PSIKIATRI
KELOMPOK 2
Gangg Skizofr
Ketergantun
uan gan Alkohol enia
Mood
4 5
Ganggua
Ganggu
n
an kepribadi
ansietas an
Panduan Wawancara dan Psikoterapi
A. Terjadinya rigiditas otot dan peningkatan suhu tubuh yang berkaitan dengan penggunaan obat neuroleptik
B. Dua atau lebih gejala berikut: Diaforesis, tekanan darah yang meningkat atau tidak stabil, takikardia, inkontinensia,
disfagia, mutisme, tremor, perubahan status mental, dari bingung hingga koma, leukositosis, dan bukti laboratorik berupa
C. Gejala pada kriteria A dan B bukan disebabkan karena zat lain, kondisi medik, atau neurologik lain
Penegakan diagnosis SNM menggunakan kriteria DSM-IV membutuhkan 2 dari kriteria A dan setidaknya 2 dari kriteria B.
Faktor Risiko
Pembagian Obat-obatan yang Dapat
Menyebabkan Sindroma Neuroleptik
Maligna
Tatalaksana
Penghentian obat-obatan neuroleptik yang diduga memicu timbulnya sindroma ini.
Terapi suportif.
Hidrasi agresif sering dibutuhkan, khususnya bila kadar CK yang terlalu tinggi
dapat mengakibatkan kerusakan ginjal.
Penanganan hipertermia meliputi selimut dingin atau es batu di daerah aksila
dan inguinal.
Koreksi faktor metabolik bila ditemukan kelainan.
Pada kasus SNM yang berat dapat diberikan terapi empirik seperti bromokriptin
dan dantrolen.
• Bromokriptin merupakan suatu agonis dopamin
• Bromokriptin berguna untuk membalikkan keadaan
hipodopaminergik dan diberikan secara oral atau via
nasogastric tube (NGT).
• Bromocriptine 2,5 mg PO 2 atau 3 kali/hari, dapat dinaikkan
sampai 45 mg/hari
• Dantrolene ialah relaksan otot yang bekerja dengan menghambat
pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma.
• Dantrolene dapat diberikan secara intravena, dimulai dengan
dosis awal 1 sampai 2,5 mg per kgBB secara bolus, diikuti
dengan dosis 1 mg per kgBB setiap 6 jam hingga dosis maksimal
10 mg per kgBB per hari.
• Dantrolene oral diberikan untuk kasus yang lebih ringan atau
untuk tappering down dari dosis intravena setelah beberapa hari
dengan dosis berkisar 50-200 mg per hari.
• Karena risiko hepatotoksisitas, dantrolene biasanya dihentikan
setelah gejala membaik.
• Obat lain yang dapat diberikan ialah golongan benzodiazepin,
yang dapat membantu meringankan agitasi.
• Terapi tidak boleh dihentikan mendadak walaupun gejala klinis
membaik karena dapat menyebabkan kambuhnya SNM.
• Terapi elektrokonvulsif diberikan kepada para penderita yang
tidak menunjukkan respon terhadap pengobatan dan terapi
suportif
Delirium
Definisi
Suatu perubahan kualitas kesadaran yang disertai
gangguan fungsi kognitif yang luas. Penyebab utama
delirium adalah penyakit pada sistem saraf pusat
(misalnya epilepsi), penyakit sistemik (misalnya gagal
jantung), dan intoksikasi atau wihdrawal obat-obatan
atau zat toksik
Kriteria Diagnosis Yang Berhubungan
Dengan Kondisi Medik Umum
• Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadap
lingkungandalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian)
• Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat jangka panjang
tetap utuh, distorsi presepsi, ilusi dan halusinasi terutama visual,
hendaya daya piker dan pengertian abstrak dengan atau tanpa
waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi,
disorientasi waktu, tempat dan orang)
• Awitan tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan
penyakitnya singkat dan ada kecenderungan berfluktualisasi
sepanjang hari
• Berdasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik
atau laboratorium untuk menemukan penyebab delirium ini
Etiologi
● Kelainan sistem nervus ● Pengobatan
setral Co/ obat anti nyeri, antibiotik,
Co/ Seizure, migrain, trauma steroid, anestesi, obat jantung
kepala, tumor, perdarahan ● Serotonin syndrome
● Kelainan metabolik ● Over the counter
Co/ Ketidakseimbangan preparations
elektrolit, diabetes Co/ herbal, teh, dan suplemen
● Penyakit sistemik ● Botanicals
Co/ infeksi, trauma, defisiensi ● Cardiac
nutrisi, luka bakar Co/ gagal jantung, aritmia
• Paru
Co/ PPOK, hipoksia
• Endokrin
• Hematologi
• Ginjal
Co/ gagal ginjal, uremia, SIADH
• Hepar
Co/ hepatitis, sirosis
• Keganasan
• Drug of abuse
• Toxic
Terapi
Nonfarmakologi
• Menghentikan konsumsi obat antikolinergik dan zat psikoaktif.
• Melakukan reorientasi sederhana menggunakan jam, kalender, atau foto keluarga.
Reorientasi juga dapat dilakukan secara verbal dengan bercerita pada pasien.
• Mengajak keluarga pasien untuk menenangkan pasien secara verbal.
• Memperbaiki siklus dan kualitas tidur.
• Menciptakan suasana yang tenang dan nyaman. Sebaiknya, pasien tidak terlalu sering
berpindah ruang rawat.
• Fiksasi fisik sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan agitasi serta menyebabkan
imobilitas, ulkus dekubitus, dan aspirasi.
• Pasien tidak boleh dibiarkan sendiri karena berpotensi membahayakan diri sendiri
Terapi
Farmakologi
Gejala psikosis:
- Haloperidol 2-10 mg IM, dapat diulang 1 jam kemudian bila
pasien masih menunjukan gejala agitasi
- Setelah pasien tenang: haloperidol peroral, terbagi atas dua dosis
1/3 diberikan pada pagi hari dan 2/3 untuk tidur. Untuk mencapai
dosis yang sama dengan dosis suntikan maka jumlah dosis yang
diberikan peroral 1 ½ kali dari dosis suntik
- Dosis efektif haloperidol pada banyak penderita delirium: 5-50 mg
gejala insomnia:
- Lorazepam 1-2 mg: memiliki waktu paruh yang pendek
THANKS!