TENTANG P2K3
12 Januari 1970
TUJUAN
Memberikan perlindungan atas keselamatan
Tenaga kerja
Orang lain
Sumber-sumber produksi agar dapat dipakai secara aman dan
efisien, guna mewujudkan Produktifitas
DEFINISI BAB
Pasal 1 I
1) ”tempat kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana
tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; termasuk tempat
kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut;
2) ”pengurus” ialah orang yang mempunjai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya
yang berdiri sendiri;
3) ”pengusaha”
4) ”direktur” ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan Undang-undang
ini;
5) ”pegawai pengawas” ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja;
6) ”Ahli keselamatan kerja” ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam
segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air,
di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia;
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
a) dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b) dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan bahan atau
barang yang: dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi,
bersuhu tinggi;
c) dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah,
gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di
bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
Pasal 4
• bahan,
Syarat K3 • barang,
• aparat produksi dan
• produk teknis
Pembuatan,
PERENCANAAN Pemasangan
Pengangkutan
Pemakaian
Peredaran
Penggunaan
Perdagangan
Pemeliharaan
Penyimpanan
Pasal 4
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi
suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan
praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan
pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan
pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-
tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat
produk guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri,
keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan
umum.
Pasal 4
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam
ayat (1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang
berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.
-Pemasangan - Pemakaian
Perencanaan -Pembuatan - Peredaran
-dll - Pengangkutan
Pengesahan Pengesahan
gambar rencana Pemakaian
Pasal 1 (5)
Pegawai Pengawasan adalah pegawai teknis berkeahlian
khusus dari Depnaker yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja
Pasal 1 (6)
“Ahli Keselamatan Kerja” ialah tenaga teknis
berkeahlian khusus dari luar Depnaker yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya
Undang-undang ini
P D C A
Management Review
Pengawasan dalam prinsip manajemen:
adalah kegiatan Monitoring dan Evaluasi, guna menilai
kesesuaian Pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan
Rencana tujuan yang ingin dicapai
Tugas
Tugas dan
dan Fungsi
Fungsi Pengawas
Pengawas
•• Polisioner
Polisioner
•• Advis
Advis teknis
teknis
KEMNAKER BUPATI /
WALI KOTA
Dirien Binwasnaker
Direktorat Pengawas
UNIT
K3 PENGA WASAN
K3
Peg Pengawas K3
K3 Ahli K3 + Dokter
Tanggung
Jawab Pengusaha
BERSAMA
PEKERJA
Pasal 9 BAB
V
Pembinaan
Pengurus Wajib:
1 Menjelaskan dan menunjukkan pada tenaga kerja baru :
Kondisi dan bahaya di tempat kerja
Semua pengaman dan alat perlindungan yang diharuskan
Menyediakan APD
Menjelaskan cara dan sikap bekerja aman
2 Mempekerjakan setelah yakin memahami K3
3 Melakukan pembinaan
pencegahan kecelakaan
pemberantasan kebakaran
peningkatan K3
pemberiaan P3K
4 Wajib memenuhi dan mentaati syarat K3
P2K3 BAB
VI
Pasal 10
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna
memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi
efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam
tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
bersama dibidang keselamatan dankesehatan kerja, dalam rangka
melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas
dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Ayat (1)
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertugas memberi
pertimbangan dan dapat membantu pelaksanaan usaha pencegahan
kecelakaan dalam perusahaan yang bersangkutan serta dapat
memberikan dan penerangan efektif pada para pekerja yang
bersangkutan.
Ayat (2)
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu
Badan yang terdiri dari unsur-unsur penerima kerja, pemberi kerja
dan Pemerintah (tripartite).
Fungsi
Wadah kerjasama peningkatan bidang K3 TRIPARTITE
Kecelakaan BAB
VII
Pasal 11
(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang
terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
(2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh
pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan
peraturan perundangan.
Tata
Tatacara
caraPelaporan
Pelaporandiatur
diaturoleh
olehPeraturan
PeraturanPerundangan
PerundanganPermen
Permen
No.
No.03/Men/1998
03/Men/1998
Pengurus diwajibkan:
a. secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang
diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua
peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat
kerja yang bersangkutan, pada tempattempat yang
mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
Pengurus diwajibkan:
Pengurus diwajibkan:
Pasal 17
Selama Peraturan perundangan untuk melaksanakan
ketentuan dalam Undang-undang ini belum dikeluarkan,
maka peraturan dalam bidang keselamatan kerdja jang ada
pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku, tetap berlaku
sepandjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini.
K3
Standar teknik,
Persyaratan medik
Pasal 35 & Prosedur
Pemberi kerja wajib memberikan perlindungan K3
Pasal 86
Hak tenaga keja Kewajiban
Tenaga Kerja berhak atas jaminan K3 Pengusaha
Pasal 87
Perusahaan wajib menerapkan SMK3
Org & Personel K3
Kelembagaan
Pembinaan
Pengawasan Sangsi
Pasal 35
1) Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri
tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan
tenaga kerja.
2) Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) wajib memberikan perlindungan sejak rekrutmen sampai penempatan
tenaga kerja
3) Pemberi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam
mempekerjakan tenaga kerja wajib memberi kan perlindungan yang
mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental
maupun fisik tenaga kerja.
Pasal 86
1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.
Pasal 87
SANKSI
Pasal 186
(1) Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 35 , dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat
1 (satu) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
Pasal 190
(1) Menteri atau pejabat yg ditunjuk mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran …. Pasal 87…
(2) ….ayat (1) berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagin atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin;
(3) …sanksi adm. …….. diatur lebih lanjut oleh Menteri.
KUMPULAN PERATURAN