Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

Systemic Lupus Erytematous (SLE)


Disusun Oleh :
Dela Destiani Aji
M. Miqdar Alfarisi A.

Pembimbing :
dr. Ahmad Fariz Malvi Zam Zam Zein, Sp. PD, MM, FINASIM

Kepaniteraan Klinis SMF Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati
RSUD Waled
2021
Definisi

Systemic Lupus Eritematous (SLE) merupakan penyakit autoimun


kompleks yang menyerang berbagai sistem tubuh. Faktor gen dan
lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit ini.
Faktor Resiko
• Kebanyakan mengenai
– wanita : pria 9-14:1
– usia reproduksi, 20 sampai 30
tahun
– kelompok kulit hitam dan Asia.
• Predisposisi yang ada pemicu kacaunya
sistem toleransi imunologis sehingga respon
imun melawan antigen diri sendiri.
– Faktor genetik
– imunologik
– hormonal serta
– Lingkungan
ETIOLOGI

 Etiologi LES masih belum diketahui dengan jelas

 Patogenesis LES bersifat multifaktorial  interaksi antara faktor genetik


dan lingkungan yg menyebabkan respon imun yg abnormal
Patogenesis

 Faktor pemicu spesifik pada individu dengan predisposisi genetik


 kelainan pada sel T CD4
 hilangnya toleransi sel T terhadap self antigen
 Sel T autoreaktif  induksi & ekspansi sel B (autoantibodi & memori)
Auto antibodi yg terbentuk akan ditujukan pada antigen yang terutama
terletak pada nukleoplasma.
 Anti nuclear antibody (ANA) : kompleks imun dalam sirkulasi akan
mengendap, fiksasi pada organ sasaran  aktivasi komplemen  reaksi
radang  gejala pada organ
Kehilangan Toleransi Imunologi pada LES
Figure 6-27 Model for the pathogenesis of
systemic lupus erythematosus. In this
hypothetical model, susceptibility genes interfere
with the maintenance of self-tolerance and
external triggers lead to persistence of nuclear
antigens. The result is an antibody response
against self-nuclear antigens, which is amplified
by the action of nucleic acids on dendritic cells
(DCs) and B cells, and the production of type 1
interferons. TLRs, Toll-like receptors.

Downloaded from: StudentConsult


(on 6 February 2010 09:57 AM)

© 2005 Elsevier
Kriteria Diagnosis
Tatalaksana SLE

• Pilar Pengobatan SLE:


– Edukasi dan konseling
– Program rehabilitasi
• Istirahat
• Terapi fisik
• Terapi dengan modalitas
• Ortotik, dll
– Pengobatan medikamentosa
• OAINS
• Antimalaria
• Steroid
• Imunosupresan/sitotoksik
• Terapi lain
Terminologi Pembagian Kortikosteroid

• Dosis rendah : < 7.5 mg prednisone atau setara perhari


• Dosis sedang : > 7.5 mg, tetapi < 30 mg prednisone atau
setara perhari
• Dosis tinggi : > 30 mg, tetapi < 100 mg prednisone atau
setara perhari
• Dosis sangat tinggi: > 100 mg prednisone atau setara perhari
• Terapi pulse: > 250 mg prednisone atau setara per hari untuk
1 hari atau beberapa hari
• Pemberian Kortikosteroid
– Dosis rendah sampai sedang digunakan pada lupus
yang relatif tenang.
– Dosis sedang sampai tinggi berguna untuk lupus yang aktif.
– Dosis sangat tinggi dan terapi pulse diberikan untuk krisis
akut yang berat seperti pada vaskulitis luas, nephritis lupus,
lupus cerebral.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumariyono S, Kalim H, Setyohadi B, Hidayat R, Najirman N, Hamijoyo L, et al. Rekomendasi
Perhimpunan Rheumatologi Indonesia Untuk Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik.
Jakarta: Perhimpunan Rheumatologi Indonesia. 2019.
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. VI. Jakarta:
InternaPublishing; 2014.
3. Jameson JL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, dan Loscalzo J. Harrison's Principles of Internal
Medicine. Edisi 19. New York NY, McGraw Hill Education. 2015
4. PetriM, et al. Derivation and validation of the Systemic Lupus International Collaborating Clinics
classification criteria for systemic lupus erythematosus. Arthritis Rheum. 2012 Aug;64(8):2677-86. doi:
10.1002/art.34473.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai