Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA PADA

NY. M DENGAN DIAGNOSA UTAMA HALUSINASI DI


DESA DATARAJAN ULU BELU KABUPATEN
TANGGAMUS

KELOMPOK 3
1. AHAMD SAFI,I
2. DELLA ANDRYANA
3. EKO WISMA APRONO
4. FARID AGIL KUSUMA
5. HENDRI SAPUTRA
6. INDRI SETIAWATI
7. MELLA DWINOVITASARI
8. MAYA EMILYANA
9. RENDI ANGGA PAMUNGKAS
10. RISKA
11. TRI BAYU NOVRIANSYAH
12. SULTAN ISLAM
13. FAIZ GILANG RAMADHAN

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


LATAR BELAKANG
Menurut UU No. 18 Tahun 2014 Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seseorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual dan social sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan dapat bekerja
secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya

Berdasarkan hasil survey World Health Organization (WHO, 2015) menyatakan hampir 450 juta penduduk dunia
menderita masalah gangguan jiwa. Satu dari empat keluarga mengalami gangguan jiwa dan seringkali tidak
terdiagnosis secara tepat sehingga tidak memperoleh perawatan dan pengobatan dengan tepat. Gangguan jiwa berat
skizofrenia dan posikosis belum sepenuhnya mendapat pengobatan dengan tepat.

Hasil survei kesehatan di Indonesia tahun 2018 menyebutkan terdapat 7 per 1000 penduduk Indonesia yang menderita
skizofrenia atau psikosis. Diantara para penderita tersebut, kurang lebih 14,8% pernah di pasung dalam masa hidupnya (Laporan
Riskesdas, 2018). Hal ini menunjukkan adanya Peningkatan proporsi gangguan jiwa pada data yang didapatkan Riskesdas 2018
cukup signifikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi 7% (Riskesdas, 2018).
Rumah Sakit Jiwa Provinsi (RSJ) Lampung sendiri merupakan salah satu Rumah sakit yang terdapat di
Lampung yang salah satu pelayanan kesehatan yang diberikan adalah perawatan dan pengobatan klien
gangguan jiwa. Data RSJ Provinsi Lampung tahun 2018 jumlah penderita gangguan jiwa sebesar 806 orang
dan berdasarkan data yang didapat dari humas RSJ Provinsi Lampung mayoritas klien skizofrenia yang
mengalami rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung sebesar 631 mengalami skizofrenia
paranoid dan penderita skizopfrenia heberfrenik 69 orang, gangguan mental organic 33, gangguan skizoafektif
YTT 9, gangguan psikotik dan polimorfik akut ttanpa gejala skizofrenia tipe campuran 14, skizofrenia YTT 9,
gangguan psikotik dan polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia 7, gangguan skizoafektif tipe manic 6,
dimensia 2 (Rekam Medik, 2018).
TINJAUAN TEORI

Definisi

Halusinasi adalah terjadinya penglihatan, suara, sentuhan, bau , maupun rasa tanpa stimulus
eksternal terhadap organ-organ indera ( Fontaine, 2009).
 
Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera dimana tidak terdapat
stimulasi terhadap reseptor-reseptornya, halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah yang
mungkin meliputi salah satu dari kelima panca indera (Towsend dalam Satrio, 2015).
 
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respo neurobiologis yang maladaptif,
klien mengalami distorsi sensori yang nyata dan meresponnya, namun dalam halusinasi stimulus
internal dan eksternal tidak dapat diidentifikasi (Stuart dalam Satrio, 2015).
Halusinasi pendengaran
 
Menurut Stuart dalam Satrio 2015, pada klien halusinasi dengar tanda dan gejala dapat di karakteristik
mendengar bunyi atau suara, paling sering dalam bentuk suara, rentang suara dari suara sederhana atau suara
yang jelas suara tersebut membicarakan tentang klien, sampai percakapan yang komplet antara dua orang atau
lebih seperti orang yang berhalusinasi. Suara yang didengar dapat berupa perintah yang memberitahu klien
untuk melakukan sesuatu, kadang-kadang dapat membahayakan atau mencederai.

Halusinasi penciuman
 Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien mencium aroma atau bau tertentu seperti
urine atau feces atau bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau bau yang tidak sedap
(Videbeck dalam Satrio 2015).

Halusinasi penglihatan

Pada klien yang mengalami halusinasi penglihatan, isi dari halusinasi berupa melihat bayangan yang
sebenarnya tidak ada sama sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal atau mungkin sesuatu
yang bentuknya menakutkan (Videbeck dalam Satrio 2015).
 
Halusinasi pengecapan
 
Pada halusinasi pengecapan, isi halusinasi berupa klien mengecap rasa yang tetap ada dalam
mulut atau perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa
rasa logam atau pahit, dapat berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir seperti darah, urine dan
feces (Stuart & Laraia, 2005 ; Stuart 2009).

Halusinasi perabaan
 
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti aliran listrik yang menjalar ke
seluruh tubuh atau binatang kecil yang merayap di kulit (Videbeck dalam Satrio 2015).
Tahap I (comforting)
Tahap II (Condeming)
Tahap III (Controlling)
Tahap IV (Conquering)
Fase halusinasi
Faktor Penyebab Halusinasi

a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Presipitasi
c. Penilaian Terhadap Stressor
d. Sumber Koping
e. Mekanisme Koping
POHON MASALAH

Resiko perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi:


Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

(Keliat, 2010 dikutip dalam Satrio,


2015)
Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
NO DATA YANG PERLU DIKAJI MASALAH

1  Data subjektif : Halusinasi


Klien mengatakan :
- Mendengar suara-suara atau kegaduhan
- Mendengar suara yang mengajak bercakap-
cakap
- Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu
yang berbahaya
- Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris,
bentuk kartun, melihat hantu atau monster
- Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses,
kadang-kadang bau itu menyenangkan
- Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
- Merasa takut atau senang dengan halusinasinya

 Data objektif :
- Bicara atau tertawa sendiri
- Marah-marah tanpa sebab
- Mengarahkan telinga ke arah tertentu
- Menutup telinga
- Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
- Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
- Mencium sesuatu seperti membaui bau-bauan
tertentu
- Menutup hidung
- Sering meludah
- Muntah
- Mengaruk-garuk permukaan kulit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Keliat (dalam Satrio, 2015) diagnosa keperawatan ada 4 yaitu :

1.Resiko perilaku kekerasan

2.Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

3.Isolasi sosial

4.Harga diri rendah


ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA PADA NY. M DENGAN DIAGNOSA UTAMA
HALUSINASI DI DESA DATARAJAN ULU BELU KABUPATEN TANGGAMUS

PENGKAJIAN

Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 27 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Suku/Bahasa : Sunda
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kemenang No 09, Lampung tengah
Diagnosa medis : Skizofrenia
Tanggal Pengkajian : 07 Februari 2021
Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. W
Umur : 64 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Suku/Bahasa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kemenang No 09, Lampung tengah
Hubungan Dengan Klien: Ibu
Analisa data
No. Data Fokus Problem
1. DS: Halusinasi
- Keluarga klien mengatakan Ny. M pernah
mendapatkan perawatan di RS Jiwa 5
tahun yang lalu dan sekarang hanya rawat
jalan untuk pengobatan.
- Ny. M mengatakan terkadang masih ada
bisikan-bisikan orang lain seperti
mengejeknya, mengamuk dan merusak
- Ny. M mengatakan melihat sesuatu yang
pernah ia liat sebelumnya seperti rumah
dan tempat main

DO:
- Kesadaran: composmentis
- Pakaian rapih
- Bicara sendiri
- Senyum sendiri
- Ketawa sendiri
- Menggerakkan bibir tanpa suara
- Mudah tersinggung, Jengkel dan marah
- Tampak tremor dan berkeringat
- Ketakutan
- TTV: TD: 110/90 mmHg, N: 100x/m,
RR: 22x/m, S: 36,0
DS: Harga diri rendah
- Keluarga klien mengatakan Ny. M pernah
mendapatkan perawatan di RS Jiwa 5
tahun yang lalu dan sekarang hanya rawat
jalan untuk pengobatan.
- Ny. M mengatakan merasa malu dengan
dirinya dan kelakuan suaminya

DO:
- Kesadaran: composmentis
- Klien mengurung diri
- Mudah tersinggung, Jengkel dan marah
- TTV: TD: 110/90 mmHg, N: 100x/m,
RR: 22x/m, S: 36,0
DS: Isolasi sosial
- Keluarga klien mengatakan Ny. M pernah
mendapatkan perawatan di RS Jiwa 5
tahun yang lalu dan sekarang hanya rawat
jalan untuk pengobatan.
- Keluarga klien mengatakan Ny. M tidak
mau bercerita dengan keluarga jika ada
masalah
- Keluarga klien mengatakan Ny. M selalu
mengurung diri dikamar
DO:
- Kesadaran: composmentis
- Klien mengurung diri
- Klien hanya diam tak mau bicara
- Bicara sendiri
- Senyum sendiri
- Ketawa sendiri
- TTV: TD: 110/90 mmHg, N: 100x/m,
RR: 22x/m, S: 36,0
DS: Resiko perilaku kekerasan
- Keluarga klien mengatakan Ny. M pernah
mendapatkan perawatan di RS Jiwa 5
tahun yang lalu dan sekarang hanya rawat
jalan untuk pengobatan.
- Keluarga klien mengatakan Ny. M
sebelum dirawat sering marah-marah
karena melihat suaminya tidak pernah
memberikan nafkah dan melihat
selingkuh dengan perempuan yang lain.
- Ny. M mengatakan merasa malu dengan
dirinya dan kelakuan suaminya
- Keluarga klien mengatakan Ny. M pernah
mencoba membunuh dirinya sendiri
bahkan sampai melukai anaknya
- Keluarga klien mengatakan Ny. M tidak
mau bercerita dengan keluarga jika ada
masalah

DO:
- Kesadaran: composmentis
- Pakaian rapih
- Klien membanting pintu
- Mata klien melotot
- Klien memberontak dan teriak-teriak
- Tangan mengenggam
- Klien hanya diam tak mau bicara
- Mudah tersinggung, Jengkel dan marah
- Tampak tremor dan berkeringat
- TTV: TD: 110/90 mmHg, N: 100x/m,
RR: 22x/m, S: 36,0
POHON MASALAH
Resiko menciderai diri,
orang lain dan lingkungan :
Resiko perilaku kekerasan

Perubahan sensori persepsi :


Halusinasi Core Problem

Isolasi Sosial Causa

Harga Diri Rendah


Diagnosa Keperawatan

Diagnosa pada gangguan jiwa pada Ny. M, yaitu:

1.Perubahan sensori persepsi: halusinasi


2.Isolasi sosial
3.Resiko menciderai diri sendiri, prang lain dan lingkungan:
resiko perilaku kekerasan
Intervensi Keperawatan
No. Dx. Perencanaan
Keperawata Tujuan Kriteria hasil Intervensi
n
1. Perubahan sensori
TUM: Setelah dilakukan 1. Sapa klien dengan ramah
persepsi Klien
: tidak
tindakan keperawatan dengan baik verbal maupun
halusinasi mencederai diriselama 2x pertemuan non verbal
sendiri, orang diharapkan klien 2. Perkenalkan diri dengan
lain dan
mampu menunjukkan sopan
lingkungan tanda-tanda percaya 3. Tanyakan nama lengkap
kepada perawat klien dan nama panggilan
TUK 1: dengan kriteria hasil : yang disukai
Klien dapat 1. Ekspresi wajah 4. Jelaskan tujuan pertemuan
membina bersahabat 5. Jujur dan menepati janji
hubungan saling 2. Menunjukkan rasa 6. Tunjukkan sikap empati
percaya dasar senang dan menerima klien apa
untuk 3. Ada kontak mata adanya
kelancaran 4. Mau berjabat 7. Berikan perhatian kepada
hubungan tangan klien dan perhatian
interaksi 5. Mau menyebutkan kebutuhan dasar klien
seanjutnya nama
6. Mau duduk
berdampingan
dengan perawat
7. Bersedia
mengungkapkan
perasaan yang
dirasakan
TUK 2: Setelah dilakukan SP 1:
Klien dapat mengenal halusinasinya dan tindakan 1. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi,
dapat mengontrol halusinasi dengan keperawatan waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,
cara menghardik selama 2x respon
  pertemuan 2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi:
hardik,obat, bercakap-cakap, melakukan
diharapkan klien kegiatan
tidak 3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
mengalamihalusinas menghardik
i dengan criteria 4. Masukkan pada jadual kegiatan untuk
hasil : latihan menghardik
1. Klien mengungkapkan tidak mendengar
suara yang tidak ada wujudnya
2. Klen mengetahui isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan,
respon halusinasi
3. Klien melakukan control dengan cara
menghardik
4. Klien tidak berbicara sendiri
TUK 3 : Setelah dilakukan tindakan SP 2:
Klien dapat mengontrol keperawatan selama 2x 1. Evaluasi kegiatan
halusinasinya dengan obat pertemuan diharapkan klien menghardik. Beri pjian
tidak mengalami halusinasi 2. Latih cara mengontrol
dengan criteria hasil : halusinasi dengan obat
1. Klien mengungkapkan (jelaskan 6 benar: jenis,
tidak mendengar suara yang guna, dosis. frekuensi, cara,
tidak ada wujudnya kontuinitas minum obat)
2. Klien melakukan control 3. Masukkan pada jadual
dengan cara obat kegiatan untuk latihan
3. Klien tidak berbicara menghardik dan minum
sendiri obat
TUK 4: Setelah dilakukan tindakan SP 3:
Klien mendapat dukungan keperawatan selama 2x 1. Evaluasi kegiatan latihan
dari keluarga dalam pertemuan diharapkan klien menghardik dan obat.
mengontrol halusinasinya tidak mengalami halusinasi Beri pujian
dengan bercakap-cakap dengan criteria hasil : 2. Latih cara mengontrol
1. Klien mengungkapkan halusinasi dengan
tidak mendengar suara yang bercakap-cakap saat
tidak ada wujudnya terjadi halusinasi
2. Klien melakukan control 3. Masukkan pada jadual
dengan cara bercakap-cakap kegiatan untuk latihan
3. Klien tidak berbicara menghardik, minum
sendiri obat dan bercakap-
cakap
TUK 5 : Setelah dilakukan tindakan SP 4:
Klien dapat melakukan keperawatan selama 2x 1. Evaluasi kegiatan latihan
kegiatan harian pertemuan diharapkan klien menghardik, obat dan
tidak mengalami halusinasi bercakap-cakap. Beri pujian
dengan criteria hasil : 2. Latih cara mengontrol
1. Klien mengungkapkan halusinasi dengan
tidak mendengar suara yang melakukan kegiatan harian
tidak ada wujudnya (mulai 2 kegiatan)
2. Klien melakukan control 3. Masukkan pada jadual
dengan cara melakukan kegiatan unutk latihan
kegiatan harian menghardik, minum obat,
3. Klien tidak berbicara bercakap-cakap dan
sendiri kegiatan harian
TUK 6 : Setelah dilakukan tindakan SP 5:
Klien dapat melakukan keperawatan selama 2x 1. Evaluasi kegiatan latihan
semua kegiatan yang telah pertemuan diharapkan klien menghardik, obat,
diajarkan tidak mengalami halusinasi bercakap-cakap dan
dengan criteria hasil : kegiatan harian. Beri pujian.
1. Klien dapat mengontrol 2. Latih kegiatan harian
halusiasi 3. Nilai kemampuan yang
2. Klien tidak berbicara telah mandiri
sendiri 4. Nilai apakah halusinasi
terkontrol
IMPLEMENTASI

Nama Klien : Ny. M


Tanggal Tindakan : 08/02/2021

No. Dx Tgl/jam Implementasi Paraf Evaluasi


1 08/02/2021 1. Membina hubungan S:
08.00-09.00 saling percaya - Klien mengatakan
R: Klien kooperatif ada bisik-bisikan
H: Klien mau berjabat orang lain seperti
tangan mengejeknya,
mengamuk dan
2. Mengidentifikasi merusak
halusinasi: isi, - Klien mengatakan
frekuensi, waktu terjadi, menjadi tahu cara
situasi pencetus, mengontrol
perasaan, respon halusinasi
R: Klien menjawab - Klien mengatakan
H: Klien mengatakan ada menjadi rileks
bisik-bisikan orang lain
seperti mengejeknya,
mengamuk dan O:
merusak, Klien - Kesadaran:
menutup telinganya composmentis
- Klien mau berjabat
3. Menjelaskan cara tangan
mengontrol halusinasi: - Klien mengangguk
hardik,obat, bercakap- - Klien menutup
cakap, melakukan telinganya
kegiatan - Klien terlihat rileks
R: Klien mengangguk dan dan tidak takut
bersedia - Klien mendapatkan
H: Klien mengatakan terapi
menjadi tahu cara - TTV: TD: 110/90
mengontrol halusinasi mmHg, N: 100x/m,
RR: 22x/m, S: 36,0
4. Melatih cara
mengontrol halusinasi
dengan menghardik A:
R: Klien bersedia SP 1 Halusinasi tercapai
H: Klien mengatakan
menjadi rileks P:
Lanjutkan SP 2 Halusinasi
5. Memasukkan pada
jadual kegiatan untuk
latihan menghardik
H: Klien bersedia
R: Klien mendapatkan
terapi
PEMBAHASAN

Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses
globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan buda
ya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan deng
an berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pel
ayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2010).

Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maj
u. Penyakit yang menempati urutan empat besar adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaa
n.
Gangguan jiwa adalah keadaan yang mengganggu proses hidup di masyarakat yang diakibatkan dari gangguan me
ntal yang terdiri dari emosi, pikiran, perilaku, perasaan motivasi, kemauan, keinginan, daya tilik diri dan
persepsi (Nashir & Muhith, 2011). Menurut World Health Organization (WHO) 2010, terdapat sekitar 450 juta ora
ng di seluruh dunia mengalami gangguan jiwa, diperkirakan pada usia tertentu penduduk akan mengalami
gangguan jiwa. Prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.0
00 orang. Kemenkes (2013).

Di Indonesia peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup banyak hal ini dikarenakan dari berbagai aspek mis
alnya keadaan ekonomi yang rendah, konflik yang sering terjadi, bencana dimana-mana. Dirumah sakit jiwa Indones
ia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah gangguan halusinasi pendengaran, 20 %
halusinasi penglihatan dan 10 % adalah halusinasi penciuman, pengecapan dan perabaan (Purba, 2012). Berdasark
an data Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita ganguan jiwa di Indonesia saat ini mencapai lebih dari
28 juta orang, dengan kategori jiwa ringan 11,6% dan ,46% penderita gangguan jiwa berat (Skizofrenia).
MATURSUWON

Anda mungkin juga menyukai