Anda di halaman 1dari 31

RHEUMATOID

ARTHRITIS

Kelompok 8
Overview Case
1. Perempuan, 45 tahun 1. Identitas pasien
2. KU: Nyeri pada seluruh persendian 2. DD/ rheumatoid arthritis, SLE,
osteoarthirits, gout arthritis.
3. dirasakan lebih dari 3 bulan dan semakin memberat
3. Onset: kronik progresif
4. KP: kadang disertai panas badan tidak terlalu tinggi, hilang timbul,
berkurangnya nafsu makan, badan terasa lemah.
4. Gejala sistemik RA
5. Adanya gangguan pada paru-
5. Sejak 2 minggu lalu penderita merasakan cepat merasa capai apabila
paru (manifestasi ekstraartikuler)
berjalan, yang biasanya tidak pernah penderita rasakan.
6. Awalnya terasa satu persendian
6. Keluhan awal hanya nyeri pada satu persendian yang berpindah-pindah,
(monoarthritis) lalu menjadi
kadang-kadang dipergelangan tangan atau kaku yang hilang timbul, lama
banyak sendi (poliarthritis)
kelamaan hampir seluruh persendian terasa sakit.
7. Sesudah lebih dari 1 bulan sering terjadi kekakuan pada 7. Gejala klinis khas RA
lutut atau pada persendian lain yang biasa digerakkan.
Kekakuan sendi lebih dari 1 jam
8. BB turun lebih dari 10kg dalam 2 bulan terakhir 8. Gejala penyakit kronis.
9. Keluhan disertai nyeri ulu hati dan kadang disertai mual, 9. Gejala sistemik RA (manifestasi
selain itu adanya bercak-bercak kemerahan di lengan ekstraartikuler)
yang terasa nyeri dan hilang timbul sejak 7 hari sebelum
masuk rumah sakit mata menjadi merah dan sakit.
10. Penderita sudah berobat ke beberapa klinik dan dokter
umum tetapi nyeri hanya berkurang selama minum 10. Pengobatan simptomatik
obat, sesudah itu nyeri lagi. Obat-obatan yang diminum:
parasetamol, piroksikam, deksametason dan
prednisone.
Pemeriksaan fisik
 Status Generalis
• KU: tampak meringis kesakitan, sakit berat
• TD: 120/80mmHg – Dbn
– Dbn
• N: 100x/menit – Dbn
– Takipnea
• R: 30x/menit – Dbn
• S: 37,5◦
 Mata
– Tanda anemia
• Konjungtiva anemia +/+
– Gejala sistemik RA (manifestasi ekstraartikuler)
• Sklera kemerahan +/+
 Leher
• a/r cervicalis anterior teraba masa 3 buah, ukuran 2x2 cm, kenyal, mobile, • Manifestasi ekstraartikuler pada KGB
tidak nyeri
 Thoraks
• Manifestasi ekstraartikuler pada paru-paru
• Hemithoraks kanan:
 Inspeksi: pergerakan tertinggal
 Palpasi: sela iga menyempit, vocal vermitus menurun
 Perkusi: dull
 Auskultasi: suara napas menurun, vocal resonance menurun.
 Abdomen: spleenomegali
• Manifestasi ekstraartikuler ke spleen
 Ekstremitas
• Tanda khas RA, danya inflamasi.
• a/r genu dextra et sinistra: tampak edema, rubor (+), dolor (+), kalor (+),
ROM terbatas.
• a/r wrist joint dextra et sinistra: tampak edema, rubor (+), dolor (+), kalor
(+), ROM terbatas.
• Tampak beberapa jari tangan mengalami deformitas.
• a/r sikut kanan: tampak nodul ukuran 2x2cm, kenyal, immobile, tidak
nyeri, tidak kemerahan
• HB: 8 gr/dl - Anemia
Pemeriksaan


Leukosit: 12.000/mm3

Ht: 24%
-

-
Leukositosis

Menurun
penunjang
• Tr: 200.000/mm3 - Dbn

• LED: 80 - Meningkat, tanda inflamasi kronik

• SADT: Normokrom, normositer (normoblas) - Anemia akibat penyakit kronik

• Urin rutin: Eritrosit 10-, Protein (+) - Hematuria dan proteinuria

• CRP: 1 picogram/mL (N: 0,7 picogram/mL) - Meningkat

• Rheumatoid faktor: 100 U/mL (N, 20 U/mL) - Meningkat

• Thorax foto: Gambaran fibrosis paru - Manifestasi ekstraartikuler

• Foto wrist joint: gambaran erosi/dekalsifikasi - Kriteria RA

• Foto genu: tidak tampak erosi/dekalsifikasi - dbn DD/ DK/


Rheumatoid Arthritis Rheumatoid Arthritis
• Feritin menurun - Anemia penyakit kronik
SLE
• Fe serum menurun - Anemia penyakit kronik Osteoarthritis
• TIBC normal - Anemia penyakit kronik Gout Arthritis
• Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit
Definisi autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi.
Kriteria 1. Kaku pada pagi hari dipersendian atau sekurang-kurangnya 1 jam
Rheumatoid sebelum ada perbaikan maksimal.
2. Timbul arthiritis pada 3 daerah persendian atau lebih yang timbul
Arthritis bersamaan
3. Terdapat arthritis minimal 1 persendian tangan
4. Terdapat arthritis bersifat simetris
5. Ditemukan nodul rheumatoid
6. Faktor rheumatoid serum yang (+)
7. Gambaran radiologi yang menunjukkan adanaya dekalsifikasi
tulang yang berlokasi pada sendi atau daerah yang berdekatan
dengan sendi.
8. Diagnosis ditegakkan jika gejala ditemukan setidaknya kriteria 1-4
yang dialami minimal 6 minggu.
Kriteria Diagnosis Keterlibatan Sendi Skor
ACR/EULAR • 1 sendi besar 0
• 2-10 sendi besar 1
2010 • 1-3 sendi kecil 2
Dengan atau tanpa keterlibatan sendi besar
• 4-10 sendi kecil 3
• >10 sendi (minimal 1 sendi kecil) 5
Serologi
• RF dan ACPA (-) 0
• RF atau ACPA (+) rendah 2
• RF atau ACPA (+) tinggi 3
Reaktan fase akut
• LED dan CRP normal 0
• LED atau CRP abnormal 1
Lamanya sakit
• < 6 minggu 0
• >= 6 minggu 1
RA ditegakkan jika skor >= 6
Manifestasi
Manifestasi Artikular
• Nyeri sendi dan kaku sendi pada banyak sendi (poliartikular)
• Kekuan berlangsung selama satu jam atau lebih
• Sendi yang terlibat biasanya simetris
• Pada kondisi akut ditemukan tanda inflamasi akut (nyeri,bengkak,kemerahan,dan teraba hangat)
• Pada kondisi kronik tidak tejadi kemerahan dan tidak teraba hangat
• Umumnya persendian yang terkena adalaha persendian tangan, kaki , dan vertebra servikal, tetapi
persendian besar seperti bahu dan lutut juga bisa terkena
Manifestasi Ekstraartikular
• Tanda konstitusional: demam, kelemahan, anoreksia
• Nodul reumatoid: pada ulna, olekranon, jari tangan, tendon achilles, bursa olekranon
• Manifestasi di mata: skleritis, episkleritis, keratoconjungtivitis sicca
• Manifestasi di paru: fibrosis paru, nodul paru
• Manifestasi di pleura: efusi pleura, pleuritis
• Manifestasi di cardiac: perikarditis, ischemic heart disease, efusi pericardial, valvulitis
• Manifestasi di renal: amiloidosis sekunder
• Manifestasi di muskuloskeletal: atrofi, osteoporosis
• Manifestasi di GI: vaskulitis, amiloidosis
• Manifestasi di sistem saraf: neuropati perifer, mielopati servikal
• Manifestasi di kulit: penipisan kulit, ulserasi, purpura
• Manifestasi di hematologi: anemia penyakit kronik, trombositosis, eosinofilia
Basic
Science
Aatomi
Sendi
Sinovial
• Sendi sinovial merupakan persendian yang mempunyai kemungkinan gerak, karena terdapat rongga sendi
yang menghubungkan 2 tulang.
• Struktur penyusun:
1. Articular capsule
fibrous layer: mencegah pergerakan sendi berlebihan

Synovial membrane: menghasilkan cairan sinovial (fungsi: pelumas sendi, peredam trauma, nutrisi)
2. Articular cavity
berisi cairan sinovial untuk melumasi persendian
3. Articular cartilage
4. Ligamentum
• jaringan serabut kolagen
• Jaringan serabut elastis
Anatomi
• Terletak diantara regio anterobrachii dan regio
manus
• Permukaan sendi

wrist joint • Sendi radiocarpal: berada antara radius


bagian inferior dan proximal tulang carpal
merupakan sedni condyloid dan sendi
sinovial, pergerakan yang terjadi flexi,
ekstensi, adduksi, abduksi, sirkumduksi
• Sendi midcarpal: berada antara tulang carpal
bagian proksimal dan distal. Pergerakan
meluncur (antara 2 tulang)
• Vaskularisasi: anterior dan posteror arcus carpal
• Inervasi: anterior dan posterior nervus interoseus
Anatomi • Merupakan sendi terbesar dan kompleks
• Terdiri dari 3 sendi yaitu femorotibial lateral, sendi
genu femorotibial medial dan sendi femoropatellar
• Capsular sendi pada sendi lutut terdiri dari eksternal
fibrous layer (fibrous capsul) dan internal synovial
membrane.
• Terdapat 13 bursa yaitu, 4 anterior, 4 lateral dan 5
medial.
• Diperdarahi oleh anastomosis dari pembuluh darah
sekitar, yaitu 5 cabang genicular dari A. Poplitea,
cabang descending genicular dan arteri femoralis.
Cabang dari A. circumflexa lateral femur, 2 cabang
reccurent dari A. tibia anterior dan circumfleksa
fibular cabang dari posterior tibia
Imunologi
antigen

Dasar
difagosit oleh
makrofag (APC)

epitop

MHC I Sel Limfosit T Cb4

Sel Limfosit T CD 8 T helper

Sel T Sitotoksik aktivasi sel B

Lisis sel target sel plasma

produksi antibodi
spesifik terhadap
antigen
Sel T dan
 Sel T dan fungsinya
1. Sel T Helper

fungsinya • Jumlah paling banyak


• Membantu untuk melakukan fungsi sistem imun
• Sel ini membentuk serangkaian mediator protein yang
disebut limfokin
2. Sel T sitotoksik
• Sel penyerang langsung yang mampu membunuh
mikroorganisme dan bahkan dapat membunuh sel-sel
tubuh sendiri
2. Sel supresor
• Sel ini mempunyai kemampuan untuk menekan
fungsi sel T sitotoksik dan sel T helper.
• Mencegah sel sitotoksik agar tidak menyebabkan
reaksi imun berlebihan yang dapat merusak
pertahanan tubuh sendiri
Etiologi • Faktor genetik
• Faktor lingkungan
• Infeksi : mendadak dan timbul dengan di sertai
gambaran inflamasi mencolok. Yang disebabkan oleh
bakteri dan virus.
• HSP ( Heat Shock Protein ) adalah sekelompok protein
berukuran sedang (60 sampai 90 kDa) yang dibentuk
oleh sel seluruh spesies sebagai respons terhadap
stress. Walaupun telah diketahui terdapat hubungan
antara HSP dan sel T pada pasien AR, mekanisme ini
belum diketahui dengan jelas.
• Respon Stress
Faktor • Wanita lebih tinggi daripada laki-laki
• Faktor infeksi

risiko • Riwayat keluarga RA


• Umur tua
• Merokok
Patofisiologi
Komplikasi • Anemia
• Gangguan mata
• Deformitas sendi lainnya
• Meningkatnya infeksi
• Nodul reumatoid
• Vaskulitis
• Pericarditis, endokarditis
• Cervical spine disease
• Pulmo: pleuritis, efusi pleura
Pemeriksaan • Foto polos sendi: demineralisasi tulang, kristal (-),
pembengkakan jaringan lunak, perubahan kartilago,

penunjang
penyempitan rongga sendi, destruksi kartilago.
• Cairan sinovial: tidak ditemukan kristal, kultur (-),
glukosa rendah, peningkatan volume dan turbiditas,
penurunan viskositas.
• Serologi
• RF titer: positif pada 75% - 80% pasien khas untuk
RA
• Anti-RA33: pemeriksaan lanjutan bila RF, anti CCP
(-)
• Anti CCP: berhubungan dengan perburukan
penyakit, sensitivitas meningkat bila dikombinasi
dengan RF
• Elektroforesis serum: kenaikan kadar globulin serum
Penatalaksanaan
Non Farmakologi : Edukasi
- Terapi puasa – Olahraga dengan artritis
- Suplementasi asam lemak esensial terapi spa dan – Menghadapi nyeri sendi
latihan pemberian minyak ikan ( yang digunakan – Diet sehat
sebagai NSAD ) – Mencegah lelah yang berlebihan
- Pembedahan harus di pertimbangkan bila : – Melindungi sendi
1. Terdapat nyeri berat yang berhubungan dengan – Bagaimana minum obat yang benar
kerusakan sendi yang ekstensif – Menghadapi stress
2. Keterbatasan gerak – Bekerjasama dengan dokter
3. Ada rupture tendon – Mempelajari pengobatan lain
Farmakologi
1. DMARD ( pemberian kombinasi )
• Methotreaxate
MK : Inhibitor dihidrofolat reduktase menghambat kemoktasis efek anti inflamasi melalui indikasi pelepasan adenosine
ES : Diare, mual, kelemahan, ulkus, mulut, ruam
Dosis : 7,5-2,5 mg p o, im
• Sulfasalazine
MK : Menghambat respons sel B angiogenesis
Dosis : 2-3mg po perhari
ES : mual, diare, sakit kepala, ulkus mulut, ruam

2. OAINS
• Prednison
MK: mengurangi peradangan dengan menstabilkan membran leukosit lisosom, mencegah terlepasnya hidrolase asam perusak
leukosit, mengurangi akumulasi makrofag, mengurangi premeabilitas pada dinding kapiler
ES: mual, kesulitan tidur, kelemahan otot, kenaikan berat badan, penipisan tulang
Dosis: 5-30mg p.o perhari

3. Glukokortikoid
Resep
Epidemiologi • Perempuan lebih berisiko terkena RA daripada laki-laki
dengan perbandingan 3:1
• Prevalensi tinggi didapatkan di prima Indian dan
Chippewa Indian (5,3% dan 6,8%)
• Prevalensi di Indonesia 0,4%
• Angka kejadian rheumatoid arthritis di Indonesia pada
penduduk dewasa (di atas 18 tahun) berkisar 0,1%
hingga 0,3%
• Diperkirakan jumlah penderita rheumatoid arthritis di
Indonesia 360.000 orang lebih
Prognosis • Q.A.V: dubia ad bonam
• Q.A.F: dubia ad malam
• Q.A.S: dubia ad malam
Bioetik  Beneficence
• Dokter mampu menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis,

Humaniora pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang juga terdapat


tanda dan gejala sesuai dengan klasifikasi dari rheumatoid

Profesionalisme
arthritis.
• Dokter memberikan pengobatan dengan memberikan DMARD
untuk menghindari perburukan penyakit rheumatoid arthritis
pada pasien.
 Non-maleficence
• Setelah dokter memberikan penatalaksanaan awal dokter merujuk pasien
ke dokter spesialis penyakit dalam karena kompetensi rheumatoid
arthritis adalah 3B
 Autonomy
• Dokter memberikan edukasi tentang penyakit rheumatoid arthritis pada
pasien dan keluarga pasien
• Dalam kasus ini pasien dalam keadaan kompeten dan kapabel sehingga
memenuhi kriteria informed consent
 Justice
• Dokter tidak membeda-bedakan berdasarkan agama, ras, suku bangsa
dan melayani pasien rheumatoid arthritis sesuai dengan SOP.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai