Anda di halaman 1dari 29

KELOMPOK 2

Rheumatoid Arthritis (RA)

 Jamilah  Risma Amalia


 Lola Amalia Julfa Putri
 M. Sega Maulana  Siti Aqubah
 Siti Noraina
RHEUMATOID ARTHRITIS
(RA)

Salah satu penyakit autoimun berupa inflamasi


arthritis pada pasien dewasa
ETIOLOGI
RA

 Faktor genetik
 Reaksi inflamasi pada sendi dan selubung
tendon
 Faktor rheumatoid
 Sinovitis kronik dan destruksi sendi
 Infeksi
 Stress
 Merokok
 Faktor lingkungan lainnya seperti terpapar zat
kimia di tempat kerja.
FAKTOR RESIKO
RA

 Faktor genetik
 Usia
 Jenis Kelamin
 Obesitas
 Gaya hidup yang tidak sehat
 Faktor hormonal
a. Tahap 1 – Pre-klinis
b. Tahap 2 – Sinovitis
c. Tahap 3 – Destruksi
d. Tahap 4 – Deformitas
PATOFISIOLOGI
RA

Rheumatoid arthritis akibat reaksi autoimun dalam jaringan sinovial


yang melibatkan proses fagositosis. Dalam prosesnya, dihasilkan
enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut selanjutnya akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran
sinovial dan akhirnya terjadi pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan merasakan nyeri akibat serabut
otot mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya
kemampuan elastisitas pada otot dan kekuatan kontraksi otot
KASUS RA

Ny. C usia 63 tahun (BB : 61 Kg ; TB : 168 cm) dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit
dan nyeri di bagian punggung ke bawah dan bagian lutut kirinya. Rasa sakit tersebut dirasakan sejak
2 hari yang lalu akibat terjatuh.

Dia mempunyai riwayat penyakit osteoporosis sejak 2 tahun yang lalu, juga mempunyai riwayat PUD
dan menopause di usia 57 tahun. Riwayat keluarga : Ibunya menderita kanker payudara. Riwayat
soSial : Sejak suami Ny. C meninggal 6 bulan yang lalu membuat ny. C menjadi sangat stress dan dia
menjadi mempunyai kebiasaan merokok serta minum kopi 2 gelas tiap hari.

Riwayat pengobatan : Paracetamol 1 x 500 mg jika nyeri sendi. Simetidin 2 x 400 mg selama
beberapa tahun, tablet calsium carbonat chewable 2 x 500 mg, prednisone 2 x 10 mg sejak 9 bulan
yang lalu. Hasil pemeriksaan : muka pucat terlihat lelah, TTV : BP = 128/84 mmHg, HR = 70x/menit,
RR = 20x/menit, Rheumatoid factor liter = 1:65.
Singh, J. A., Saag, K. G., Bridges Jr, S. L., Akl, E. A., Bannuru, R. R.,
Sullivan, M. C., ... & McAlindon, T. (2016). 2015 American College of
Rheumatology guideline for the treatment of rheumatoid arthritis.
Arthritis & rheumatology, 68(1), 1-26.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2014. Diagnosis dan
Pengelolaan Artritis Reumatoid.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2014. Diagnosis dan
Pengelolaan Artritis Reumatoid.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2014. Diagnosis dan
Pengelolaan Artritis Reumatoid.
Singh, J. A., Saag, K. G., Bridges Jr, S. L., Akl, E. A., Bannuru, R. R., Sullivan, M.
C., ... & McAlindon, T. (2016). 2015 American College of Rheumatology guideline
for the treatment of rheumatoid arthritis. Arthritis & rheumatology, 68(1), 1-26.
Singh, J. A., Saag, K. G., Bridges Jr, S. L., Akl, E. A., Bannuru, R. R., Sullivan, M.
C., ... & McAlindon, T. (2016). 2015 American College of Rheumatology
guideline for the treatment of rheumatoid arthritis. Arthritis &
rheumatology, 68(1), 1-26.
Pharmacotherapy Handbook, Ninth
Edition
Santos-Moreno, P. I., de la Hoz-Valle, J., Villarreal, L., Palomino, A., Sánchez, G., & Castro,
C. (2015). Treatment of rheumatoid arthritis with methotrexate alone and in combination
with other conventional DMARDs using the T2T strategy. A cohort study. Clinical
rheumatology, 34(2), 215-220.
Soal quis beserta jawaban
1. Berapa lama penggunaan obat Celecoxib dengan Methotrexate ?
Methotrexate selama 6 bulan. Celecoxib diberikan jika pasien merasakan nyeri, jika tidak
merasakan nyeri, obat tidak diberikan lagi.
2. Apakah cukup diberikan licokalk pada penyakit osteoporosis nya, berapa dosis yang
diberikan/hari ?
Untuk pengobatan diberikan Licokalk Plus yang mengandung Ca dan Vit D dengan dosis 1 kaplet,
3 x sehari. Obat diberikan untuk memenuhi kebutuhan Ca dan Vit D yang baik untuk perbaikan
tulang pada pasien. Tentu tidak hanya cukup dengan pengobatan saja, tetapi juga harus diimbangi
dengan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat
dan mengandung Ca + Vit D, serta lakukan olahraga ringan seperti jogging, jalan kaki atau naik
turun tangga. Pada kasus pasien sebelumnya, merokok dan kebisaan minum kopi harus segera
dihentikan agar penyakit tidak bertambah parah.
3. RA termasuk dalam tahap berapa ?
Pada kasus tidak tertera data pemeriksaan lebih lanjut, akan tetapi pasien baru merasakan gejala
sakit dan nyeri di bagian punggung ke bawah dan bagian lutut kirinya selama 2 hari, RA termasuk
tahap awal (early RA)
4. Pengaruh rokok terhadap penyakit RA ?
Bahan kimia yang terdapat dalam rokok dapat melemahkan imun dalam tubuh / menggangu
kekebalan tubuh. Sehingga dapat memicu timbulnya penyakit maupun peradangan. Dan RA
sendiri adalah penyakit autoimun, sehingga merokok juga dapat memicu terjadinya penyakit RA.
5. Olahraga yang dapat meningkatkan massa tulang ?
Olahraga yang dapat digunakan untuk melatih tulang adalah olahraga yang memberikan gaya
tekan pada tulang, gaya renggang dan gaya pelintir seperti bersepeda, jogging, jalan kaki atau naik
turun tangga. Gaya tersebut dapat merangsang pertumbuhan tulang sehingga tulang menjadi
sehat (Setiawan, 2010).
6. Mengapa faktor genetik dapat menjadi faktor penyakit RA ?
Karna penyakit RA merupakan penyakit Autoimun, sehingga jika terdapat anggota keluarga yang
memiliki penyakit autoimun, maka penyakit tersebut dapat menurun secara genetik pada anak
atau cucunya.
7. Solusi untuk penggunaan obat Methotrexate yang memiliki ES pada lambung ?
Tidak semua pasien dapat merasakan keluhan dari ES pemakaian obat, akan tetapi jika pasien
merasakan keluhan pada lambung, bisa diberikan obat-obatan untuk mengatasi masalah lambung
atau juga dapat diberikan pengobatan non farmakologi.
8. Diagnosis atau pemeriksaan awal untuk mengetahui penyakit RA.
Dilihat dari keluhan pasien. Dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan :
Laboratorium
Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP) meningkat
Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif tidak
menyingkirkan diagnosis
Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam diagnosis dini dan
penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan sensitivitas 70% namun hubungan antara
anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten
Radiologis
Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang sendi, demineralisasi
“juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi sendi.
9. Obat kortikosteroid yang aman untuk nyeri pasien pada soal kasus ?
Obat kostikosteroid memiliki ES osteoporosis, sehingga memilih untuk mengganti obat menjadi
obat gol NSAID yang memiliki cara kerja selektif (COX-2 : Celecoxib). Karna pada kasus diatas,
pasien memiliki riwayat osteoporosis dan PUD.
10. Apakah boleh melakukan pijat pada pasien RA ?
Melakukan pijat pada pasien diperbolehkan untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbukan akibat
penyakit RA. (Marlena, F., & Juniarti, R. 2019).
11. Interaksi obat antara Celecoxib dengan Methotrexate ?
Jika diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan interaksi yaitu meningkatnya kadar
Methotrexate dalam darah. Sehingga penggunaannya harus di atur dan di jadwalkan agar tidak
berinteraksi dengan melihat farmakokinetik obat. Penggunaan celecoxib digunakan hanya ketika
pasien merasa nyeri, solusi lain jika obat tidak dapat diberikan secara bersamaan, maka celexocib
tidak di berikan atau Methotrexate diganti dengan sulfasalazine (obat DMARD lainnya).
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai