan keempat
8. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: empat
kegiatan masing-masing 2 kali per hari
INTERVENSI
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
HARGA DIRI SP 5 :
RENDAH 1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai apakah harga diri pasien meningkat
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal : 10 Februari 2021
Pukul : 11.00-11.30 WIB
Diagnosa : ISOLASI SOSIAL S:
Tindakan : • Klien mengatakan dirinya serumah dengan
SP 1 Kakaknya
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi • Klien mengatakan punya teman dekat
sosial: siapa yang serumah, siapa namanya Tn ”S” sebabnya karena ia baik
• Klien mengatakan tidak punya teman tidak
yang dekat dan apa sebabnya
dekat
2. Menjelaskan keuntungan punya
• Klien mengatakan lebih suka menyendiri
teman dan bercakap-cakap
• Klien mengatakan susah mengajak orang
3. Menjelaskan kerugian tidak
lain berbicara
punya teman dan tidak
• Klien mengatakan malas berbicara dengan
bercakap-cakap orang lain
4. Melatih cara berkenalan dengan O:
pasien, perawat dan tamu • Klien terlihat mengisolasi diri
5. Masukan pada jadwal kegiatan • Klien banyak diam dan tidak mau berbicara
untuk latihan berkenalan • Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi
RTL : dengan orang yang dekat
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal : 11 Februari 2021
Pukul : 11.00-11.30 WIB

Diagnosa : ISOLASI SOSIAL S:


Tindakan : • Klien mengatakan masih mengingat
SP 2 cara berkenalan dengan temannya
1. Mengevaluasi kegiatan latihan • Klien mengatakan ingin di ajar lagi
berkenalan dengan beberapa cara berbicara saat melakukan
orang, beri pujian kegiatan harian
2. Melatih cara berbicara saat O:
melakukan kegiatan harian • Nampak dapat berkenalan dengan
(latih 2 kegiatan) bantuan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan • Beraktivitas sendiri tampa adanya
untuk latihan berkenalan bantuan
dengan 2-3 orang pasien, • Ekspresi wajah kurang berserih
perawat dan tam, berbicara A : Masalah belum teratasi
saat melakukan kegiatan harian P : Lanjutkan Intervensi
  • Latihan berkenalan 2-3 orang dan
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal : 12 Februari 2021
Pukul : 11.00-11.30 WIB

Diagnosa : ISOLASI SOSIAL S:


Tindakan : • Klien mengatakan sudah mengetahui
SP 3 cara berkenalan
1. Mengevaluasi kegiatan, latih • Klien mengatakan susah memulai
berkenalan (beberapa orang) pembicaraan
dan berbicara saat melakukan O:
duan kegiatan harian. berikan • Nampak dapat berkenalan
pujian • Beraktivitas sendiri tampa adanya
2. Melatih cara berbicara saat bantuan
melakukan kegiatan harian (2 • Ekspresi wajah kurang berseri
kegiatan baru) A : Masalah Belum teratasi
3. Masukan dalam jadwal kegiatan P : Lanjutkan Intervensi
harian untuk latihan berkenalan • Latihan berkenalan 4-5 orang dan
4-5 orang, berbicara saat berbicara saat melakukan kegiatan
melakukan 4 kegiatan harian harian
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal : 13 Februari 2021
Pukul : 11.00-11.30 WIB

Diagnosa : ISOLASI SOSIAL S:


Tindakan : • klien mengatakan sudah mengetahui cara
berkenalan
SP 4 :
• Klien mengatakan sudah banyak teman
1. Mengevaluasi kegiatan latihan
• Klien mengatakan sudah bisa menjawab
berkenalan, bicara saat
beberapa pertanyaan temannya
melakukan empat • Klien mengatakan takut meminta sesuatu
kegiatanharian. Berikan pujian O:
2. Melatih cara bicara sosial: • nampak dapat berkenalan
meminta sesuatu menjawab • Beraktivitas sendiri tampa adanya bantuan
pertanyaan • Ekspresi wajah kurang berserih

3. Masukkan pada jadwal kegiatan • Klien nampak mempraktekkan cara bicara


sosial : menjawab pertanyaan temannya
untuk latihan berkenalan >
A : Masalah Teratasi Sebagian
5orang, orang baru, berbicara
P : Lanjutkan Intervensi
saat melakukan kegiatan harian • Latihan berkenalan >5 orang baru,
dan sosialisasi berbicara saat melakukan kegiatan harian
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal : 14 Februari 2021
Pukul : 11.00-11.30 WIB

Diagnosa : ISOLASI SOSIAL S:


• Klien mengatakan sudah mengetahui cara
Tindakan :
berkenalan
SP 5 :
• Klien mengatakan susah memulai pembicaraan
1. Evaluasi kegiatan Latihan • Klien mengatakan masih mengingat cara berkenalan
berkenalan, berbicara saat dengan temannya
melakukan harian dan • Klien mengatakan ingin di ajar lagi cara berbicara
saat melakukan kegiatan harian
sosialisai. Beri pujian
• Klien mengatakan sudah melakukan yang telah di
2. Latih kegiatan harian
ajarkan
3. Nilai kemampuan yang • Klien mengatakan sudah tidak takut lagi sama orang
telah mandiri dan berani berkenalan
4. Nilai apakah isolasi social O :
• Nampak dapat berkenalan
• Beraktivitas sendiri tampa adanya bantuan
• Ekspresi wajah kurang berseri
• Klien masih tampak canggung saat berkenalan
• klien berkenalan sendiri tidak di bantu sama
keluarga
PEMBAHASAN

Pengkajian
Pengkajian data dasar dilakukan pada tanggal 08 Februari 2021, proses pengumpulan
data dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Pengkajian
merupakan tahap awal dari proses keperawatan tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan masalah atau kebutuhan klien.

Pada Tn. K ada beberapa tanda gejala yang ada dalam landasan teori yaitu terlihat
kontak mata kurang, klien tampak was-was, klien menyindiri, klien selalu menolak
dalam proses berinteraksi dengan orang lain, gangguan daya ingat jangka panjang,
gangguan bermakna, reaksi lambat, menghindar.

Senada dengan penelitian Suharis (2019) tanda dan gejala pada An. H yaitu pasien
tampak sering diam dan menyendiri, saat diajak berkenalan /berkomunikasi lainnya
pasien hanya diam, pasien tampak apatis dan tidak peduli dengan lingkungan, karena
menjawab pertanyaan semaunya sendiri dan tidak sesuai dengan yang diajukan.
Faktor predisposisi yang didapat diteori Dermawan dan Rusdi (2014) yaitu
faktor perkembangan, faktor biologis dan sosiokultural.

Pada Tn. K ditemukan bahwa faktor penyebab atau pendukungnya adalah


faktor komunikasi pada keluarga yang kurang baik, disebabkan dampak
masalah pada masa sekolah yang dianggap kurang mendukungnya tumbuh
kembang proses berfikir dan berinterkasi dengan orang lain. Hal ini sejalan
dengan penelitian Suharis (2019) yaitu An. H memiliki harapan yang sangat
besar agar bisa mengikuti jejak kakaknya masuk di pondok pesantren favorit,
tetapi karena hafalannya kurang klien masuk di pondok biasa saja, semenjak
itu klien sering diam dan menyindiri.

Faktor pencetus atau presipitasi pada isolasi sosial menurut teori adalah
biologi, sosiokultural dan psikologis. Pada Tn. K faktor pencetusnya yaitu Tn. K
tidak mau untuk berinterkasi dengan orang lain.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola
respon klien baik actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan mungkin
muncul pada pasien dengan isolasi sosial sesuai dengan teori yaitu :
 Resiko gangguan persepsi sensoris halusinasi
 Isolasi sosial: menarik diri
 Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. K dengan isolasi sosial yaitu:
 Isolasi Sosial
 Halusinasi
 Harga Diri Rendah
Intervensi
Setelah diagnose keperawatan maka selanjutnya adalah melakukan
perencanaan keperawatan, perencanaan dibuat sesuai dengan landasan
teori dimana lingkup keperawatan adalah diagnose keperawatan, tujuan
dan intervensi. Rencana keperawatan disusun berdasarkan kalimat
perintah untuk mengatasi, mencegah, mengurangi masalah-masalah
klien, tujuan pada perencanaan terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus yaitu tidak terjadi isolasi sosial dan tujuan khusus.

Pada tahap ini penulis kesulitan atau hambatan, karena dalam menyusun
rencana asuhan keperawatan adalah mengacu pedoman asuhan
keperawatan jiwa yang sudah ada tetapi pada kenyataannya dalam
pelaksanaan perlu mempertimbangkan kondisi pasien.
Implementasi
Implementasi merupakan wujud dari rencana keperawatan yang telah disusun
oleh penulis. Pada tahap ini penulis mengacu pada rencana tindakan yang
telah dibuat dan disesuaikan dalam kondisi klien. Dalam tindakan keperawatan
tinjauan kasus yang telah dilakukan kepada klien dengan isolasi sosial yaitu:
 Klien dapat mengidentifikasi siolasi sosial
 Klien dapat mengatasi isolasi sosial dengan berkenalan
 Klien dapat mengatasi isolasi sosial dengan berkenalan 2-3 orang
 Klien dapat mengendalikan perilaku dengan memanfaatkan obat
 Klien dapat mengatasi isolasi sosial dengan berkenalan 5 orang

Dalam implementasi penulis menggunakan satu metode yaitu SP, dengan


menggunakan dengan menggunakan SP, yaitu SP 1, 2, 3, 4 dan 5 penulis
melaksanakan sesuai dengan rencana.
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengetahui
kemajuan atau keberhasilan dari pelaksanaan intervensi yang telah dilaksanakan pada kasus
ini dapat hasil:
 Pertemuan pertama Isolasi sosial dengan hasil : bina hubungan saling percaya
 Pertemuan kedua ( SP 1) Isolasi sosial dengan hasil:
 Klien dapat mengidentifikasi siolasi sosial

 Klien dapat mengatasi isolasi sosial dengan berkenalan

 Klien mampu melakukan latihan bercakap-cakap

 Klien mampu menerapkan jadwal latihan perkenalan dan bercakap-cakap sesuai arahan

perawat
 Pertemuan ketiga (SP 2) Isolasi sosial dengan hasil :
 Klien dapat mengatasi isolasi sosial dengan berkenalan 2-3 orang

 Klien mampu melakukan latihan berbicara saat melakukan kegiatan harian (latiah 2

kegiatan)
 Pertemuan keempat (SP 3) Isolasi sosial dengan hasil :
 Klien dapat mengatasi isolasi sosial dengan berkenanalan 4-5 orang

 Klien mampu melakukan latihan berbicara saat melakukan kegiatan harian ( 2 kegiatan

baru)
 Pertemuan kelima (SP 4) Isolasi sosial dengan hasil :
 Klien mampu melakukan latihan bicara sosial: meminta sesuatu, menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan jiwa
pada pasien dengan gangguan isolasi sosial: menarik diri maka penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
◦ Isolasi sosial: Menarik diri adalah gangguan kejiwaan pada pasien dimana
pasien mengalami suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
◦ Masalah keperawatan jiwa yang muncul pada Tn. K meliputi yaitu resiko
isolasi sosial : menarik diri, defisit perawatan diri, harga diri rendah,
halusinasi, defisit pengetahuan tentang penyakit, koping keluarga tidak
efektif, ketidakefektifan koping individual.
◦ Merumuskan rencana keperawatan sesuai dengan teori dimana rencana
keperawatan semua sudah dilakukan penulis dalam bentuk implementasi
◦ Pada implementasi semua intervensi dilakukan menggunakan sumber-
sumber dan kerja sama dengan pasien
◦ Asuhan keperawatan jiwa pada Tn. K dengan isolasi sosial semua
intervensi telah tercapai.
SARAN
Dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :
 Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan baik dan

keterlibatan klien dan perawat sehingga timbul rasa saling percaya yang akan
menimbulkan kerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa.
 Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai pengetahuan dan

keterampilan baru dengan cara mengikuti seminar-seminar keperawatan jiwa, serta dapat
bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan masalah utama isolasi sosial: menarik diri.
 Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional alangkah baiknya

diadakan home visite dalam bidang keperawatan jiwa.


 Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik secara

formal dan dengan informal khususnya pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan
pasien, dengan harapan perawat mampu memberikan pelayanan asuhan keperawatan
sesuai standart asuhan keperawatan dan kode etik.
 Mengembangkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia secara komprehensif

dengan harapan perawat mempunyai respon yang tinggi terhadap keluhan pasien sehingga
intervensi yang diberikan dapat membantu menyelesaikan masalah.
 Kerja sama dengan keluarga sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, serta perawatan paska sangat berpengaruh pada
kondisi pasien dalam kehidupan bermasyarakat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai