Anda di halaman 1dari 29

Pendahuluan

PENDAHULUAN

• Virus corona baru (CoV) bernama Severe Acute


Respiratory Syndrome Coronavirus – 2 (SARS-CoV-2)
muncul dari Tiongkok pada Desember 2019.
• Virus ini menyebabkan penyakit coronavirus 2019
(COVID-19), yang berdampak luar biasa di seluruh
dunia.
PENDAHULUAN
Referensi literatur medis mengenai Data yang ada menunjukkan bahwa
manifestasi yang muncul pada konjungtivitis bukanlah manifestasi umum
penyakit mata masih jarang dan yang terkait dengan COVID-19. Meskipun
demikian, mengkarakterisasi peradangan
keterlibatan mata belum banyak konjungtiva dalam hal ini bisa menjadi
dijelaskan, namun beberapa laporan sangat penting jika terbukti lazim karena
kasus telah mengamati adanya mungkin sering dikeluhkan pasien yang
konjungtivitis. mungkin terinfeksi SARS-CoV-2.

Sebagian besar studi dilakukan di China. Situasi


pandemi SARS-CoV-2 saat ini, menggambarkan
karakteristik klinis konjungtivitis yang terkait
dengan corona virus memiliki implikasi yang
relevan dalam identifikasi pasien terduga COVID-
19 di masa mendatang dan diagnosis banding dari
bentuk konjungtivitis virus lainnya. Tujuan
penelitian ini adalah mengevaluasi prevalensi
konjungtivitis pada pasien COVID-19 rawat inap
dan gambaran klinisnya.
METODE
METODE

Penelitian cross-sectional ini dilakukan di Rumah Sakit Klinik San Carlos


Madrid, Spanyol.

Berdasarkan protocol rumah sakit, kriteria penerimaan umum untuk pasien


adalah sebagai berikut:

(1) <50 tahun tanpa komorbiditas dengan pneumonia bilateral, atau


pneumoniunilateral dengan kegagalan pernafasan (saturasi <96% dan laju
pernapasan > 20); atau

(2) > 50 tahun atau pasien dengan komorbiditas dengan pneumonia, gagal
napas (saturasi <96% dan laju pernapasan> 20), atau tingkat keparahan
laboratorium / klinis (gas darah arteri, hemogram, D-dimer, C-reaktif protein,
procalcitonin, lactatedehydrogenase — LDH, transaminase).
Kriteria Inklusi
1. Usia > 18 tahun
2. Hasil PCR positif dari usap nasofaring untuk SARS-CoV-2
3. Dirawat di rumah sakit karena COVID-19
4. Mampu untuk memberikan persetujuan verbal
Kriteria eksklusi
Pasien yang dirawat di unit perawatan intensif, tidak dapat atau
tidak mau memberikan persetujuan lisan, dan tidak dapat
melaporkan gejala mata sebelumnya secara memadai
Usia pasien, jenis kelamin, timbulnya gejala COVID-19, rontgen
dada , dan hasil tes laboratorium dicatat.

Pasien diklasifikasikan menurut tingkat keparahan klinisnya


sebagai ringan, sedang, dan berat, mengikuti skor CURB-65,
pemeriksaan fisik, penilaian pernapasan (pernapasan, dispnea,
saturasi oksigen darah, persyaratan sistem ventilasi), atau
kegagalan organ
Hasil utama yang diukur  Prevalensi keseluruhan
konjungtivitis pada pasien rawat inap yang didiagnosis dengan
COVID-19

Distribusi jenis kelamin, pneumonia akut, dan pneumonia bilateral


tergantung pada status hasil (konjungtivitis atau bukan) akan
disajikan sebagai persentase dan diuji dengan chi-kuadrat
(uji Fisher jika frekuensinya rendah).

distribusi kovariat kuantitatif (leukosit, neutrofil, limfosit, protein


C-reaktif, fer-ritin, D-dimer, kreatinin, dan LDH) akan
digambarkan melalui median, kuartil pertama, dan ketiga,
menggunakan Mann-Whitney U test
HASIL
Pada saat penelitian  483 pasien. Hanya 301 pasien
yg memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi


10 orang menunjukkan konjungtivitis pada saat kunjungan pertama.

25 orang mengalami konjungtivitis pada hari-hari sebelumnya.

Secara keseluruhan, 35 pasien didiagnosis dengan


konjungtivitis akut.
 Tidak ada pasien dalam penelitian yang dilaporkan dgn
penurunan visus.
 Setelah dilakukan pemeriksaan oftalmologi dari 301 pasien,
didapatkan gangguan mata yg lain selain konjungtivitis yaitu :

3 pasien
mengalami
perdarahan
subkonjungtiva

4 pasien
2 pasien
mengalami
mengalami
pterigion
hordeolum
sedang
Interval waktu median antara gejala COVID-19 dan
munculnya konjungtivitis adalah 6 hari.

Menurut laporan pasien sendiri, durasi median gejala konjungtivitis adalah


3 hari (p25-p75) dengan minimal 1 hari dan maksimal dari 1 minggu. 

Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistic dalam interval waktu dari
timbulnya gejala COVID hingga munculnya konjungtivitis antara wanita dan
pria (U Mann-Whitney; P = 0,56).  
 Berdasarkan uji chi
squared, tidak ada
hubungan antara skor
keparahan COVID-19
dengan adanya
konjungtivitis (P = 0,17).

 Namun di dalam analisis,


pasien konjungtivitis
secara klinis berdasarkan
tingkat keparahan
memiliki perbedaan yang
signifikan secara statistik
berdasarkan jenis kelamin.
DISKUSI
DISKUSI

• Fakta bahwa tidak ada pasien yang dilaporkan terkait


penglihatan kabur atau menunjukkan keratitis kornea e
pitel yang relevan sesuai dengan rangkaian kasus Wu e
t al.
• Ada laporan kasus terbaru yang menggambarkan kerat
oconjunctivitis sebagai presentasi medis awal dari
pasien dengan COVID-19
DISKUSI

• Demonstrasi hubungan langsung antara konjungtivitis dan


infeksi SARS-CoV-2 dengan tidak dilakaukan konfirmasi
diagnostik dengan Real Time-PCR air mata dan sekresi
konjungtiva sulit dibuktikan.
• Namun, berdasarkan hasil sebelumnya, tingkat positif
yang sangat rendah dari tes RNA air mata dan sekresi
konjungtiva dari pasien dengan SARS-CoV-2 oleh
RT-PCR yang dikonfirmasi laboratorium menyiratkan bahw
a hasil tes negatif dapat menjadi negatif palsu.
DISKUSI
• Untuk alasan ini dan karena sumber daya yang terbatas dan l
angkah-langkah pembatasan akses ke pasien dengan COVID-
19, air mata dan spesimen konjungtiva tidak diuji RT-PCR.
• Berdasarkan temuan kami, kami memperkirakan bahwa p
revalensi sebenarnya dapat dikesampingkan, sebagian k
arena banyak kasus ringan atau sangat ringan mungkin tidak
diketahui oleh petugas kesehatan dan pasien itu sendiri.
• Pengecualian pasien dengan gangguan kognitif atau sindrom
kebingungan menunjukkan bahwa ada juga yang menyiratkan
pergeseran dalam prevalensi yang sebenarnya.
DISKUSI

• Karena rumah sakit ini adalah rumah sakit tersier di pusat kota
Madrid yang mencakup area kesehatan dengan populasi yang
menua, sebagian besar pasien harus dikeluarkan karena
gangguan kognitif, keadaan kebingungan, dan kondisi kritis s
ehingga untuk mendapatkan data yang lebih presisi lebih sulit.
• Pasien yang dikecualikan ini tidak menunjukkan perbedaan
dalam karakteristik klinis dibandingkan dengan sampel yang
disertakan.
DISKUSI

• Ini adalah studi pertama yang mendeskripsikan karakteristik


klinis konjungtivitis dalam sampel besar pasien dengan COVID-
19.
• Sebuah studi terbaru yang dilakukan di Cina melaporkan bahwa
prevalensi kongesti konjungtiva pada pasien COVID-19 adalah
5%.
• Namun, dari 535 pasien yang dilibatkan, hanya 343 pasien (64,
1%) memiliki infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi di
laboratorium dari usap nasofaring.
• Studi kami mencakup total dari 301 pasien, semuanya dengan d
iagnosis yang dikonfirmasi di laboratorium.
DISKUSI

• Terlebih lagi, studi yang disebutkan di atas bersifat retrospektif


di mana pasien tidak dievaluasi oleh dokter mata, dan data
pasien diperoleh dari rekam medis elektronik dan kuesioner el
ektronik melalui smartphone pasien.
• Selanjutnya data tentang manifestasi mata diperoleh oleh
dokter mata melalui telepon, jadi hasil ditentukan oleh subjektiv
itas pasien dan interpretasi dokter mata.
• Ini membuat studi kami lebih komprehensif dan ekstensif dari
studi sebelumnya.
KESIMPULAN
COVID-19 telah menyebar dengan cepat sejak pertama kali diidentifikasi di
Wuhan dan telah terbukti memiliki keterlibatan mata, terutama konjungtivitis.
Prevalensi konjungtivitis dalam sampel jurnal ini sebesar 11,6%, yang
memungkinkan untuk menyimpulkan kira-kira 1 dari 10 pasien yang terkena COVI
D-19 terdapat gejala konjungtivitis.

Penelitian dapat membantu dokter mata dan dokter lainnya untuk mengidenti
fikasi kemungkinan pasien COVID-19 yang datang dengan mata merah atau kotor
an sebagai keluhan utama. Dalam pandemi COVID-19, hampir setiap pasien diang
gap terduga SARS-CoV-2, terlepas dari munculnya tanda atau gejala konjungtivitis.
Pemahaman yang lebih baik tentang manifestasi mata oleh virus akan membantu
dalam identifikasi awal infeksi SARS-CoV-2 kasus, memprioritaskan pengujian
diagnostik pada pasien dengan temuan klinis sesuai dengan konjungtivitis terkait d
engan COVID-19
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai