Anda di halaman 1dari 55

SUMBER

HUKUM ISLAM

SITI JENAB
NPM ; 3112201025
Sumber Hukum Islam

Al-Qur’an

Hadist/Assunnah

Ijma’

Qiyas
SUMBER HUKUM ISLAM
Menumbuhkan Kesadaran Taat Hukum
AL-Qur’an
WAJIB
&
Berpahala apabila dikerjakan, disiksa apabila ditinggalkan.
AL-Hadits
wajib ada dua “’ain dan Kifayah”

HARAM
Pokok
Berpahala bila ditinggalkan, berdosa bilamana dikerjakan.

SUNNAH
Berpahala bila dikerjakan dan tidak disiksa bila ditinggalkan.
sunnah ada dua “muakkad dan ghoiru muakkad”
Syari’at
MAKRUH
Islam
Berpahala bila ditinggalkan tidak disiksa bila dikerjakan.

MUBAH
Pedoman
Tidak dikerjakan atau dikerjakan sama saja, tidak berpahala juga tidak berdosa.

Ijtihad
AL-Qiyas
AL-Ijma’
SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM
1. AL-Qur’an

“Kami tidak menurunkan ‘AL-Qur’an” ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (Qs.Thoha
(20) : 2)

Al-Qur’an terdiri dari :


30 Juz, 114 surat, 6236 ayat, 232.015 huruf, dan 77.439 kosa kata
Pengertian Al-Qur’an

Secara etimologis, al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan atau
qur’aanan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu).
Huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian kebagian lain secara teratur dikatakan
al-Qur’an karena ia berisikan intisari dari semua kitabullah dan intisari dari ilmu
pengetahuan.
Sedangkan menurut para ulama klasik, al-Qur’an didefinisikan sebagai berikut:
C. Description of the contents
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan pada Rasulullah dengan bahasa
Arab, merupakan mu’jizat dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya
adalah ibadah.
PROSES DI TURUNKANNYA AL QUR’AN KEPADA NABI MUHAMMAD SAW
AL QUR’AN
 Malaikat memasukkan wahyu KEPADA NABI
itu ke dalam hati nabi MUHAMMAD
Muhammad saw SAW
 Malaikat menampakkan sebagai seorang laki laki yang megucapkan kata kata kepada nabi
Muhammad saw
 Wahyu datang kepada nabi muhammad saw .seperti suara lonceng
 Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad saw.dalam wujud yang asli

Sebagai wahyu
(Qs.As-Syura (42) :
7)

Penyempurna kitab- Sebagai mu’jizat


DIANTARA ISI AL-QURAN
kitab terdahulu (Qs.Al- (Qs.Al-Isra’ (17) : 88)
Maidah (5) : 48)

Sebagai pedoman hidup bagi


muslim (Qs.An-Nisa’ (4) :
105)
Sifat-sifat ayat/dalil Al-Qur’an
Berikut merupakan sifat-sifat ayat Al-Qur’an:

 Muhkamah ( Jelas )
Artinya ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagaimana makna yang ada.Dengan kata lain,maksud yang dikandungya sudah
jelas.Contoh dari ayat muhkamah antara lain adalah :
‫قُلْ هُ َو ا هلّلا ُ اَ َحد‬
Artinya : “Katakanlah(bahwa)Allah Maha Esa”.
Ayat tersebut merupakan perintah bagi manusia untuk meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang maha esa,tidak
ada sekutu baginya.
 Mutasabihat ( Belum Jelas )
Artinya ayat tersebut penafsirannya tidak sama dengan makna yang ada,sehingga membutuhkan pendalaman lebih
lanjut.Contohnya:
َ ْ‫ت َواألَر‬
‫ض‬ ِ ‫َو ِس َع ُكرْ ِسيُّهُ السَّمو‬
‫ ل ُك‬sebagai perumpamaan terhadap kekuasan Allah.
Dalam ayat tersebut,terdapat kata‫رْ ِسي‬XX‫ا‬
Dalil Qat’i dan Zanni

 DALIL Qat’i

Ayat yang bersifat Qath’i adalah lafadz-lafadz yang mengandung pengertian tunggal dan tidak bisa
dipahami makna lain darinya.[11] Dalil-dalil qath’i dapat dipahami begitu saja dan penolakan terhadapnya
berarti bentuk kekufuran. Misalnya, masalah akidah, seperti keyakinan terhadap surga dan neraka, serta Yaumul
Hisab, adalah masalah-masalah agama yang tidak dapat dibantah lagi kepastiannya sehingga kita tidak punya
alasan untuk tidak meyakininya.Contoh dalil qat’i:

‫اح ٍد ِم ْنهُ َما ِماْئَةً َج ْل َد ٍة‬


ِ ‫ال َّزانِيَةُ َوال َّزنِى فَاجْ لِ ُدوا ُك َّل َو‬
Artinya : “ Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap orang dari keduannya
seratus kali dera”. (Q.S An Nur : 2)
Kata “seratus kali” tidak mengandung kemungkinan ta’wil atau pemahaman lain. Dengan demikian ayat ini
bersifat qath’i al-dalalah maksudnya bahwa had zina itu seratus kali dera, tidak lebih, dan tidak kurang.
 DALIL zanni

Adapun ayat yang mengandung hukum zhanni adalah lafadz lafadz yang dalam Al-Qur’an mengandung
pengertian lebih dari satu dan memungkinkan untuk di ta’wilkan.
Contoh dalil zanni yaitu Q.S. Al Maidah : 3
‫ت َعلَ ْي ُك ُم ال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم‬
ْ ‫ُح ِّر َم‬
Artinya:“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai dan darah(Q.S. Al-Maidah : 3).
Lafadz Al-Maitatu di dalam ayat tersebut ‘Am, yang mempunyai kemungkinan mengharamkan
setiap bangkai atau keharaman itu dikecualikan selain bangkai binatang laut/air. karenanya nash yang
dimaksud ganda atau lafadz ‘Am mutlak dan yang seperti itu maka disebut zhanni dalalahnya. hal ini
disebabkan karena lafadz tersebut mempunyai suatu arti tetapi juga mungkin berarti lain.
Pengertian Hadist/Assunnah
Hadist
Kata "Hadith" atau al-Hadith menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata dari al-qadim
(sesuatu yang lama). Kata Hadith juga berarti al-Khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Kata jamaknya, ialah al-ahadis.  
 
       Makna etimologis
ThemeGalleryketiga di atas lebih tepat dalam konteks istilah Ulumul Hadis, karena di sini yang
is a Design
Digital
dimaksud hadis Content
adalah & Contents
berita yang datang dari Nabi SAW. Menurut Abu Al-Baqa’, hadis adalah isim dari kata at-
mall developed by Guild
tahditsyang diartikanDesign
al-ikhbar
Inc. = pemberitaan, kemudian menjadi termin nama suatu perkataan, perbuatan, dan
persetujuan yang disandarkan kepada Nabi SAW.
 
        Menurut ulama’, hadith adalah sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik berupa ucapan,
perbuatan, penetapan, ataupun sifat. Begitu juga sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat dan tabi’in, baik
berupa perkataan ataupun perbuatan.
AL-HADITS

HADIS DIBEDAKAN MENJADI TIGA, YAITU

• Hadis Qouliyah, yaitu hadis yang didasarkan pada segenap perkataan (ucapan) Nabi
Muhammad saw
• Hadis Fi’liyah, yaitu hadis yang didasarkan pada segenap prilaku (perbuatan) yang dilakukan
Nabi Muhammad Saw
• Hadis Taqririyah, yaitu hadis yang didasarkan pada persetujuan (ketetapan) Nabi Muhammad
saw terhadap apa yang dilakukan sahabatnya. Artinya, Nabi Muhammad memberikan penafsiran
atas perbuatan yang dilakukan sahabatnya dalam suatu hukum Allah swt, seperti diamnya atas
suatu tindakan yang dilakukan sahabat sebagai tanda persetujuan (boleh) atas perbuatan yang
dilakuan sahabatnya.
Macam-macam Hadist

Hadist Shoheh Hadist Dhaif

Dari segi sanadnya

Hadist Maudhu’
Hadist Hasan
Dari
Hadist
Hadist Hadist Ahad
Segi Rawinya
Mutawatir
Mutawatir
(kuantitas)
PERBEDAAN ALQUR’AN, HADIS DAN HADIS
QUDSI

ALQUR’AN HADIS HADIS


HADISQUDSI
QUDSI
ALQUR’AN HADIS

ISI
ISI DAN
DAN REDAKSI
REDAKSI DARI
DARI ISI DAN
DAN REDAKSI
REDAKSI ISI
ISI DARI
DARI ALLAH,
ALLAH
ALLAH DARI
DARI NABI
NABI REDAKSI DARI
DARI NABI
NABI
Banyak ayat al Quran dan Hadis yang
memberikan pengertian bahwa hadis itu
merupakan sumber hukum Islam selain
al Quran yang wajib diikuti, baik dalam
bentuk perintah maupun larangannya.
Di bawah ini merupakan paparan tentang
kedudukan hadis sebagai sumber hukum
Islam dengan melihat beberapa dalil, baik
naqli maupun aqli.
Dalil al-Quran
Banyak ayat al-Quran yang menerangkan tentang
kewajiban mempercayai dan menerima segala yang
disampaikan oleh Rasul kepada ummatnya untuk
dijadikan pedoman hidup. Ayat yang dimaksud adalah :

Firman Allah SWT:

‫يث‬ َ ْ ‫عل َيْ ِه َحتَّى يَ ِمي َز ال‬


َ ‫خ ِب‬ ‫م‬ُ ‫ت‬ْ ‫ن‬َ
َ ْ ‫ين َعل َى َما أ‬ َ ِ‫ان الل َّ ُه لِيَذ ََر ال ُْمؤْ ِمن‬ َ ‫َما َك‬
‫ب َولَكِ َّن الل َّ َه يَ ْجتَ ِبي ِم ْن‬ ِ ْ‫عل َى ال َْغي‬ َ ‫ان الل َّ ُه لِيُطْل ِ َعك ُ ْم‬
َ ‫ب َو َما َك‬ ِ ِّ‫ِم َن الطَّي‬
َ ‫اء َفآ َ ِمنُوا ِبالل َّ ِه َو ُر ُسل ِ ِه َوإِ ْن تُؤْ ِمنُوا َوتَتَّقُوا َفلَك ُ ْم أ َ ْج ٌر‬
ٌ ‫ع ِظ‬
‫يم‬ ُ ‫سـ ِه َم ْن يَ َش‬ ِ ‫ُر ل‬
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini,
sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafiq) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan
memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendakiNya
diantara Rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan jika kamu bariman
dan bertaqwa, maka bagimu pahala yang besar.
(QS. Ali’Imran 3:179)

Dalam ayat tersebut Allah memisahkan antara orang-orang mukmin dengan orang-orang munafiq, dan akan memperbaiki keadaan orang-orang
mukmin dan memperkuat iman mereka. Oleh karena itu orang mukmin dituntut agar tetap beriman kepada Allah dan Rasul-nya. Selain Allah
memerintahkan umat Islam agar percaya kepada Rasul SAW, juga menyerukan agar menaati segala bentuk perundang-undangan dan peraturan
yang dibawanya, baik berupa perintah maupun larangan. Tuntutan taat dan patuh kepada Rasul SAW. Ini sama halnya tuntutan taat dan patuh
kepada Allah SWT. Ayat yang berkenaan dengan masalah ini ialah:

Firman Allah SWT:

ُّ ‫ول َفإِ ْن تَ َول َّ ْوا َفإِ َّن الل َّ َه ل َا يُ ِح‬


َ ‫ب الْكَا ِف ِر‬
‫ين‬ َ ‫الر ُس‬ ُ ‫ق ُْلأ َ ِط‬
َّ ‫يعوا الل َّ َه َو‬
“Katakanlah! Taatlah kalian Allah dan Rasu-nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir”. (QS. Ali ‘Imran 3:32)
Dalil al-Hadis

Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW.


Berkenaan dengan keharusan menjadikan
hadis sebagai pedoman hidup, disamping al-
Quran sebagai pedoman utamanya
Beliau bersabda:
@@‫هللا‬
ِ ‫ب‬َ ‫ا‬ ‫ت‬
@‫ك‬َ َ ‫ا‬‫هم‬
@@‫ب‬ @
‫م‬ ُ
ِ ْ َ‫ت‬‫ك‬ْ ‫س‬
َّ ‫م‬
@@‫ت‬ َ َ ‫ا‬‫م‬ ‫ا‬ ‫و‬ ُّ
ْ ِ ‫ل‬ ‫ض‬
@@‫ت‬ َ ‫ن‬
@ ‫ل‬
ْ َ ‫ن‬ ‫ي‬
ْ ‫ر‬‫م‬@
‫أ‬ َ
ِ َ ْ @‫ت@@ر ْك ُت ِ ْيف@@@ُك ْم‬
َ َ
‫سنَ َة َ نبِ@يِّ ِه@( رو َا@ه@ ل‬
)‫ما@@ك‬ ُ ‫َو‬
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian,
yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu
berpegangan teguh pada keduanya, yaitu
berupa kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya:.
(HR. Malik)
Qiyas
• Bahasa: pengukuran sesuatu dengan yang lainnya atau penyamaan
sesuatu dengan sejenisnya
• Terminologi: suatu proses penyingkapan kesamaan hukum suatu kasus
yang tidak disebutkan dalam suatu nash baik di Al-Qur’an dan As-
Sunnah dengan suatu hukum yang disebutkan dalam nash karena ada
kesamaan dalam alasan(illat) nya
”Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai
wawasan.” (QS 59: 2)
Syarat Qiyas sebagai Sumber Hukum

1. Sepanjang mengacu dan tidak berten-tangan dengan Al-Qur’an dan As-


Sunnah
2. Qiyas juga sesuai dengan logika yang sehat
Dalil Qiyas
“Wahai orang-orang yang beriman!, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Muhammad) dan Ulil amri (pemegang
kekuasaan) diantara kamu. Kemudian jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya) jika kamu beriman
kepada Allah Swt dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS 4:59)
TERIMAKASIIHH
OPERASI ALJABAR

1. Penjumlahan dan
Pengurangan bentuk Aljabar
Pada operasi penjumalahn dan pengurangan bentuk aljabar dipelajari cara
menjumlahkan dan mengurangkan suku-suku sejenis pada bentuk aljabar.
Suku-suku sejenis pada bentuk aljabar yaitu suku-suku yang memiliki variabel
dan pangkat dari masing-masing variabel yang sama.
c. Hasil kali dua bilangan bulat yaitu:

Perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: • Hasil perkalian dua bilangan bulat positif adalah
bilangan bulat positiif,
a. Suku-suku sejenis.
b. Sifat distributif terhadap penjumlahan • Hasil perkalian dua bilangan bulat negatif adalah
pengurangan, yaitu: bilangan bulat positif,

• Hasil perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan


bulat negatif adalah bilangan bulat negatif
2. Perkalian Bentuk Aljabar

 Konsep dasar perkalian bentuk aljabar berlaku sifat distributif, yaitu


, dengan a, b, dan c bilangan riil.

Bentuk-bentuk perkalian
pada bentuk aljabar:

a. Perkalian suku satu dengan


suku dua

 
 
b. Perkalian suku satu dengan
suku tiga

 
 

c. Perkalian suku dua dengan suku


dua
 
 
 
d. Perkalian suku dua dengan
suku tiga

 
3. Pembagian Bentuk Aljabar

Jika dua bentuk memiliki faktor-faktor yang sama, maka hasil pembagian kedua bentuk
aljabar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dengan memperhatikan
faktor-faktor yang sama.
Bentuk aljabar 3 dan memiliki faktor yang sama, yaitu sehingga hasil pembagian 3 dengan
dapat disederhanakan, yaitu
4. Pemangkatan Bentuk Aljabar

 
Pemangkatan suatu bilangan diperoleh dari perkalian berulang untuk bilangan yang
sama. Jadi, untuk sebarang 2 = .

Hal ini juga berlaku pada bentuk


aljabar, misalnya:  
 Dalam perpangkatan bentuk aljabar, perlu dibedakan pengertian-
  pengertian berikut ini:

1) dengan
Pada bentuk , yang dikuadratkan hanya . Sedangkan pada , yang
dikuadratkan adalah . Jadi, tidak sama dengan
dan .

  2)   dengan
  Pada bentuk, yang dikuadratkan hanya . Sedangkan pada , yang
dikuadratkan adalah . Jadi, tidak sama dengan dan .
a. Pemangkatan suku dua

Dalam menentukan hasil pemangkatan suku dua, koefisien dari suku-sukunya dapat
diperoleh dari bilangan-bilangan yang terdapat pada segitiga Pascal atau dengan
menggunakan sifat distributif.

Dengan sifat distributif


Koefisien suku-suku pada hasil pemangkatan suku dua diperoleh dari bilangan pada segitiga Pascal.

Dengan pola segitiga Pascal


5. Faktorisasi Bentuk
Aljabar

a. Faktorisasi dengan Hukum Faktorisasi (pemfaktoran)


Distributif adalah menyatakan bentuk
penjumahan menjadi bentuk
perkalian faktor-faktor.

Bentuk penjumlahan suku-


Bentuk di atas menunjukkan bahwa penjumlahan dapat suku yang memiliki faktor
dinyatakan sebagai bentuk perkalian jika suku-suku dalam yang sama dapat difaktorkan
dengan menggunakan hukum
bentuk penjumlahan memiliki faktor yang sama (faktor distributif.
persekutuan).
 
  b. Faktorisasi Bentuk dan Jadi, Faktorisasi bentuk dan
adalah
 =
 
 =

Dari penjabaran di atas, diperoleh


kesimpulan bahwa hasil penguadratan
suku dua menghasilkan suku tiga dengan
ciri sebagai berikut:
a. Suku pertama dan suku ketiga
merupakan bentuk kuadrat.
b. Suku tengah merupakan hasil kali 2
terhadap akar kuadrat suku pertama
dan akar kuadrat suku ketiga.
c. Faktorisasi Selisih Dua
Kuadrat
 
 
Faktorisasi (pemfaktoran) selisih dua
kuadrat adalah : Bentuk pada ruas kiri disebut selisih
dua kuadrat, karena terdiri dari Dua
suku yang masing-masing merupakan
bentuk kuadrat, dan merupakan bentuk
pengurangan (selisih). Pada rusa kanan,
yaitu merupakan bentuk perkalian
faktor-faktor.
 
  d. Faktorisasi Bentuk Ternyata faktorisasi bentuk dapat dilakukan
dengan cara menentukan pasangan bilangan yang
 
memenuhi syarat sebagai berikut.
a. Bilangan konstan c merupakan hasil perkalian
dari pasangan bilangan tersebut.
Pada bentuk , disebut koefisien x2 , b koefisien x,
b. Koefisien x, yaitu b merupakan hasil
dan c bilangan konstan.
Perhatikan contoh! penjumahan dari pasangan bilangan tersebut.

=
   
Dari contoh di atas, diperoleh hubungan sebagai
Jadi, Faktorisasi (pemfaktoran) bentuk adalah
berikut.

Dengan syarat
  e. Faktorisasi Bentuk
6. Operasi Pecahan Bentuk
Aljabar

a. Menyederhanakan Pecahan Aljabar

Konsep dalam pecahan:


Jika pembilang dan penyebut
a. Penyebut suatu pecahan tidak boleh
suatu pecahan memiliki faktor
nol,
yang sama, maka pecahan b. Suatu pecahan tidak boleh
tersebut dapat disederhanakan disederhanakan dengan cara membagi
pembilang dan penyebut dengan nol,
karena pembagian dengan nol tidak
didefinisikan.
b. Penjumlahan dan Pengurangan
Pecahan Aljabar
Jika penyebut-penyebutnya berbeda , maka
penyebut-penyebut tersebut harus
disamakan lebih dahulu. Untuk
Pecahan-pecahan yang mempunyai
menyamakan penyebut-penyebut pecahan,
penyebut sama dapat dijumlahkan
ditentukan kelipatan persekutuan terkecil
atau dikurangkan dengan cara
(KPK) dari penyebut-penyebut tersebut.
menjumlahkan atau
Kemudian masing-masing pecahan diubah
mengurangkan pembilang-
menjadi pecahan lain yang senilai, dan
pembilangnya.
penyebutnya merupakan KPK yang sudah
ditentukan.
c. Perkalian dan Pembagian Pecahan Aljabar

 Hasil perkalian dua pecahan dapat diperoleh dengan mengalikan pembilang dan pembilang, dan penyebut
dengan penyebut, yaitu:

Dengan sifat di atas, maka dapat ditentukan hasil perkalian pecaha-pecahan dalam bentuk aljabar.
 
Untuk pembagian dua pecahan, membagi dengan suatu pecahan sama dengan mengalikan pecahan
tersebut terhadap kebalikannya, yaitu:
d. Menyederhanakan Pecahan Bersusun

 
Suatu pecahan yang pembilang atau penyebut atau kedua-duanya memuat pecahan disebut pecahan
bersusun. Misalnya:

Pecahan bersusun dapat disederhanakan dengan mengalikan pembilang dan penyebut pecahan dengan
KPK dari pecahan yang terdapat pada pembilang maupun penyebut pecahan bersusun.

Anda mungkin juga menyukai