Anda di halaman 1dari 67

DETEKSI DINI KANKER SERVIK

By Eva S Hamdani M.Keb

1
Salah Satu Problem Kesehatan Perempuan
Indonesia adalah KANKER SERVIKS

Kanker Serviks
Kanker Serviks di Dunia
Di Dunia, Setiap 2 menit seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks

75,000
36,000
266,000
143,000

72,000 79,000
33,000 62,000

Ferlay J et al. Globocan 2002, IARC 2004.

Incidence
Incidence // year
year ≈≈ 500,000
500,000 Deaths
Deaths // year
year ≈≈ 270,000
270,000
Pendahuluan
• WHO  kanker penyebab kematian nomor 2 di
dunia (13%) setelah penyakit kardiovaskular.
• Setiap tahun 12 juta menderita kanker  7,6
juta meninggal dunia  Diperkirakan pd 2030
CA mencapai hingga 26 juta orang dan 17 juta
di antaranya meninggal akibat kanker, 
negara miskin dan berkembang.
• Di Ind Riskesdas (2013), prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4/1000
pddk Prevalensi kanker tertinggi terdapat di DI
Yogyakarta (4,1‰), diikuti Jawa Tengah (2,1‰),
Bali (2‰), Bengkulu, dan DKI Jakarta masing-
masing 1,9 per mil.
Anatomi Serviks
TAMPILAN LEHER RAHIM

Normal
Normal Kanker Serviks
Kanker Leher Rahim di Indonesia
 Kanker tersering di Indonesia
~ (34.4% dari kanker pada
perempuan)1
 Hampir 70% sudah pd stadium
lanjut ( > stage II B) 2
 15.000 kasus baru, 8.000 kematian 3;
40 – 45 kasus baru,
20 – 25 meninggal dunia/hari,
1 perempuan meninggal/jam

 Cakupan Skrining < 5%


(ideal ~ 80%)

1).Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Badan Registrasi Kanker IAPI,
Yayasan Kanker Indonesia. Kanker di Indonesia Tahun1998. Data Histopatologik.
2). Mochtarom M. Data registrasi Kanker Ginekologik. Bagian Obstetri dan Ginekologi.RSUPN /FKUI, Jakarta 1992
3). IARC, Globocan 2002 database; Summary table by Cancer 2002. http://www-dep.iarc.fr/top.htm.Accessed Feb 1, 2007
Penyebab Kanker Serviks
HPV
(Human Papilloma Virus)

 99,7% Kanker Serviks disebabkan


oleh HPV onkogenik
(penyebab kanker).1

 HPV 16 &18 penyebab utama


70 % kanker serviks di dunia 2

1. Wallboomers JH et al. J Pathol 1999; 189: 129; 2. Bosch FX et al. J Clin Pathol 2002; 55: 244–65.
HPV diantara
Infeksi Menular Seksual

(1) Cates W., Jr Estimates of the incidence and prevalence of sexually transmitted diseases in the USA
American Social Health Association Panel. Sexually Transmitted Diseases. 1999;26(4 suppl):S2–S7.
• Ada 630 juta orang terinfeksi HPV di dunia

• Sebagian perempuan (80%) akan terinfeksi HPV pada


usia 5) tahun .2

• Infeksi HPV merupakan infeksi yang sering pada usia


muda 18 sd 28 tahun.3

• HPV terbukti sebagai penyebab kanker serviks .4

M A H
g RA
s y an
Vir u
H V
1. WHO data. 2003. Available at: http://www.who.int/vaccines/en/hpvrd/shtml. Accessed July 12, 2004. 2. CDC Fact Sheet. May 2004.
P
3. Koutsky L. Epidemiology of Genital Human Papillomavirus Infection. Am J Med 1997;102:3-8. .
4. KL Wallin et al. New Engl J Med 1999;341(22)1633
Genotiope HPV
Dan Penyakit Terkait

High Risk 16, 18, 31, 33, 35, 39, Oncogenic ~


45, 51, 52, 56, 58, 59 Cervical Cancer
Walboomers et al 1999

Possible 26, 53, 66, 68, 73, 82


to high Risk

Low Risk 6, 11, 40, 42, 43, 44, Non-oncogenic ~


54, 61, 70, 72, 81 Genital Warts
PERJALANAN PENYAKIT
KANKER SERVIKS

Lesi Pra Kanker Kanker

HPV ------------------- 3-17 tahun --------------------

Displasia Karsinoma Kanker


Displasia Displasia
Ringan Insitu Serviks
Sedang Keras (=Stad 0)

Deteksi Dini !
FAKTOR RISIKO
• usia dini saat mulai berhubungan kelamin (di bawah
usia 16 tahun),
• memiliki banyak /riwayat banyak pasangan seksual
pasangan seksual
• Merokok (2x lbh tinggi)
• imunodefisiensi eksogen atau endogen
• infeksi persisten oleh HPV risiko tinggi (Crum, Lester, &
Cotran, 2007).
• Insiden rendah pd wanita perawan dan pasangan yg sdh
disirkumsisi
• insiden tinggi pd wanita menikah dgn sosek rendah dan
jarak persalinan dekat (Mardjikoen, 2007)
• Resiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah
menunjukkan hubungan dengan pemakaian
kontrasepsi oral. (Rasjidi, Irwanto, & Wicaksono, 2008).
• defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko
terjadinya displasia ringan dan sedang, serta
mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker
u a n
serviks pada wanita yang makanannyaemrendah p beta
p e r a 1-4
karoten dan retinol (Diananda, t i p
a2009) .erke n
i k s
S e iko
t ser v
s er
beri k a n k
e ba b
y
pen
HPV
1. Baseman JG et al. J Clin Virol 2005; 2. Ho GY et al. N Engl J Med 1998; 3. Brown DR et al. J Infect Dis 2005;
4. Bosch FX et al. J Natl Cancer Inst Monogr 2003; 5. de Villiers EM. J Virology 1989; 6. Bosch FX et al. J Natl Cancer Inst 1995
GEJALA
Menurut Feig (2001), simptom kanker serviks
menjadi jelas terlihat saat lesi servikal berada pada
ukuran sedang, yaitu seperti cauliflower
• Tahap Awal
- Asimptomatik
- Pendarahan vagina yang ireguler atau
berkepanjangan I ! !!
D I N
- Pink discharge (cairan merah muda) EKSI
D ET N
- Pendarahan pasca koitus atau
KS AbrownishGA H A N
discharge
E RI J AN
E LU
P K
GU
UNG
N
ME
• Tahap Pertengahan
Pendarahan pasca defekasi
Disuria atau hematuria

• Tahap Lanjut
Penurunan berat badan
Pendarahan,
Discharge berbau busuk
• Nyeri hebat, penyebaran ke pleksus sakralis.
• Pada stadium lanjut dapat ditemui nyeri yang
menjalar ke pinggul atau kaki ketika tumor telah
menyebar ke luar dari serviks dan melibatkan jaringan
di rongga pelvis seperti ureter, dinding panggul,
atau nervus skiatik. Beberapa penderita
mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, sulit
berkemih, dan konstipasi (Edianto, 2006).
• Sebelum tingkat akhir (terminal stage), penderita
meninggal akibat pendarahan yang eksesif,
kegagalan faal ginjal akibat infiltrasi tumor ke
ureter sebelum memasuki kandung kemih,
yang menyebabkan obstruksi total (Mardjikoen,
2007).
PENCEGAHAN,
Deteksi Dini
Kanker Serviks
Manajemen Kanker Serviks:
Kembali ke Konsep Dasar
NETWORK
Surveillance

PENCEGAHAN PENCEGAHAN PENCEGAHAN • Meningkatkan


PRIMER SECUNDER TERSIER cakupan
Skrining
Mencegah Skrining Terapi
(70-80%)
Kontak Kanker Invasif,
Deteksi Dini dan
Dengan Terapi Lesi rehabilitasi dan
karsinogen Perawatan • Vaksin HPV
prakanker dan
(HPV) Lesi invasif Dini Palliatif
• Menurunkan
• Pap-Smear
Promotion
Vaksin HPV
• IVA Terapi Kanker
Serviks
• Terapi: krioterapi
stadium lanjut
Training:
• Provider • Menurunkan
• PKK (Cadres) Training Training kematian krn
• Semua kanker serviks
perempuan
METODE SKRINING KANKER SERVIKS

Sejak 1940an, angka kematian


• TES PAP menurun 70% di USA, urutan
• INSPEKSI VISUAL ke-13
dengan ASAM ASETAT = IVA
• GINESKOPI

KENDALA SARANA dan SDM


Dokter 43.856 orang
Dr Sp OG 1.383 orang
Dr PA 209 orang (tahun 2003)
Sitoteknisi < 100 orang
BIDAN 84.789
19
PENCEGAHAN SEKUNDER
Deteksi Dini

P ap
Te s
PENCEGAHAN SEKUNDER
Deteksi Dini, Alternatif lain:

IVA
V AG ING
(Inspeksi Visual IN AT
A
dengan Asam Asetat AN
3-5%) DA
 Non –invasif !
 Mudah— murah
 di Puskesmas
 Hasil LANGSUNG
 Sensitivitas, spesifisitas

Memadai untuk
negara
Setelahdidipulas
saranaAsam
terbatas
Asetat 3 – 5%
Perbandingan Pemeriksaan Tes Pap dan IVA

Metode Srining TES PAP IVA


Petugas ke sehatan Sample takers Bidan
(Bidan/perawat/dokter Perawat
umum/Dr. Spesialis ) Dokter umum
Dr. Spesialis

Skrinner / Sitologist /
Patologist
Sensitivita s 70%--80% 65%-- 96%
Spesifi sita s 90%-- 95% 54%-- 98%
Hasil 1 hari–1 bulan Langsung

Sarana Spekulum Spekulum


Lampu sorot Lampu sorot
Kaca benda Asam asetat
Laboratorium
Biaya Rp15.000,00–Rp.75.000,00 Rp3.000,00

Dokumenta si Ada (dapat dinilai ulang) Tidak ada


IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

PELAKSANA I V A

• Bidan
• Perawat terlatih
• Dokter
• Dokter spesialis
Pemeriksan Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim
INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM
ASETAT (IVA)
Definisi

• Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan oleh tenaga


kesehatan yang sudah dilatih dengan pemeriksaan
leher rahim secara visual menggunakan asam asetat
yang sudah di encerkan, berarti melihat leher rahim
dengan mata telanjang untuk mendeteksi
abnormalitas setelah pengolesan asam asetat 3-5%.
• Daerah yang tidak normal akan berubah warna
dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite),
yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin
memiliki lesi prakanker .
• Dibandingkan dgn tes human pappiloma virus
spesifisitas 97,12%; sensitifitas 72,73%, akurasi
sebesar 95,33%
• Sensitifitas 75-76,8 % di bandingkan dg kolposkopi
Kapan dilakukan

• Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam


siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi,
dan saat asuhan nifas atau paska keguguran.
• Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada
perempuan yang dicurigai atau diketahui
memiliki ISR/IMS atau HIV/AIDS.
4 langkah pemeriksaan
IVA Posisi litotomi,
tampilkan serviks, nilai:

4 langkah
1. Mencurigakan kanker,
tidak perlu IVA

2. SSK tampak
seluruhnya?
(Jika tidak  IVA, beri
catatan, sebaiknya 
tes Pap)

3. Lakukan IVA  tunggu


1 menit, timbul epitel
putih?  IVA (+)

4. Kandidat krioterapi ?
Alat dan Bahan
• Spekulum
• Lampu
• Larutan asam asetat 3-5%
• Asam cuka 25%  perbandingan 1:4 (1 bagian asam cuka
dicampur dengan 4 bagian air) Contohnya: 10 ml asam
cuka 25% + 40 ml air = 50 ml asam asetat 5 %.
• Asam cuka 25 %  1:7 (1 bagian asam cuka dicampur
bagian air) Contohnya : 10 ml asam cuka 25% + 70 ml air =
80 ml (3% )
• Campur asam asetat dengan baik Buat asam asetat sesuai
keperluan hari itu. Asam asetat jangan disimpan untuk
beberapa hari.
• Kapas lidi
• Sarung tangan
• Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan
Metode Pemeriksaan
1. Memastikan identitas , memeriksa status dan kelengkapan
informed consent klien
2. Klien diminta untuk menanggalkan pakaiannya dari pinggang
hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan
3. Klien diposisikan dalam posisi litotomi
4. Tutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain
5. Gunakan sarung tangan
6. Bersihkan genitalia eksterna dengan air DTT
7. Masukkan spekulum dan tampakkan serviks hingga jelas
terlihat
8. Bersihkan serviks dari cairan , darah, dan sekret dengan
kapas lidi bersih
9. Periksa serviks sesuai langkah-langkah
berikut :
a. Terdapat kecurigaan kanker atau tidak :
Jika ya, klien dirujuk , pemeriksaan IVA
tidak dilanjutkan.
b. Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi
Sambungan Skuamo kolumnar (SSK)
Jika SSK tidak tampak , maka :
dilakukan pemeriksaan mata telanjang
tanpa asam asetat, lalu beri
kesimpulan sementara, misalnya hasil
negatif namun SSK tidak tampak. Klien
disarankan untuk melakukan
pemeriksaan selanjutnya lebih cepat
atau pap smear maksimal 6 bulan lagi.
• Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan
mengoleskan kapas lidi yang sudah
dicelupkan ke dalam asam asetat 3-5% ke
seluruh permukaan serviks
• Tunggu hasil IVA selama 1 menit,
perhatikan apakah ada bercak putih
( acetowhite epithelium) atau tidak
• Jika tidak (IVA negatif), jelaskan kepada
klien kapan harus kembali untuk
mengulangi pemeriksan IVA
• Jika ada (IVA positif) , tentukan metode tata
laksana yang akan dilakukan
10. Keluarkan spekulum
11. Buang sarung tangan , kapas, dan bahan
sekali pakai lainnya ke dalam container
( tempat sampah) yang tahan bocor, sedangkan
untuk alat-alat yang dapat digunakan kembali,
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
12. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien,
kapan harus melakukan pemeriksaan lagi, serta
rencana tata laksana jika diperlukan.
Dptkah dilakukan
kriOterapi pd kasus
d atas
Pedoman rujukan pada kasus keganasan

Rujukan manual
1. Benjolan pada payudara
2. Lesi aceto white lebih dari 75% dari permukaan leher rahim, lesi aceto
white meluas sampai dinding vagina atau lebih dari 2mm tepi luar
probe krioterapi
3. Lesi acetowhite positif, tetapi klien meminta pengobatan lain selain
krioterapi atau meminta tes diagnosa lain
4. Dicurigai kanker
5. Kondisi ginekologis lain (misalnya massa ovarium, miom, polyp) Dokter
umum yang terlatih, mengkaji lesi berukuran besar dan jika dicurigai
kanker, segera rujuk kepada dokter spesialis obgin.

Kasus yang tidak dapat ditangani di rumah sakit kabupaten/kota, dirujuk ke


RS propinsi yang ditunjuk. Rumah sakit rujukan  umpan balik kepada RS
atau Puskesmas asal.
Rujukan Digital (Konsultasi IVA Digital)
Sarana konsultasi/rujukan digital dapat dilakukan jika ditemukan
keragu-raguan dalam menentukan hasil pemeriksaan IVA.
Rujukan ini dapat dilakukan melalui web. pptm.go.id dengan
mengirimkan tembusan ke supervisor dan profesi untuk
mengkomfirmasi hasil pemeriksaan IVA tersebut (rujukan
digital) dengan memenuhi etika medis yang berlaku yaitu :
1. Informed consent kepada klien yang diperiksa IVA dan
diambil fotonya (dibuat informed consent pengambilan foto)
2. Hanya mengambil area yang diperiksa IVA yaitu sekitar leher
rahim (servik)
3. Identitas pasien disamarkan dengan memberikan kode dan
tanggal pemeriksaan.
IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

Kriteria penilaian IVA


I. Normal

II. IVA positif : ditemukan bercak putih

III. Kanker serviks


TINDAK LANJUT IVA Positif
Tergantung yang menemukan

Bidan - Tes Pap


Perawat terlatih - Merujuk
Dokter umum

Lesi pra lanker

Langsung KRIOTERAPI(?)
(SEE and TREAT)

Dokter obs - gin ---- Diagnosis


Terapi
Langkah 1:
A N Apakah serviks ini menunjukkan kanker?
T IH
L A
A N
IH
AT
L

NO
A N Langkah 2: Apakah SSK terlihat?
T IH
LA

YA
Tunjukkan SSK
H AN
T I
LA
A N
Langkah 1:Langkah 3:iniApakah
apakah iserviks IVA
menunjukkan (+)
kanker? atau (--)
IH
T
LA
Tunjukkan bagian yang positif
A N
T IH
LA
N Langkah 4:
A
T IH Apakah dapat dilakukan terapi krioterapi?
LA
Pemeriksan Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim
PAP SMEAR
Definisi
• Tes Pap Smear a/ pemeriksaan sitologi dari serviks
dan porsio untuk melihat adanya perubahan
/keganasan pada epitel serviks atau porsio
(displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau
prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008).
• Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel
yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di
bawah mikroskop. (Diananda, 2009).
• pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr.
George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel, namun mulai
populer sejak tahun 1943 (Purwoto & Nuranna, 2002)
Manfaat Pap Smear

Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan


sebagai berikut (Manuaba, 2005):
a. Diagnosis dini keganasan (kanker serviks, kanker
korpus endo metrium, keganasan tuba fallopi, dan
mungkin keganasan ovarium)
b. Perawatan ikutan dari keganasan (setelah operasi
dan setelah mendapat kemoterapi dan radiasai)
c. Interpretasi hormonal wanita (siklus menstruasi
dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan
maturitas kehamilan, dan menentukan
kemungkinan keguguran pada hamil muda)
d. Menentukan proses peradangan (infeksi bakteri dan
jamur)
Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear

• American Cancer Society (2009)


merekomendasikan  memulai skrining 3 thn
setelah pertama kali aktif secara seksual.
• Pap Smear dilakukan setiap tahun.
• Wanita usia 30 tahun /lebih dengan hasil tes Pap
Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes
kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan
risiko tinggi harus melakukan tes setiap tahun.
• Tidak dilakukan pada saat menstruasi.
Waktu yang paling tepat melakukan Pap
Smear adalah 10-20 hari setelah hari
pertama haid terakhir.
• Pada pasien yang menderita peradangan
berat pemeriksaan ditunda sampai
pengobatan tuntas.
• Dua hari sebelum dilakukan tes,
pasien dilarang mencuci atau
menggunakan pengobatan melalui vagina.
• dilarang melakukan hubungan seksual
selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan
Pap Smear (Bhambhani, 1996).
Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
Menurut Soepardiman (2002), Manuaba (2005),
dan Rasjidi (2008), prosedur pemeriksaan Pap Smear
adalah:
• Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi
spekulum bivalve(cocor bebek), spatula Ayre, kaca
objek yang telah diberi label atau tanda, dan
alkohol 95%.
• Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
• Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina
bagian atas, forniks posterior, serviks uterus, dan
kanalis servikalis.
• Periksa serviks apakah normal atau tidak.
• Spatula dengan ujung
pendek dimasukkan ke
dalam endoserviks, dimulai
dari arah jam 12 dan diputar
360 ̊ searah jarum jam.
• Sediaan yang telah didapat,
dioleskan di atas kaca objek
pada sisi yang telah diberi
tanda (A) dengan
membentuk sudut 45 ̊ satu
kali usapan.
• Masukkan cito bruss dan
putar 360 derajat dan di
oleskan di objek glass (B)
• Celupkan kaca
objek/semprot kaca objek
dengan larutan alkohol
95% selama 10 menit.
• Kemudian sediaan
dimasukkan ke dalam
wadah transpor dan
dikirim ke ahli patologi
anatomi.
Interpretasi Hasil Pap Smear

Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil


pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993),
yaitu:
a.Kelas I: tidak ada sel abnormal.
b.Kelas II: terdapat gambaran sitologi atipik,
namun tidak ada indikasi adanya keganasan.
c.Kelas III: gambaran sitologi yang dicurigai
keganasan, displasia ringan sampai sedang.
d. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai
displasia berat.
e. Kelas V : keganasan.
Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh
Richart RM tahun 1973 di Amerika Serikat
(Tierner & Whooley, 2002). Pada sistem ini,
pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari
(Feig, 2001):
• CIN I merupakan displasia ringan dimana
ditemukan sel neoplasma pada kurang dari
sepertiga lapisan epitelium.
• CIN II merupakan displasia sedang dimana
melibatkan dua pertiga epitelium.
• CIN III merupakan displasia berat atau
karsinoma in situ yang dimana telah
melibatkan sampai ke basement membrane
dari epitelium.
PENCEGAHAN KANKER
SERVIKS
DENGAN VAKSIN HPV
Vaksin HPV

 Tersedia
Vaksin Bivalent (HPV 16, 18)
Vaksin Quadrivalent (HPV 6, 11, 16, 18)

 Vaksin HPV tipe 16 & 18 berpotensi mencegah


lebih 70% kasus kanker serviks.2,3

1. Harper M Diane, et al. , 2004., Efficacy of a bivalent L1 virus-like-particle vaccine in prevention of infection
with human papillomavirus types 16 and 18 in young women : a randomised controlled trial. The lancet.com

2. Munoz et al. Int J Cancer 2004; 111: 278-285; 3. Bosch FX et al. J Nat Cancer Inst Monograph 2003; 31: 3–13; 55: 244-265;
Pedoman Vaksinasi HOGI

1. Diperlukan informasi dan persetujuan yang


bersangkutan
2. Vaksin diberikan pada kelompok umur 10-55 tahun dan
dapat dikelompokkan menjadi :
a). Kelompok 10-12 tahun (Sekolah Dasar);
b) 13-15 tahun (SMP) dan
c) 16 – 25 tahun (SMA atau Pendidikan Tinggi);
d) 26-55 tahun.
3. Pada usia 26 – 55 tahun dapat diberikan setelah hasil
tes Pap (-) atau IVA (-)

ISGO = HOGI = Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia


PIT Mataram, 2007
Konseling
1. Vaksinasi hanya untuk pencegahan dan bukan
untuk pengobatan

2. Vaksinasi bila diberikan pada yang sudah


mendapat infeksi atau lesi prakanker hasilnya
kurang efektif.

3. Pemeriksaan skrining berkala tetap harus


dilakukan

ISGO = HOGI = Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia


PIT Mataram, 2007
Objektif

TANTANGAN Kanker Serviks


- No. 1 di Indonesia, > 70% sudah pada stadium lanjut

Perjalanan Alamiah Kanker Serviks


- Penyebab
- Perjalanan Alamaih

Pencegahan Kanker Serviks - HARAPAN


- Pencegahan Primer: Penyuluhan, Vaksin
- Pecegahan Sekunder: Skrining: Tes Pap, IVA
Terapi Lesi Prakanker
- Pencehagan Tersier: Terapi Kanker, Perawatan Paliatif
……..LIHAT,TEMUKAN dan TANGGULANGI,
JANGAN BIARKAN
MENIMBULKAN KESEDIHAN………………

Sesungguhnya dibalik kesulitan


terdapat kemudahan……… QS 94:6

lailaril@yahoo.com
HPV Vaccines- made by
recombinant DNA technology

67
When we can give this vaccine?
 This vaccine can be given to any
girl above 9 years. Recommended
for women of 9-45 years age
group

 The most effective time to


vaccinate girls and young women
is before they become sexually
active.
Educational Program 2009 68
How many dose recommended?
 Three doses
 First .(as elected date)
 Second (after 2 month of first dose)
 Third (after 6 month of first dose)
Cerverix – 0,1 & 6
2 6
0 Months months

Educational Program 2009 69

Anda mungkin juga menyukai